Global Sourcing: Strategi, Risiko, dan Optimalisasi Jaringan Pasokan di Era Kompetisi Global

Dipublikasikan oleh Guard Ganesia Wahyuwidayat

11 Desember 2025, 18.52

1. Pendahuluan

Global sourcing telah menjadi pilar penting dalam strategi rantai pasok modern. Ketika perusahaan dituntut menghadirkan kualitas tinggi dengan biaya kompetitif, pengadaan tidak lagi terbatas pada pasar domestik. Organisasi semakin bergantung pada pemasok lintas negara untuk mendapatkan material yang lebih murah, teknologi lebih canggih, kapasitas produksi lebih besar, atau akses ke inovasi yang tidak tersedia di dalam negeri. Pergeseran ini bukan hanya fenomena ekonomi, tetapi konsekuensi logis dari globalisasi, kemajuan teknologi logistik, dan tekanan kompetitif yang semakin kuat.

Namun, sumber pasokan global tidak datang tanpa risiko. Perbedaan jarak geografis, ketidakpastian politik, volatilitas nilai tukar, standar kualitas yang beragam, hingga perbedaan budaya negosiasi dapat menciptakan tantangan baru. Karena itu, global sourcing tidak boleh dipahami sekadar sebagai upaya mencari pemasok paling murah, melainkan proses strategis yang mempengaruhi keberlanjutan bisnis dan ketahanan rantai pasok. Perusahaan harus menyeimbangkan efisiensi biaya dengan mitigasi risiko, serta memastikan integrasi pemasok ke dalam sistem perencanaan dan kontrol internal.

Tulisan ini membahas kerangka konseptual global sourcing, jenis pemasok, proses pemilihan dan evaluasi, serta strategi mitigasi risiko. Melalui analisis yang komprehensif, pembaca dapat memahami mengapa sourcing global membutuhkan perspektif strategis yang lebih luas dibandingkan pengadaan tradisional.

 

2. Kerangka Dasar Global Sourcing

Global sourcing bukan sekadar aktivitas pembelian, tetapi suatu proses strategis yang melibatkan identifikasi pemasok dari berbagai negara, evaluasi kapabilitas mereka, pengelolaan hubungan jangka panjang, serta koordinasi logistik dan risiko lintas batas. Bagian ini menguraikan fondasi dan elemen utama dalam menciptakan sistem pengadaan global yang efektif.

2.1. Definisi dan Ruang Lingkup Global Sourcing

Menurut materi, global sourcing adalah proses mencari pemasok dan sumber material dari luar negara asal perusahaan untuk mendapatkan keuntungan kompetitif melalui:

  • biaya lebih rendah,

  • kualitas lebih baik,

  • kapasitas produksi tambahan,

  • akses teknologi baru,

  • diversifikasi risiko pasokan.

Global sourcing mencakup seluruh aktivitas procurement tradisional, tetapi diperluas dengan kompleksitas tambahan seperti regulasi internasional, model transportasi global, dan risiko geopolitik.

 

2.2. Perbedaan Purchasing vs Sourcing vs Global Sourcing

Perusahaan sering menyamakan istilah purchasing dan sourcing, padahal keduanya berbeda:

a. Purchasing

Fokus pada transaksi pembelian:

  • membuat purchase order,

  • menerima barang,

  • melakukan pembayaran.

b. Sourcing

Fokus pada strategi pemilihan pemasok:

  • mencari alternatif pemasok,

  • mengevaluasi kemampuan pemasok,

  • negosiasi jangka panjang,

  • pengelolaan hubungan pemasok.

c. Global Sourcing

Memperluas konsep sourcing ke skala internasional, sehingga mencakup:

  • evaluasi risiko negara,

  • analisis total landed cost,

  • perbedaan standar kualitas,

  • logistik internasional,

  • pertimbangan geopolitik dan compliance.

Global sourcing lebih strategis karena melibatkan keputusan jangka panjang yang memengaruhi daya saing perusahaan secara keseluruhan.

2.3. Kategori Pemasok dalam Global Sourcing

Materi mengelompokkan pemasok menjadi lima kategori utama, masing-masing memiliki karakteristik dan nilai strategis berbeda.

[Indonesian (auto-generated)] G…

1. Single Supplier

Perusahaan menggunakan satu pemasok untuk satu jenis material.
Kelebihan: kualitas mulai stabil, hubungan lebih dekat.
Risiko: jika pemasok gagal, tidak ada alternatif.

2. Sole Supplier

Pemasok tunggal yang memang satu-satunya di pasar.
Risiko sangat tinggi, terutama untuk komponen kritis.

3. Multiple Suppliers

Mengurangi risiko dengan memiliki beberapa pemasok.
Cocok untuk material umum (commodities).

4. Dual Sourcing

Menggunakan dua pemasok untuk menjaga competitive pressure dan redundansi.

5. Global vs Local Suppliers

  • Global suppliers: menawarkan harga lebih murah atau teknologi lebih baik.

  • Local suppliers: memberikan kecepatan, fleksibilitas, dan kedekatan budaya/regulasi.

Perusahaan harus menyeimbangkan kombinasi pemasok sesuai profil risiko material.

2.4. Model Kraljic Matrix sebagai Alat Klasifikasi Material

Model Kraljic adalah salah satu kerangka analisis paling berpengaruh dalam global sourcing. Materi kursus menjelaskan bagaimana perusahaan dapat mengelompokkan material ke empat kategori untuk menentukan strategi sourcing yang tepat.

[Indonesian (auto-generated)] G…

a. Non-Critical Items

  • Dampak rendah terhadap profit, risiko pasokan rendah.

  • Strategi: efisiensi proses purchasing (otomatisasi PO, pembelian volume kecil).

b. Leverage Items

  • Dampak tinggi terhadap profit, risiko pasokan rendah.

  • Strategi: negosiasi agresif untuk menekan biaya, tender kompetitif.

c. Bottleneck Items

  • Dampak rendah, risiko tinggi (biasanya pemasok terbatas).

  • Strategi: menjaga hubungan baik, menambah safety stock, mencari alternatif.

d. Strategic Items

  • Dampak tinggi dan risiko tinggi.

  • Material kritis yang memengaruhi kemampuan perusahaan bersaing.

  • Strategi: kolaborasi jangka panjang, co-development, dan kontrak strategis.

Kraljic membantu perusahaan memfokuskan energi pada pemasok yang benar-benar krusial.

2.5. Total Landed Cost (TLC) dalam Global Sourcing

Mengambil pemasok luar negeri mungkin terlihat lebih murah, tetapi keputusan sourcing tidak dapat hanya melihat harga satuan. Yang harus dihitung adalah total landed cost, yaitu seluruh biaya hingga material tiba di fasilitas perusahaan. Komponen TLC meliputi:

  • biaya pembelian awal,

  • biaya transportasi internasional,

  • bea masuk dan pajak impor,

  • biaya dokumen kepabeanan,

  • biaya inspeksi kualitas,

  • biaya inventory (akibat long lead time),

  • biaya risiko (kerusakan, penundaan, fluktuasi kurs).

Materi menegaskan bahwa perusahaan harus menghitung TLC secara cermat agar tidak “terjebak harga murah” dari pemasok global.

 

3. Proses Evaluasi dan Seleksi Pemasok dalam Global Sourcing

Memilih pemasok global bukan sekadar mencari harga termurah. Prosesnya harus sistematis dan mempertimbangkan kualitas, kapasitas, stabilitas bisnis, kepatuhan regulasi, hingga kecocokan budaya kerja. Seleksi pemasok adalah fondasi yang menentukan apakah strategi sourcing akan menghasilkan keunggulan kompetitif atau justru meningkatkan risiko operasional.

3.1. Tahap-Tahap Evaluasi Pemasok Global

Materi kursus menggambarkan alur evaluasi pemasok yang mencakup beberapa langkah utama: identifikasi kandidat, permintaan informasi, analisis kemampuan, audit lapangan, hingga negosiasi kontrak.

1. Supplier Identification

Mengidentifikasi pemasok potensial melalui:

  • direktori industri internasional,

  • pameran dagang global,

  • rekomendasi mitra bisnis,

  • platform e-sourcing.

2. Request for Information (RFI)

Tahap awal untuk mengetahui profil pemasok: teknologi, kapasitas, sertifikasi, struktur biaya.

3. Request for Proposal (RFP) / Request for Quotation (RFQ)

Digunakan untuk menilai kemampuan teknis dan komersial lebih rinci, termasuk SLA, MOQ, dan persyaratan logistik.

4. Supplier Capability Assessment

Meliputi evaluasi:

  • kualitas (quality system),

  • kapasitas produksi,

  • kesiapan teknologi,

  • sistem manajemen risiko,

  • stabilitas finansial.

5. On-Site Audit

Audit fasilitas dilakukan untuk:

  • memverifikasi klaim pemasok,

  • menilai compliance,

  • memeriksa standar keselamatan dan kualitas.

6. Final Negotiation & Contracting

Mencakup harga, incoterms, garansi kualitas, lead time, penalti keterlambatan, dan klausul risiko.

3.2. Kriteria Evaluasi Pemasok Global

Pemasok global harus dinilai dari perspektif multi-dimensi:

a. Kualitas dan Konsistensi Produk

Sertifikasi (ISO, HACCP, IATF), histori cacat produk, efektivitas QC dan QA.

b. Kapasitas dan Kapabilitas Produksi

Apakah mereka mampu memenuhi lonjakan permintaan?

c. Lead Time dan Ketepatan Pengiriman

Khususnya untuk pemasok lintas negara, variabilitas lead time harus dianalisis secara historis.

d. Kondisi Keuangan

Pemasok dengan keuangan lemah berisiko gagal memenuhi kontrak jangka panjang.

e. Inovasi dan Teknologi

Banyak perusahaan memilih pemasok global untuk akses teknologi baru.

f. Kepatuhan Etika dan Regulasi

Termasuk compliance terhadap standar lingkungan, tenaga kerja, dan peraturan ekspor–impor.

3.3. Negosiasi dalam Global Sourcing

Negosiasi internasional lebih kompleks dibanding negosiasi domestik. Materi kursus mengingatkan bahwa perbedaan budaya bisnis dapat memengaruhi gaya negosiasi.

Beberapa strategi negosiasi global:

  • memahami perbedaan budaya komunikasi (direct vs indirect style),

  • menyiapkan BATNA (best alternative to negotiated agreement),

  • fokus pada win–win partnership,

  • membangun kepercayaan jangka panjang, bukan hanya kontrak jangka pendek.

Dalam negosiasi lintas negara, fleksibilitas sering kali lebih bernilai daripada hard bargaining, terutama untuk material strategis.

3.4. Supplier Relationship Management (SRM)

Global sourcing menuntut hubungan pemasok yang kuat, bukan transaksi sesaat. SRM mencakup:

a. Collaborative Planning

Berbagi informasi forecast, kapasitas, dan demand variability.

b. Joint Improvement Projects

Contoh: co-design, lean implementation, atau pengembangan teknologi baru.

c. Kinerja Pemasok (Supplier Performance Monitoring)

Menggunakan KPI seperti OTIF (on time in full), defect rate, responsivitas komunikasi.

d. Dual Communication Channel

Memastikan informasi mengalir cepat untuk menghindari gangguan supply chain.

Pemasok strategis harus dipandang sebagai mitra inovasi, bukan sekadar penyedia material.

4. Risiko Global Sourcing dan Strategi Mitigasi

Mengambil pasokan dari luar negeri membuka peluang besar, namun juga memperkenalkan risiko tambahan. Materi kursus menyoroti risiko global sourcing sebagai isu sentral yang harus dikelola secara sistematis. Risiko tersebut mencakup risiko negara, logistik, kualitas, finansial, hingga etika bisnis.

4.1. Risiko Negara (Country Risk)

Risiko tingkat negara meliputi:

  • instabilitas politik,

  • konflik dan perang,

  • perubahan regulasi ekspor–impor,

  • kebijakan tarif dan non-tarif.

Misalnya, ketergantungan pada satu negara dapat menjadi ancaman besar ketika terjadi embargo atau krisis politik.

Mitigasi:

  • diversifikasi lokasi pemasok,

  • analisis country risk index,

  • kontrak fleksibel.

4.2. Risiko Logistik Internasional

Meliputi:

  • keterlambatan pengiriman,

  • kerusakan barang,

  • biaya freight yang fluktuatif,

  • permasalahan bea cukai.

Materi kursus menegaskan pentingnya perencanaan transportasi dan incoterms sebagai bagian mitigasi.

4.3. Risiko Kualitas (Quality Risk)

Risiko kualitas meningkat ketika pemasok berada jauh secara geografis dan tidak dapat dimonitor setiap hari.

Mitigasi:

  • audit kualitas berkala,

  • incoming inspection ketat,

  • pengembangan pemasok (supplier development).

4.4. Risiko Finansial dan Fluktuasi Nilai Tukar

Perbedaan mata uang dapat secara drastis mengubah total landed cost.

Mitigasi:

  • hedging valuta asing,

  • kontrak harga jangka panjang,

 

5. Tantangan Implementasi Global Sourcing, Studi Kasus, dan Strategi Penguatan

Meskipun global sourcing menawarkan peluang efisiensi dan inovasi, implementasinya menimbulkan tantangan strategis dan operasional yang tidak sederhana. Perbedaan budaya, jarak geografis, hambatan regulasi, ketidakpastian geopolitik, hingga perbedaan standar kualitas sering menjadi sumber gangguan bagi stabilitas pasokan. Bagian ini menguraikan tantangan implementasi, dianalisis melalui studi kasus nyata, dan ditutup dengan strategi penguatan sistem global sourcing.

5.1. Tantangan Implementasi Global Sourcing

a. Keterbatasan Visibilitas dan Transparansi

Pemasok yang beroperasi di negara lain membuat perusahaan sulit mengawasi proses produksi, kualitas, dan kondisi operasional secara real-time.

b. Lead Time Panjang dan Variabilitas Tinggi

Pengiriman lintas negara cenderung memiliki ketidakpastian lebih besar dibandingkan pasokan lokal.

c. Perbedaan Budaya Bisnis dan Bahasa

Negosiasi, ekspektasi kualitas, dan standar komunikasi dapat berbeda signifikan.

d. Biaya Tersembunyi (Hidden Cost)

Biaya inspeksi, penanganan bea cukai, keamanan, hingga risiko kerusakan sering kali tidak tampak di awal negosiasi.

e. Ketergantungan Berlebihan pada Negara atau Pemasok Tertentu

Menjadi sumber risiko sistemik, seperti yang terjadi ketika terjadi lockdown global atau konflik geopolitik.

5.2. Studi Kasus 1: Kebutuhan Diversifikasi Pemasok Pasca Gangguan Global

Banyak industri otomotif dan elektronik mengalami krisis pasokan komponen akibat gangguan global. Ketergantungan pada pemasok tunggal di satu negara membuat perusahaan:

  • tidak mampu memenuhi permintaan pasar,

  • mengalami lonjakan biaya pengadaan,

  • terpaksa melakukan redesign produk.

Kasus ini menegaskan pentingnya multi-sourcing dan mitigasi risiko negara.

5.3. Studi Kasus 2: Kegagalan Kontrol Kualitas Mengakibatkan Recall Produk

Perusahaan makanan besar pernah mengalami recall global akibat kontaminasi bahan baku dari pemasok luar negeri. Evaluasi menemukan:

  • tidak adanya audit berkala,

  • ketidaksesuaian standar sanitasi pemasok,

  • lemahnya incoming quality inspection.

Kerugian finansial dan reputasi sangat besar, menunjukkan bahwa biaya pengawasan tidak boleh dianggap sebagai beban, melainkan investasi.

5.4. Studi Kasus 3: Konflik Geopolitik yang Mengganggu Supply Chain

Perusahaan teknologi yang mengandalkan komponen semikonduktor dari wilayah yang mengalami ketegangan politik harus melakukan:

  • redesign produk,

  • mencari pemasok alternatif dalam waktu singkat,

  • membayar harga premium karena permintaan tinggi.

Kasus ini memperlihatkan bahwa risiko geopolitik harus dimasukkan dalam strategi sourcing sejak awal.

5.5. Strategi Penguatan Global Sourcing untuk Jangka Panjang

1. Supplier Diversification

Menghindari ketergantungan berlebihan pada satu negara atau satu pemasok.

2. Collaborative Supplier Development

Mengembangkan pemasok strategis melalui:

  • transfer teknologi,

  • pelatihan kualitas,

  • peningkatan kapasitas produksi.

3. Digital Integration dan Supply Chain Visibility

Menggunakan:

  • IoT tracking,

  • platform e-sourcing,

  • dashboard real-time,

  • digital compliance documentation.

Digitalisasi mengurangi risiko informasi terlambat.

4. Scenario Planning dan Risk Mapping

Menganalisis skenario seperti:

  • lonjakan permintaan,

  • embargo perdagangan,

  • kegagalan pemasok,

  • bencana alam.

5. Total Cost Perspective

Selalu memakai perspektif total landed cost, bukan perbandingan harga satuan.

6. Kontrak Fleksibel dengan Klausul Risiko

Memasukkan:

  • penalty delays,

  • currency adjustment clause,

  • force majeure yang diperluas.

7. Nearshoring dan Regional Sourcing

Memindahkan sebagian pasokan ke negara yang lebih dekat untuk mengurangi risiko lead time panjang.

6. Kesimpulan

Global sourcing merupakan strategi penting untuk meningkatkan efisiensi biaya, memperluas akses terhadap teknologi baru, dan memperkuat kemampuan kompetitif perusahaan. Namun keberhasilan sourcing global tidak hanya ditentukan oleh kemampuan mendapatkan pemasok berbiaya rendah, tetapi lebih pada kemampuan perusahaan merancang proses analitis yang matang, menilai risiko secara holistik, dan membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok internasional.

Kerangka analisis seperti kategori pemasok, Kraljic Matrix, total landed cost, dan evaluasi pemasok menjadi fondasi yang membantu perusahaan merumuskan strategi sourcing yang seimbang antara efisiensi dan ketahanan. Studi kasus nyata menunjukkan bahwa risiko seperti krisis geopolitik, gangguan logistik, dan kegagalan kualitas dapat menghancurkan rantai pasok jika perusahaan tidak memiliki mitigasi yang memadai.

Pada akhirnya, global sourcing bukan sekadar aktivitas operasional, tetapi keputusan strategis yang membentuk struktur kompetitif perusahaan untuk jangka panjang. Organisasi yang mampu menggabungkan analisis risiko, teknologi digital, kolaborasi pemasok, dan diversifikasi akan memiliki ketahanan rantai pasok yang lebih kuat dan fleksibilitas lebih besar dalam menghadapi dinamika pasar global.

  • penggunaan currency basket.

4.5. Risiko Etika dan Lingkungan

Isu seperti:

  • child labor,

  • pelanggaran keselamatan kerja,

  • polusi berlebihan,

  • praktik korupsi,

dapat merusak reputasi perusahaan global.

Mitigasi:

  • supplier code of conduct,

  • audit kepatuhan,

  • pemutusan hubungan kerja bila terjadi pelanggaran serius.

4.6. Risiko Ketergantungan terhadap Pemasok Tunggal

Bila pemasok strategis hanya satu dan tidak ada alternatif, perusahaan rentan terhadap:

  • gangguan produksi pemasok,

  • perubahan harga sepihak,

  • perubahan regulasi negara pemasok.

Mitigasi:

  • dual sourcing,

  • supplier diversification,

  • co-investment untuk meningkatkan kapasitas pemasok.

 

5. Tantangan Implementasi Global Sourcing, Studi Kasus, dan Strategi Penguatan

Meskipun global sourcing menawarkan peluang efisiensi dan inovasi, implementasinya menimbulkan tantangan strategis dan operasional yang tidak sederhana. Perbedaan budaya, jarak geografis, hambatan regulasi, ketidakpastian geopolitik, hingga perbedaan standar kualitas sering menjadi sumber gangguan bagi stabilitas pasokan. Bagian ini menguraikan tantangan implementasi, dianalisis melalui studi kasus nyata, dan ditutup dengan strategi penguatan sistem global sourcing.

5.1. Tantangan Implementasi Global Sourcing

a. Keterbatasan Visibilitas dan Transparansi

Pemasok yang beroperasi di negara lain membuat perusahaan sulit mengawasi proses produksi, kualitas, dan kondisi operasional secara real-time.

b. Lead Time Panjang dan Variabilitas Tinggi

Pengiriman lintas negara cenderung memiliki ketidakpastian lebih besar dibandingkan pasokan lokal.

c. Perbedaan Budaya Bisnis dan Bahasa

Negosiasi, ekspektasi kualitas, dan standar komunikasi dapat berbeda signifikan.

d. Biaya Tersembunyi (Hidden Cost)

Biaya inspeksi, penanganan bea cukai, keamanan, hingga risiko kerusakan sering kali tidak tampak di awal negosiasi.

e. Ketergantungan Berlebihan pada Negara atau Pemasok Tertentu

Menjadi sumber risiko sistemik, seperti yang terjadi ketika terjadi lockdown global atau konflik geopolitik.

5.2. Studi Kasus 1: Kebutuhan Diversifikasi Pemasok Pasca Gangguan Global

Banyak industri otomotif dan elektronik mengalami krisis pasokan komponen akibat gangguan global. Ketergantungan pada pemasok tunggal di satu negara membuat perusahaan:

  • tidak mampu memenuhi permintaan pasar,

  • mengalami lonjakan biaya pengadaan,

  • terpaksa melakukan redesign produk.

Kasus ini menegaskan pentingnya multi-sourcing dan mitigasi risiko negara.

5.3. Studi Kasus 2: Kegagalan Kontrol Kualitas Mengakibatkan Recall Produk

Perusahaan makanan besar pernah mengalami recall global akibat kontaminasi bahan baku dari pemasok luar negeri. Evaluasi menemukan:

  • tidak adanya audit berkala,

  • ketidaksesuaian standar sanitasi pemasok,

  • lemahnya incoming quality inspection.

Kerugian finansial dan reputasi sangat besar, menunjukkan bahwa biaya pengawasan tidak boleh dianggap sebagai beban, melainkan investasi.

5.4. Studi Kasus 3: Konflik Geopolitik yang Mengganggu Supply Chain

Perusahaan teknologi yang mengandalkan komponen semikonduktor dari wilayah yang mengalami ketegangan politik harus melakukan:

  • redesign produk,

  • mencari pemasok alternatif dalam waktu singkat,

  • membayar harga premium karena permintaan tinggi.

Kasus ini memperlihatkan bahwa risiko geopolitik harus dimasukkan dalam strategi sourcing sejak awal.

5.5. Strategi Penguatan Global Sourcing untuk Jangka Panjang

1. Supplier Diversification

Menghindari ketergantungan berlebihan pada satu negara atau satu pemasok.

2. Collaborative Supplier Development

Mengembangkan pemasok strategis melalui:

  • transfer teknologi,

  • pelatihan kualitas,

  • peningkatan kapasitas produksi.

3. Digital Integration dan Supply Chain Visibility

Menggunakan:

  • IoT tracking,

  • platform e-sourcing,

  • dashboard real-time,

  • digital compliance documentation.

Digitalisasi mengurangi risiko informasi terlambat.

4. Scenario Planning dan Risk Mapping

Menganalisis skenario seperti:

  • lonjakan permintaan,

  • embargo perdagangan,

  • kegagalan pemasok,

  • bencana alam.

5. Total Cost Perspective

Selalu memakai perspektif total landed cost, bukan perbandingan harga satuan.

6. Kontrak Fleksibel dengan Klausul Risiko

Memasukkan:

  • penalty delays,

  • currency adjustment clause,

  • force majeure yang diperluas.

7. Nearshoring dan Regional Sourcing

Memindahkan sebagian pasokan ke negara yang lebih dekat untuk mengurangi risiko lead time panjang.

 

6. Kesimpulan

Global sourcing merupakan strategi penting untuk meningkatkan efisiensi biaya, memperluas akses terhadap teknologi baru, dan memperkuat kemampuan kompetitif perusahaan. Namun keberhasilan sourcing global tidak hanya ditentukan oleh kemampuan mendapatkan pemasok berbiaya rendah, tetapi lebih pada kemampuan perusahaan merancang proses analitis yang matang, menilai risiko secara holistik, dan membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok internasional.

Kerangka analisis seperti kategori pemasok, Kraljic Matrix, total landed cost, dan evaluasi pemasok menjadi fondasi yang membantu perusahaan merumuskan strategi sourcing yang seimbang antara efisiensi dan ketahanan. Studi kasus nyata menunjukkan bahwa risiko seperti krisis geopolitik, gangguan logistik, dan kegagalan kualitas dapat menghancurkan rantai pasok jika perusahaan tidak memiliki mitigasi yang memadai.

Pada akhirnya, global sourcing bukan sekadar aktivitas operasional, tetapi keputusan strategis yang membentuk struktur kompetitif perusahaan untuk jangka panjang. Organisasi yang mampu menggabungkan analisis risiko, teknologi digital, kolaborasi pemasok, dan diversifikasi akan memiliki ketahanan rantai pasok yang lebih kuat dan fleksibilitas lebih besar dalam menghadapi dinamika pasar global.

 

Daftar Pustaka

  1. Diklatkerja. Global Sourcing.

  2. Monczka, R., Handfield, R., Giunipero, L., & Patterson, J. (2016). Purchasing and Supply Chain Management.

  3. Chopra, S., & Meindl, P. (2019). Supply Chain Management: Strategy, Planning, and Operation.

  4. Kraljic, P. (1983). Purchasing Must Become Supply Management. Harvard Business Review.

  5. Christopher, M. (2016). Logistics & Supply Chain Management.

  6. Trent, R., & Monczka, R. (2003). International Purchasing and Global Sourcing: What Are the Differences?

  7. Gelderman, C., & van Weele, A. (2003). Handling Measurement Issues and Strategic Directions in the Kraljic Matrix.

  8. Harland, C. (1996). Supply Chain Management: Relationships, Chains, and Networks.

  9. Wagner, S., & Johnson, J. (2004). Managing Supplier Risks in Global Supply Chains.

  10. Handfield, R., & McCormack, K. (2008). Supply Chain Risk Management: Minimizing Disruptions in Global Sourcing.