Inggris: Rp112 T Terkumpul untuk Revolusi Industri Hijau

Dipublikasikan oleh Wanda Adiati, S.E.

10 Maret 2022, 22.10

Ilustrasi: Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. Rencana Inggris untuk Revolusi Industri Hijau telah menarik banyak investasi.

Rencana Inggris untuk revolusi industri hijau telah menarik investasi senilai ratusan miliar poundsterling. Keterangan ini disampaikan pemerintah pada Kamis (14/10) menjelang pertemuan puncak investasi di London yang akan mempertemukan beberapa pemodal besar di dunia.

Data pemerintah menunjukkan investasi senilai 5,85 miliar pound (Rp 112,7 triliun) telah direalisasikan atau disepakati sejak November 2020, ketika Perdana Menteri Boris Johnson meluncurkan rencana 10 poin untuk memprioritaskan teknologi hijau dan tujuan iklim dalam pemulihan ekonomi Inggris dari pandemi Covid-19. Rencana tersebut menargetkan investasi swasta senilai Rp 808,4 triliun pada 2030 di bidang energi, bangunan, transportasi, inovasi, dan lingkungan alam di samping penciptaan 250 ribu lapangan pekerjaan hijau.

Inggris ingin mempromosikan kemampuannya melindungi alam (greencredential) sebelum menjadi tuan rumah konferensi iklim COP26 PBB di Glasgow bulan depan. Inggris akan mencoba menengahi kesepakatan internasional yang kompleks untuk menghentikan kenaikan suhu global.

Pemerintah juga ingin menarik dana yang akan membantunya meraih keunggulan dalam perlombaan negara maju untuk memanfaatkan permintaan akan teknologi hijau yang lebih baik. Pekerjaan berketerampilan tinggi dan bergaji tinggi harus menyertainya.

Dengan pemikiran itu, Johnson Selasa depan akan menjamu para bankir utama termasuk Kepala Eksekutif JPMorgan Chase & Co Jamie Dimon dan CEO Blackrock Larry Fink pada pertemuan puncak investasi di London. Acara yang dihadiri oleh para menteri, pemimpin industri, dan bangsawan Inggris itu dirancang untuk menggalang pendanaan.

Penggalangan dana ditujukan bagi proyek-proyek untuk membantu Inggris memenuhi tujuan iklimnya dan meregenerasi kawasan pasca-industri di Inggris. Selama ini tujuan tersebut tertinggal puluhan tahun akibat fokus ekonomi pada sektor jasa.


Sumber Artikel: republika.co.id