Danau Tahai, yang terletak di Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, adalah salah satu danau gambut yang menyimpan kekayaan hayati sekaligus menjadi pusat aktivitas masyarakat sekitar. Selain sebagai sumber mata pencaharian nelayan, danau ini juga menjadi destinasi wisata dan tempat berbagai aktivitas domestik warga. Namun, aktivitas manusia yang intensif berpotensi mengubah kualitas air dan berdampak pada keanekaragaman ikan yang hidup di dalamnya. Studi yang dilakukan oleh Yuni Pahrela, Rosana Elvince, dan Kembarawati (2022) mengupas tuntas hubungan antara kualitas air dan keanekaragaman ikan di Danau Tahai, memberikan gambaran penting bagi upaya konservasi dan pengelolaan sumber daya perairan tropis14.
Keseimbangan ekosistem perairan sangat dipengaruhi oleh kualitas air, baik dari aspek fisika maupun kimia. Perubahan kualitas air, baik akibat faktor alami maupun aktivitas manusia, dapat memicu perubahan pada komunitas ikan dan ekosistem danau secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk:
- Mengidentifikasi hubungan antara parameter fisika dan kimia air dengan keanekaragaman ikan di Danau Tahai.
- Memberikan data empiris sebagai dasar pengelolaan dan konservasi ekosistem danau.
Penelitian ini menjadi sangat relevan di tengah meningkatnya tekanan terhadap ekosistem air tawar akibat urbanisasi, pertanian, dan perubahan iklim, yang juga menjadi isu global dalam pengelolaan sumber daya perairan14.
Metodologi: Studi Kasus di Dua Stasiun Pengamatan
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Danau Tahai selama Juli-Agustus 2022, dengan dua stasiun pengamatan utama:
- Stasiun I: Dekat permukiman masyarakat, sehingga lebih terpapar aktivitas domestik.
- Stasiun II: Jauh dari permukiman, lebih alami dan menjadi lokasi utama penangkapan ikan oleh nelayan14.
Parameter yang Diukur
Peneliti mengukur parameter kualitas air berikut:
- Fisik: Suhu, kecerahan, kedalaman, Total Suspended Solid (TSS).
- Kimia: pH, oksigen terlarut (DO), fosfat, nitrat.
Indeks keanekaragaman ikan dihitung menggunakan Shannon-Wiener Index, dengan kriteria:
- H’ < 1: keanekaragaman rendah
- 1 < H’ < 3: keanekaragaman sedang
- H’ > 3: keanekaragaman tinggi
Analisis hubungan antara kualitas air dan keanekaragaman ikan dilakukan dengan korelasi dan regresi linier14.
Hasil Penelitian: Angka, Fakta, dan Analisis
Keanekaragaman Ikan: Gambaran Spesies dan Populasi
Total ditemukan 111 ekor ikan, terdiri dari 12 jenis yang termasuk dalam 9 famili. Jenis-jenis ikan yang ditemukan antara lain:
- Patung (Pristolepis fasciata)
- Kelabau (Osteochilus melanopleuora)
- Baung (Bagrus nemurus)
- Saluang (Rasbora argyrotaenia)
- Lais (Kryptopterus cyptopterus)
- Bapuntin (Leiocassis micropogon)
- Sanggang (Cyclocheilichthys heteronema)
- Betutu (Oxyeleotris marmorata)
- Tapah (Wallago leeri)
- Lawang (Pangasius nieuwenhuisii)
- Puhing (Cyclocheilichthys repasson)
- Udang galah (Macrobrachium rosenbergii)14
Distribusi ikan:
- Stasiun I: 34 ekor dari 6 jenis (5 famili)
- Stasiun II: 77 ekor dari 12 jenis (9 famili)
Stasiun II memiliki keanekaragaman lebih tinggi, diduga karena lokasinya yang lebih jauh dari aktivitas manusia dan lebih banyak alat tangkap yang dioperasikan14.
Indeks Keanekaragaman Ikan
- Stasiun I: Indeks keanekaragaman berkisar 0,45–0,94 (kategori rendah)
- Stasiun II: 0,84–1,69 (kategori rendah sampai sedang)
Nilai rendah di Stasiun I diduga akibat tekanan aktivitas manusia yang menurunkan jumlah dan variasi spesies ikan. Sementara di Stasiun II, keanekaragaman lebih tinggi karena habitat lebih alami dan tekanan manusia lebih kecil14.
Kualitas Air: Parameter Fisika dan Kimia
Suhu:
- Stasiun I: 29,2–32,1°C (rata-rata 30,2°C)
- Stasiun II: 29,1–30,1°C (rata-rata 29,6°C)
- Kisaran ini masih ideal untuk pertumbuhan ikan tropis (28–32°C)14.
Kecerahan:
- Stasiun I: 16,5–27 cm (rata-rata 20,9 cm)
- Stasiun II: 17,5–25,5 cm (rata-rata 21,5 cm)
- Nilai ini di bawah standar ideal (>25 cm), diduga akibat tingginya padatan tersuspensi dan aktivitas domestik14.
Kedalaman:
- Stasiun I: 333–710 cm (rata-rata 522,5 cm)
- Stasiun II: 308–624 cm (rata-rata 508,8 cm)
TSS:
- Stasiun I: 18–57 mg/l (rata-rata 31 mg/l)
- Stasiun II: 34–62 mg/l (rata-rata 54 mg/l)
- Nilai TSS masih dalam batas toleransi untuk ikan14.
pH:
- Stasiun I: 5,40–6,87 (rata-rata 6,76)
- Stasiun II: 5,8–7,61 (rata-rata 6,87)
- Masih sesuai baku mutu air untuk kehidupan ikan (6–9)14.
DO (Oksigen Terlarut):
- 3,39–4,14 mg/l (rata-rata 3,65 mg/l) di kedua stasiun
- Masih dapat ditoleransi ikan, walau sedikit di bawah kisaran ideal14.
Fosfat:
- Stasiun I: 0,01–0,02 mg/l (rata-rata 0,02 mg/l)
- Stasiun II: 0,02–0,03 mg/l (rata-rata 0,02 mg/l)
- Masih di bawah ambang batas pencemaran air14.
Nitrat:
- Stasiun I: 0,00–0,02 mg/l (rata-rata 0,01 mg/l)
- Stasiun II: 0,01–0,02 mg/l (rata-rata 0,01 mg/l)
- Masih aman untuk kehidupan ikan dan tidak memicu eutrofikasi14.
Analisis Hubungan Kualitas Air dan Keanekaragaman Ikan
Parameter Fisika
- Suhu: Di Stasiun I, suhu dan keanekaragaman ikan memiliki korelasi positif cukup kuat (r = 0,43; R² = 17%). Di Stasiun II, hubungan sangat kuat (r = 0,85; R² = 73%). Artinya, variasi suhu di Stasiun II lebih berpengaruh terhadap keanekaragaman ikan dibanding Stasiun I14.
- Kecerahan: Stasiun I menunjukkan korelasi kuat (r = 0,71; R² = 50%), sedangkan Stasiun II cukup (r = 0,39; R² = 16%). Kekeruhan akibat aktivitas manusia di Stasiun I menurunkan keanekaragaman ikan14.
- Kedalaman: Stasiun I kuat (r = 0,53; R² = 28%), Stasiun II cukup (r = 0,47; R² = 22%). Kedalaman memengaruhi ketersediaan habitat dan sumber makanan14.
- TSS: Hubungan cukup di kedua stasiun (r = 0,38 dan 0,33). TSS tinggi dapat mengurangi efisiensi makan ikan dan menurunkan produktivitas primer14.
Parameter Kimia
- pH: Hubungan cukup di kedua stasiun (r = 0,26 dan 0,32; R² = 7% dan 10%). pH yang stabil penting untuk kelangsungan hidup ikan14.
- DO: Hubungan sangat lemah (r = 0,14 di Stasiun I dan 0,21 di Stasiun II). Kemungkinan karena DO di kedua lokasi masih dalam batas toleransi ikan, meski sedikit di bawah ideal14.
- Fosfat: Stasiun I cukup (r = 0,40; R² = 16%), Stasiun II sangat kuat (r = 0,85; R² = 73%). Fosfat yang cukup mendukung produktivitas primer dan rantai makanan ikan14.
- Nitrat: Stasiun I kuat (r = 0,61; R² = 37%), Stasiun II kuat (r = 0,70; R² = 49%). Nitrat penting untuk pertumbuhan tanaman air dan plankton, yang menjadi pakan alami ikan14.
Diskusi: Implikasi, Kritik, dan Hubungan dengan Tren Global
Implikasi untuk Pengelolaan Danau
- Keanekaragaman ikan di Danau Tahai cenderung rendah hingga sedang, menandakan adanya tekanan ekologis, terutama di area dekat permukiman.
- Kualitas air masih dalam batas toleransi ikan, namun beberapa parameter (kecerahan, DO) perlu mendapat perhatian khusus untuk mencegah penurunan keanekaragaman lebih lanjut.
- Hubungan positif antara kualitas air dan keanekaragaman ikan menegaskan pentingnya menjaga kualitas lingkungan perairan sebagai kunci keberlanjutan sumber daya ikan.
Kritik dan Saran
- Keterbatasan penelitian terletak pada cakupan wilayah (hanya dua stasiun) dan waktu pengamatan yang relatif singkat. Studi longitudinal dan penambahan lokasi sampling akan memperkaya data.
- Belum membahas faktor lain seperti tekanan penangkapan ikan, perubahan tutupan lahan, dan dampak wisata secara spesifik.
- Perlu integrasi data plankton sebagai indikator produktivitas primer, karena plankton adalah sumber pakan utama ikan5.
Perbandingan dengan Studi Lain
Penelitian serupa di Danau Lau Kawar menunjukkan bahwa kualitas air, suhu, dan struktur habitat sangat berpengaruh terhadap keanekaragaman ikan. Namun, Danau Lau Kawar memiliki indeks keanekaragaman yang lebih tinggi, menandakan ekosistem yang lebih stabil dan minim tekanan antropogenik3. Hal ini menegaskan bahwa aktivitas manusia adalah salah satu faktor utama penurunan keanekaragaman ikan di perairan tropis.
Relevansi dengan Isu Global dan Industri Perikanan
Hasil penelitian ini sangat relevan dengan tren global pengelolaan perikanan berkelanjutan dan konservasi ekosistem air tawar. Banyak danau tropis di dunia menghadapi tantangan serupa: tekanan aktivitas manusia, penurunan kualitas air, dan berkurangnya keanekaragaman hayati. Upaya rehabilitasi dan pengelolaan berbasis ekosistem menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan sumber daya ikan dan memastikan keseimbangan lingkungan.
Pentingnya Menjaga Kualitas Air untuk Keanekaragaman Ikan
Penelitian di Danau Tahai membuktikan bahwa kualitas air—baik dari aspek fisika maupun kimia—berhubungan erat dan positif dengan keanekaragaman ikan. Parameter-parameter seperti suhu, kecerahan, kedalaman, TSS, pH, DO, fosfat, dan nitrat semuanya berperan dalam menentukan jumlah dan variasi spesies ikan yang dapat bertahan hidup di danau. Stasiun yang lebih jauh dari aktivitas manusia memiliki keanekaragaman lebih tinggi, menegaskan perlunya pengelolaan aktivitas domestik dan wisata di sekitar danau.
Rekomendasi utama:
- Memperkuat pengawasan kualitas air dan pengelolaan limbah domestik.
- Meningkatkan edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem danau.
- Melakukan penelitian lanjutan dengan cakupan waktu dan lokasi yang lebih luas.
- Mengintegrasikan data plankton dan rantai makanan dalam analisis keanekaragaman ikan.
Sumber Asli Artikel
Yuni Pahrela, Rosana Elvince, Kembarawati. 2022. Hubungan Antara Kualitas Air dengan Keanekaragaman Ikan di Danau Tahai, Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya. Journal of Tropical Fisheries, 17(2): 86-96. ISSN: 1907-736X.