Mengapa Keselamatan di Industri Pangan Tak Bisa Dianggap Remeh
Industri pengolahan makanan sering kali dianggap lebih aman dibanding industri berat seperti manufaktur logam atau konstruksi. Namun, anggapan ini keliru. Di balik produksi makanan yang tampak sederhana, terdapat beragam potensi kecelakaan kerja yang bisa berakibat serius jika tidak ditangani dengan benar. Studi dari Ifan Riswanto dan Andung Jati Nugroho di CV. Gemilang Kencana—perusahaan kecil-menengah di Wonosobo yang memproduksi manisan carica—membuka mata kita terhadap pentingnya manajemen risiko bahkan di industri berskala UMKM.
Metodologi Ganda: Kombinasi HIRA dan FTA dalam Menguak Risiko
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan analisis risiko yang saling melengkapi:
- HIRA (Hazard Identification and Risk Assessment) digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur tingkat risiko di setiap tahapan produksi.
- FTA (Fault Tree Analysis) digunakan untuk menelusuri akar penyebab kecelakaan kerja yang paling serius dengan membangun “pohon kegagalan”.
Pendekatan ini memungkinkan peneliti tidak hanya melihat apa yang berbahaya, tapi juga mengapa dan bagaimana potensi kecelakaan itu bisa terjadi.
Studi Kasus: Proses Produksi Carica dan Risiko yang Tersembunyi
Risiko Kecelakaan yang Terjadi
Penelitian dilakukan secara langsung di lantai produksi CV. Gemilang Kencana. Ada tujuh tahapan kerja yang diamati, dan masing-masing dianalisis risikonya:
- Mengupas kulit buah carica – Risiko tangan teriris pisau.
- Mencuci buah – Risiko iritasi kulit akibat getah buah.
- Mengiris buah – Risiko luka gores karena pisau.
- Memasak buah – Risiko wajah terkena uap panas.
- Pengemasan dengan mesin press – Risiko jari terjepit mesin.
- Penyimpanan produk di gudang – Risiko tertimpa tumpukan produk.
- Packing produk – Risiko tangan iritasi akibat lem panas.
Dari semua risiko tersebut, hanya satu yang dikategorikan sebagai High Risk, yakni bagian pengemasan dalam cup menggunakan mesin press, yang memperoleh nilai risiko tertinggi sebesar 8 (kategori tinggi). Sisanya terbagi dalam risiko sedang (Moderate) dan rendah (Low).
Temuan Penting: Risiko Tertinggi Terjadi di Tahapan Pengemasan
Tiga Faktor Utama Penyebab Kecelakaan
Melalui analisis Fault Tree (FTA), peneliti berhasil mengidentifikasi tiga akar penyebab dari kecelakaan serius pada tahapan pengemasan:
- Kondisi alat (hardware failure): Kabel mesin terkelupas dan terkena air dari proses pencucian, menyebabkan korsleting yang membahayakan operator.
- Faktor manusia (human error): Operator tidak fokus saat bekerja, misalnya karena mengobrol atau tidak memahami prosedur penggunaan alat.
- Lingkungan kerja: Temperatur ruang produksi yang panas akibat penggunaan kompor dan mesin selama berjam-jam membuat operator kehilangan konsentrasi.
Lebih lanjut, kecelakaan tambahan juga ditemukan akibat pisau jatuh dari meja kecil dan menimpa kaki pekerja. Di sini terlihat bahwa desain ergonomi dan penyediaan alat yang sesuai menjadi kunci dalam pencegahan kecelakaan.
Analisis Tambahan: Apa yang Bisa Dipelajari dari Data Ini?
Penilaian risiko dalam HIRA menggunakan formula sederhana: Likelihood × Severity. Namun, kekuatannya terletak pada aplikasinya yang konsisten di seluruh proses produksi.
Dari ketujuh risiko yang diamati:
- Dua dikategorikan sebagai Low (nilai risiko 4): mencuci buah dan packing.
- Empat dikategorikan Moderate (nilai risiko 6): mengupas, mengiris, memasak, dan menyimpan.
- Satu dikategorikan High (nilai risiko 8): pengemasan dalam cup.
Fakta bahwa hanya satu tahapan masuk kategori “tinggi” bukan berarti tahapan lain bisa diabaikan. Justru pendekatan ini menekankan pentingnya evaluasi berkala dan penguatan budaya K3 dalam operasional sehari-hari.
Perbandingan dengan Studi Lain: Apakah Tren Ini Umum?
Dalam penelitian lain oleh Darmawan et al. (2022) yang menggunakan pendekatan HIRA dan FTA di sektor manufaktur berat, ditemukan bahwa sumber kecelakaan paling umum adalah kesalahan manusia dan kegagalan alat. Temuan ini selaras dengan hasil studi Ifan dan Andung, menegaskan bahwa kombinasi antara pekerja tidak terampil dan peralatan yang kurang layak adalah perpaduan berbahaya—terlepas dari skala industrinya.
Hal yang menarik, penelitian ini justru memperkuat argumen bahwa industri kecil seperti UMKM tidak boleh mengesampingkan sistem K3, bahkan jika proses produksi terlihat sederhana.
Rekomendasi Praktis: Apa yang Bisa Dilakukan Sekarang Juga?
Penelitian ini menghasilkan beberapa rekomendasi nyata dan terukur:
- Pemasangan sensor suhu dan perlindungan kabel untuk mencegah korsleting pada mesin pengemasan.
- Pelatihan pekerja secara rutin terkait penggunaan alat dan prosedur kerja.
- Peningkatan ventilasi ruang produksi, atau penjadwalan kerja yang mempertimbangkan suhu ruang agar pekerja tidak mengalami kelelahan akibat panas.
- Perbaikan desain ergonomi, seperti meja kerja yang lebih luas dan penyimpanan alat potong yang aman.
- Pemakaian alat pelindung diri (APD) yang konsisten, terutama sarung tangan dan alas kaki anti-slip.
Semua tindakan ini dapat dilakukan tanpa investasi besar, tetapi berpengaruh signifikan terhadap keselamatan dan produktivitas.
Kritik dan Saran Pengembangan
Kelebihan:
- Studi lapangan langsung memberikan data kontekstual dan aplikatif.
- Kombinasi HIRA dan FTA memberikan kedalaman analisis dari dua arah.
- Fokus pada UMKM menjadikan penelitian ini unik dan sangat relevan dengan konteks Indonesia.
Kelemahan:
- Tidak disertai dengan data kuantitatif jangka panjang, seperti frekuensi kecelakaan per bulan atau perubahan produktivitas pasca intervensi.
- Fokus terbatas hanya pada lantai produksi. Area lain seperti gudang bahan baku, distribusi, atau administrasi bisa jadi memiliki risiko tersendiri.
- Penggunaan software atau model statistik lebih lanjut (seperti simulasi Monte Carlo) akan memperkaya analisis risiko yang bersifat dinamis.
Penutup: Dari Analisis Risiko ke Budaya Keselamatan
Penelitian ini memberikan peta jalan yang sangat berguna bagi perusahaan kecil-menengah di sektor makanan untuk mulai membangun budaya keselamatan kerja. Meskipun berskala UMKM, CV. Gemilang Kencana sudah menunjukkan langkah proaktif dengan melakukan analisis menyeluruh terhadap potensi bahaya yang ada.
Jika rekomendasi dari studi ini dijalankan, bukan hanya kecelakaan kerja yang berkurang, tetapi juga tingkat kepercayaan pekerja dan efisiensi produksi akan meningkat. Ini membuktikan bahwa keselamatan bukanlah beban, melainkan investasi jangka panjang.
Sumber
Riswanto, I., & Nugroho, A. J. (2024). Analisis Keselamatan Kerja pada CV. Gemilang Kencana Metode HIRA dan Fault Tree Analysis. Kohesi: Jurnal Multidisiplin Saintek, 2(8), 110–124.
Tautan resmi: https://ejournal.warunayama.org/kohesi