Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada sebuah masalah pedagogis yang nyata dan mendesak: rendahnya hasil belajar pada mata kuliah Drainase Perkotaan, yang tercermin dari persentase perolehan nilai A yang rendah pada tahun ajaran 2018/2019. Masalah ini menjadi semakin krusial mengingat pentingnya mata kuliah ini dalam membekali mahasiswa dengan keahlian perencanaan sistem drainase yang vital bagi dunia kerja dan masyarakat. Latar belakang ini diperumit oleh pergeseran menuju pembelajaran jarak jauh (e-learning), sebuah modalitas yang, meskipun menawarkan fleksibilitas, juga menuntut desain instruksional yang cermat untuk memastikan efektivitasnya.
Kerangka teoretis yang diusung oleh penulis adalah evaluasi pengalaman belajar dalam konteks Revolusi Industri 4.0. Dengan merujuk pada definisi dan karakteristik pembelajaran jarak jauh dari para ahli seperti Keegan (1986) dan Irwansyah (2018), studi ini memposisikan e-learning sebagai proses yang direncanakan dengan baik yang menggunakan teknologi untuk menjembatani keterpisahan antara pendidik dan peserta didik. Hipotesis implisit yang mendasari karya ini adalah bahwa model pembelajaran jarak jauh yang saat ini diterapkan untuk mata kuliah Drainase Perkotaan—yang mengandalkan platform seperti Google Classroom dan WhatsApp Group—tidak berhasil mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Dengan demikian, tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis secara empiris pengalaman dan persepsi mahasiswa terhadap model pembelajaran tersebut.
Metodologi dan Kebaruan
Penelitian ini mengadopsi metode kuantitatif dengan pendekatan survei sebagai studi pendahuluan (preliminary study). Pengumpulan data primer dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah Drainase Perkotaan pada semester genap 2019/2020. Sampel penelitian terdiri dari 26 mahasiswa.
Analisis data yang digunakan bersifat deskriptif, di mana hasil dari kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk persentase untuk memetakan berbagai aspek persepsi mahasiswa, termasuk pemahaman materi, tingkat kepuasan, dan persepsi terhadap waktu belajar.
Kebaruan dari karya ini tidak terletak pada pengembangan teori baru, melainkan pada aplikasinya yang pragmatis dan tepat waktu. Dengan melakukan evaluasi cepat berbasis data terhadap sebuah mata kuliah yang sedang berjalan, penelitian ini memberikan sebuah potret nyata mengenai tantangan implementasi pembelajaran jarak jauh, sehingga berfungsi sebagai diagnosis berbasis bukti yang dapat secara langsung menginformasikan perbaikan pedagogis.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis data dari kuesioner yang disebar kepada 26 mahasiswa menghasilkan serangkaian temuan kuantitatif yang secara jelas mengonfirmasi adanya masalah dalam model pembelajaran yang ada.
-
Tingkat Pemahaman yang Sangat Rendah: Temuan yang paling mengkhawatirkan adalah rendahnya tingkat pemahaman materi. Hanya 7,7% mahasiswa yang menyatakan "memahami" materi, dan tidak ada satu pun yang merasa "sangat memahami." Sebaliknya, mayoritas besar mahasiswa berada dalam kategori di bawahnya, dengan 57,7% hanya "cukup memahami" dan gabungan 34,6% (30,8% tidak memahami dan 3,8% sangat tidak memahami) secara eksplisit menyatakan kesulitan.
-
Tingkat Kepuasan yang Rendah: Sejalan dengan rendahnya pemahaman, tingkat kepuasan terhadap materi pembelajaran juga tergolong rendah. Hanya 15,4% mahasiswa yang menyatakan "puas," sementara mayoritas (65,4%) hanya merasa "cukup puas," dan gabungan 19,2% (15,4% tidak puas dan 3,8% sangat tidak puas) menunjukkan ketidakpuasan.
-
Paradoks Waktu dalam Pembelajaran Fleksibel: Salah satu temuan yang paling menarik secara konseptual adalah persepsi mengenai waktu. Meskipun pembelajaran jarak jauh secara teoretis menawarkan fleksibilitas untuk belajar "kapan saja dan di mana saja," mayoritas mahasiswa (53,8%) justru menyatakan bahwa waktu yang tersedia untuk mempelajari materi tidak mencukupi.
Secara kontekstual, temuan-temuan ini melukiskan gambaran yang koheren: model pembelajaran yang mengandalkan platform dasar (Google Classroom, WhatsApp) dengan metode penyampaian pasif (presentasi) dan tugas mandiri terbukti tidak efektif. Hal ini tidak hanya gagal memfasilitasi pemahaman yang mendalam, tetapi juga menciptakan sebuah paradoks di mana fleksibilitas waktu justru dirasakan sebagai tekanan atau kekurangan waktu, kemungkinan besar karena kurangnya struktur, interaksi, dan panduan yang memadai.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Sebagai sebuah studi pendahuluan, keterbatasan utama dari penelitian ini adalah ukuran sampelnya yang kecil (26 responden) dan terbatas pada satu mata kuliah di satu institusi, yang membatasi generalisasi temuannya. Selain itu, penelitian ini sepenuhnya bergantung pada data persepsi yang dilaporkan sendiri (self-reported data), yang mungkin tidak selalu berkorelasi sempurna dengan kinerja akademik objektif.
Secara kritis, paper ini berhasil mengidentifikasi masalah, namun tidak menggali lebih dalam mengenai akar penyebab dari "kekurangan waktu" yang dirasakan mahasiswa. Investigasi kualitatif lebih lanjut dapat memberikan wawasan mengenai apakah ini disebabkan oleh beban tugas yang berlebihan, kesulitan dalam manajemen waktu mandiri, atau kurangnya efisiensi dalam memahami materi yang disajikan secara pasif.
Implikasi Iliah di Masa Depan
Secara praktis, implikasi dari penelitian ini sangat jelas dan dapat ditindaklanjuti. Ia memberikan sinyal peringatan yang kuat bagi para pendidik bahwa sekadar memindahkan materi ke platform daring tidaklah cukup. Diperlukan perancangan ulang yang cermat terhadap pengalaman belajar untuk memastikan adanya interaksi, dukungan, dan media yang lebih menarik.
Untuk penelitian di masa depan, karya ini secara efektif berfungsi sebagai fase analisis kebutuhan yang sempurna untuk sebuah proyek penelitian dan pengembangan (R&D). Langkah berikutnya yang paling logis adalah merancang dan mengembangkan media pembelajaran yang lebih interaktif (seperti video animasi atau simulasi, sebagaimana disarankan oleh studi lain dalam prosiding yang sama) dan kemudian melakukan studi quasi-eksperimental untuk membandingkan secara kuantitatif efektivitasnya terhadap model yang ada saat ini.
Sumber
Perdana, P. C. (2020). Studi Pembelajaran Jarak Jauh pada Mata Kuliah Drainase Perkotaan. Prosiding Seminar Pendidikan Kejuruan dan Teknik Sipil (SPKTS) 2020, 451-461.