Faktor Penentu Inovasi Konstruksi: Strategi, Hambatan, dan Peluang Menuju Industri yang Lebih Progresif

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza

28 April 2025, 09.12

Pexels.com

Pendahuluan: Menantang Status Quo Inovasi dalam Industri Konstruksi

 

Industri konstruksi memegang peran strategis dalam perekonomian global, menyumbang sekitar 15% dari produk nasional bruto banyak negara. Namun ironisnya, industri ini justru dikenal stagnan dalam hal inovasi. Paper karya A.M. Blayse dan K. Manley berjudul Key Influences on Construction Innovation memberikan ulasan mendalam mengenai faktor-faktor kunci yang mendorong maupun menghambat inovasi dalam sektor konstruksi. Kajian ini tidak hanya menyusun daftar penyebab, tetapi juga menguraikan strategi praktis yang bisa diterapkan untuk memperkuat budaya inovasi di lapangan.

 

 

Definisi Inovasi dalam Konstruksi: Lebih dari Sekadar Teknologi Baru

 

Blayse dan Manley mengacu pada definisi inovasi dari Slaughter (1998), yakni penggunaan nyata dari suatu perubahan signifikan yang memperbaiki produk, proses, atau sistem yang sebelumnya belum digunakan oleh institusi terkait. Inovasi dalam konstruksi bisa bersifat:

 

Inkremental: Perbaikan kecil dari teknologi yang ada.

 

Radikal: Terobosan signifikan dalam ilmu atau teknologi.

Modular: Perubahan pada satu komponen.

Arsitektural: Perubahan hubungan antar komponen.

Sistemik: Inovasi yang saling terintegrasi.

 

 

Enam Faktor Utama yang Mempengaruhi Inovasi di Industri Konstruksi

 

Blayse dan Manley mengidentifikasi enam elemen inti yang sangat memengaruhi laju dan kualitas inovasi konstruksi:

1. Klien dan Produsen Material

Klien dengan pengetahuan teknis tinggi dan kebutuhan spesifik mendorong penyedia jasa untuk berinovasi. Misalnya, proyek rumah sakit pintar yang membutuhkan sistem HVAC berbasis IoT, secara otomatis menuntut integrasi teknologi baru dari produsen dan kontraktor.

 

Catatan Lapangan:

Dalam proyek konstruksi bandara di Sydney, klien meminta sistem pemrosesan bagasi otomatis. Hal ini mendorong integrasi teknologi AI oleh kontraktor, yang sebelumnya tidak pernah digunakan dalam proyek serupa.

 

2. Struktur Produksi

Konstruksi bersifat proyek-spesifik dan sementara, yang membuat aliran pengetahuan tidak berkelanjutan. Pengetahuan sering kali tidak terdokumentasi dengan baik, mengakibatkan terputusnya proses pembelajaran.

 

Fakta Tambahan:

Menurut McFallan (2002), lebih dari 95% kontraktor di Australia adalah usaha kecil-menengah (UKM) yang sulit membangun kapabilitas inovatif berkelanjutan karena keterbatasan sumber daya.

 

3. Hubungan Antaraktor

Hubungan kerja yang bersifat sementara atau loose coupling menyebabkan hilangnya pengetahuan kolektif dari proyek ke proyek. Namun, ketika hubungan ini diperkuat melalui kemitraan jangka panjang, inovasi menjadi lebih mudah berkembang.

 

Contoh Praktik Baik:

Perusahaan Jepang Shimizu Corporation menerapkan sistem rotasi personel antardivisi proyek untuk mempertahankan pengetahuan antar tim dan mempercepat adopsi inovasi.

 

4. Sistem Pengadaan (Procurement)

Kontrak lump sum tradisional sering menghambat inovasi karena tingginya risiko yang ditanggung kontraktor. Sebaliknya, model design-build dan project alliancing menciptakan ruang yang lebih luas untuk eksplorasi teknologi baru dan solusi kreatif.

 

Data Pendukung:

Studi oleh Walker et al. (2003) menunjukkan bahwa proyek alliancing meningkatkan tingkat inovasi sebesar 35% dibandingkan dengan pendekatan pengadaan konvensional.

 

5. Regulasi dan Standar

Standar berbasis performa (performance-based regulation) lebih ramah terhadap inovasi dibanding standar preskriptif. Namun, efektivitasnya sangat bergantung pada kapasitas regulator dalam memahami teknologi mutakhir.

 

Insight Tambahan:

Gann et al. (1998) menunjukkan bahwa regulasi yang terlalu spesifik dapat menyebabkan stagnasi teknologi karena pelaku industri takut menyimpang dari praktik yang disahkan secara hukum.

 

6. Sumber Daya Organisasi

Budaya inovasi, kapasitas teknis internal, kehadiran champion inovasi, serta proses dokumentasi pengetahuan menjadi penentu keberhasilan implementasi inovasi di tingkat perusahaan.

 

 

Studi Kasus dan Implementasi Nyata

 

Kasus 1: Proyek Crossrail di London

Menggunakan sistem BIM (Building Information Modeling) terintegrasi lintas kontraktor dan konsultan, proyek ini menunjukkan bagaimana struktur kerja kolaboratif dapat mempercepat pengambilan keputusan inovatif dan mengurangi biaya desain ulang hingga 25%.

 

Kasus 2: Allianz Stadium di Australia

Pendekatan project alliancing dan regulasi berbasis performa memungkinkan penggunaan material komposit baru yang lebih ringan namun tahan lama, menghemat 1.500 ton material struktural.

 

 

Opini dan Nilai Tambah: Menyiasati Hambatan Struktural

 

Salah satu kekuatan utama paper ini adalah penyajiannya yang sistemik, mencakup dimensi internal (organisasi) dan eksternal (regulasi, pasar). Namun, ada ruang penguatan berupa:

 

Penekanan pada transformasi digital seperti AI dan IoT dalam konstruksi belum dibahas dalam konteks inovasi terkini.

 

Keterlibatan pengguna akhir (end user) dalam proses inovasi jarang disinggung, padahal insight mereka dapat menjadi input penting dalam proyek publik.

 

Perbandingan:

Jika dibandingkan dengan riset Slaughter (1998) dan Kajander (2016), Blayse & Manley lebih komprehensif secara sistemik tetapi kurang fokus pada pendekatan kuantitatif seperti ROA (Real Option Analysis) dalam mengevaluasi nilai inovasi.

 

 

Rekomendasi Praktis: Menuju Industri Konstruksi yang Inovatif

 

Langkah-Langkah Strategis:

  • Bangun hubungan jangka panjang antara klien dan penyedia jasa (relational contracting).
  • Gunakan regulasi berbasis performa, bukan prosedur teknis preskriptif.
  • Dorong adopsi model pengadaan alliancing atau integrated project delivery (IPD).
  • Perkuat peran innovation brokers seperti universitas dan pusat riset industri.
  • Bentuk knowledge management system berbasis digital agar pengetahuan tidak hilang antar proyek.

 

 

Kesimpulan: Inovasi Adalah Pilihan Strategis, Bukan Sekadar Opsi Tambahan

 

Inovasi dalam konstruksi bukanlah hasil kebetulan, melainkan buah dari lingkungan yang dirancang untuk mendukung pembelajaran, kolaborasi, dan eksperimen. Paper ini menyajikan kerangka evaluatif dan praktikal yang dapat membantu aktor industri, pembuat kebijakan, dan akademisi dalam mendorong transformasi konstruksi ke arah yang lebih cerdas, efisien, dan berkelanjutan.

 

 

Sumber Referensi

 

Blayse, A.M. & Manley, K. (2004). Key Influences on Construction Innovation. Research funded by the Australian Cooperative Research Centre for Construction Innovation.

Tautan: https://eprints.qut.edu.au/