Argentina memasuki 2025 dengan lanskap perdagangan yang kompleks, ditandai oleh tarif tinggi, sistem perpajakan yang membebani impor, serta regulasi yang berubah cepat. Meskipun negara ini terikat penuh dalam sistem WTO dan menjadi anggota MERCOSUR, berbagai kebijakan domestik masih menciptakan hambatan signifikan bagi eksportir dan penyedia jasa internasional. Laporan 2025 National Trade Estimate menyoroti bahwa Argentina tetap menjadi salah satu pasar dengan kombinasi hambatan tarif dan non-tarif paling padat di kawasan.
Kerangka hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Argentina berada di bawah Trade and Investment Framework Agreement (TIFA), yang menjadi forum utama dialog mengenai isu pasar dan investasi. Namun, sejumlah kebijakan Argentina, terutama di bidang impor dan akses valuta asing, terus memengaruhi stabilitas perdagangan.
Struktur Tarif: Rata-Rata Tinggi dan Peran MERCOSUR dalam Pembentukan Bea Masuk
Tarif rata-rata Most-Favored-Nation (MFN) Argentina tercatat 13,4%, dengan tarif pertanian 10,3% dan tarif non-pertanian 13,8%. Meski Argentina telah mengikat seluruh garis tarifnya di WTO dengan rata-rata 31,8%, praktik aktualnya tetap berada di batas atas bagi banyak sektor.
Sebagai anggota MERCOSUR, Argentina menerapkan Common External Tariff (CET) yang berkisar 0–35%. Meskipun blok tersebut telah menyepakati penurunan 10% CET pada sebagian besar produk sejak 2022, implementasi penuh kode bea cukai bersama masih terhambat karena hanya Argentina yang meratifikasinya.
Argentina juga menaikkan tarif pada sejumlah produk tertentu, misalnya wiski yang kini dikenai tarif 35%, jauh di atas tarif 12% untuk minuman beralkohol lainnya.
Sistem Perpajakan Impor: Beban Tinggi dan Administrasi Lambat
Argentina memiliki struktur pajak berlapis yang menambah biaya impor secara signifikan. Poin-poin utama termasuk:
-
Statistical tax 3% untuk impor konsumsi, diperpanjang hingga 2027.
-
Advance VAT antara 10–20%, ditambah additional VAT 20% untuk barang konsumsi dan 10% untuk barang modal.
-
Income tax withholding sebesar 6–11% atas nilai barang.
-
Untuk sebagian transaksi, ada tambahan pembayaran personal asset tax 30% sejak 2022.
Dalam konteks inflasi yang tinggi, mekanisme advance payments membuat impor semakin tidak kompetitif, dan proses pengembalian VAT setelah ekspor sering mengalami keterlambatan yang memperburuk beban pelaku usaha.
Pembatasan Non-Tarif: Larangan Impor dan Persyaratan Khusus yang Ketat
Argentina memiliki salah satu rezim pembatasan impor barang bekas paling ketat di kawasan. Larangan atau pembatasan meliputi:
-
sebagian besar barang modal bekas,
-
mesin pertanian tertentu kecuali untuk direkondisi di dalam negeri,
-
ban bekas dan retread,
-
peralatan medis bekas,
-
suku cadang otomotif bekas,
-
serta larangan umum terhadap barang remanufaktur.
Untuk barang bekas yang masih boleh diimpor, syaratnya sangat berat, seperti:
-
hanya boleh diimpor oleh pengguna akhir,
-
rekondisi luar negeri hanya oleh produsen asli,
-
rekondisi dalam negeri hanya oleh lembaga teknis negara,
-
barang tidak boleh dijual atau dipindahtangankan selama empat tahun,
-
seluruh barang wajib memiliki Certificate of Import of Used Capital Goods.
Selain itu, antara 2019–2024, sebagian besar barang dikenakan pajak PAIS antara 7,5–30% yang semakin mengurangi daya saing impor, meski pajak tersebut tidak diperpanjang pada akhir 2024.
Reformasi Sistem Perizinan Impor: Penghapusan Lisensi Non-Automatic
Salah satu perubahan penting terjadi pada akhir 2023, ketika Argentina menghapus lisensi impor non-otomatis (non-automatic import licenses) dan menggantinya dengan Statistical System of Imports (SEDI), sebuah sistem digital pencatatan data impor.
Walau reformasi ini diarahkan pada transparansi, pelaku usaha tetap memantau apakah sistem ini akan diterapkan secara konsisten atau justru menjadi bentuk hambatan administratif baru.
Akses Pasar Valuta Asing: Perbaikan Terbatas tetapi Risiko Masih Tinggi
Pembatasan akses terhadap valuta asing menjadi salah satu hambatan terbesar bagi importir. Walaupun bank sentral telah mempercepat akses pembayaran impor dari 120 hari menjadi 30 hari setelah barang tiba, implementasinya tetap sulit. Pelaku usaha sering menghadapi:
-
keterlambatan akses dolar,
-
keharusan melakukan negosiasi dengan pemasok internasional,
-
biaya tambahan karena pembiayaan atau kredit,
-
ketidakpastian nilai tukar yang fluktuatif.
Beberapa sektor seperti energi dan pertambangan mendapatkan akses prioritas, tetapi sebagian besar sektor lain masih menghadapi risiko transaksi yang tinggi.
Hambatan Kepabeanan dan Reformasi Fasilitasi Perdagangan
Pada 2024, Argentina melakukan beberapa upaya reformasi:
-
menghapus penggunaan reference prices untuk sebagian negara asal,
-
menghilangkan analisis kapasitas finansial importir,
-
menghapus automatic red channel untuk barang yang terkena antidumping,
-
menyederhanakan persyaratan keselamatan untuk produk seperti sepeda dan tekstil.
Meskipun langkah-langkah ini menunjukkan arah yang lebih progresif, persyaratan consularization tetap menjadi hambatan besar. Setiap invoice dan packing list harus dilegalisasi oleh konsulat Argentina, suatu proses yang mahal dan tidak sesuai praktik modern.
SPS: Akses Tertutup untuk Sapi Hidup
Walaupun pasar daging sapi sempat dibuka kembali pada 2018, Argentina masih melarang impor sapi hidup dari AS dengan alasan kesehatan (BSE). Hingga kini, negosiasi sertifikat sanitari bersama masih berlangsung dan belum mencapai hasil final.
Perlindungan Kekayaan Intelektual: Tantangan Berat bagi Inovator
Argentina tetap berada pada Priority Watch List untuk perlindungan hak kekayaan intelektual. Masalah utamanya mencakup:
-
cakupan paten yang sangat terbatas,
-
kurangnya perlindungan data uji farmasi,
-
backlog panjang untuk paten farmasi dan biosimilar,
-
pasar gelap besar untuk barang bajakan, termasuk La Salada dan Barrio Once,
-
penegakan hukum yang tidak efektif.
Situasi ini menciptakan risiko tinggi bagi perusahaan teknologi, farmasi, dan industri kreatif.
Hambatan di Sektor Jasa: Utamanya dari Pembatasan Valuta Asing
Sektor jasa menghadapi hambatan yang serupa dengan barang, terutama dalam hal akses pembiayaan dan pembayaran lintas negara. Argentina memang menghapus kewajiban otorisasi impor jasa pada 2023, tetapi regulasi pembatasan valuta asing masih menjadi hambatan utama bagi penyedia layanan asing.
Sektor tertentu, seperti media dan telekomunikasi, memiliki hambatan tersendiri:
-
Media Law mewajibkan porsi konten lokal dalam iklan, radio, dan televisi.
-
Pada 2024, sebagian ketentuan konten berita wajib dicabut.
-
Untuk telekomunikasi, Argentina akhirnya mencabut pengendalian harga ICT yang
sejak 2020 membatasi tarif di bawah inflasi dan menghambat investasi sektor digital.
Penutup: Reformasi Ada, tetapi Beban Perdagangan Masih Berat
Argentina melakukan sejumlah reformasi signifikan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk penghapusan lisensi non-otomatis, beberapa penyederhanaan kepabeanan, dan perubahan kebijakan sektor telekomunikasi.
Namun struktur pajak impor yang rumit, pembatasan ketat barang bekas dan remanufaktur, ketidakpastian valuta asing, serta perlindungan kekayaan intelektual yang lemah tetap menjadikan Argentina pasar yang penuh tantangan.
Bagi perusahaan internasional, keberhasilan memasuki pasar Argentina membutuhkan strategi yang matang, pemahaman mendalam mengenai regulasi yang berubah cepat, serta kapasitas finansial yang cukup untuk menanggung biaya kepatuhan yang tinggi.
Daftar Pustaka
2025 National Trade Estimate Report on Foreign Trade Barriers – Argentina Section.