Evaluasi Dampak Sosial Ekonomi Transportasi: Pelajaran untuk Kebijakan Infrastruktur Indonesia

Dipublikasikan oleh Marioe Tri Wardhana

29 Oktober 2025, 08.32

Mengapa Temuan Ini Penting untuk Kebijakan?

Laporan U.S. Department of Transportation (DOT, 2023) menyoroti pentingnya menilai biaya dan manfaat sosial dalam setiap proyek infrastruktur transportasi. Pendekatan ini tidak hanya menghitung efisiensi ekonomi seperti waktu tempuh atau biaya bahan bakar, tetapi juga memperhitungkan keadilan sosial, keselamatan, dan dampak lingkungan.

Hasil kajian menunjukkan bahwa proyek transportasi yang dirancang dengan mempertimbangkan efek sosial—seperti akses terhadap pekerjaan, pendidikan, dan layanan publik—memberikan nilai manfaat sosial hingga 1,8 kali lebih besar dibanding proyek yang hanya fokus pada aspek ekonomi semata.

Dalam konteks Indonesia, temuan ini sangat relevan mengingat proyek besar seperti Tol Trans Jawa, LRT Jabodebek, dan Kereta Cepat Jakarta–Bandung masih sering dinilai hanya dari sisi ekonomi makro. Dengan pendekatan penilaian sosial ekonomi seperti yang diuraikan oleh DOT, kebijakan infrastruktur nasional dapat menjadi lebih inklusi sosial dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.

Pelatihan seperti Kursus Analisis Dampak Sosial dan Ekonomi Infrastruktur Publik di Diklatkerja dapat memperkuat kapasitas teknokrat dan analis kebijakan dalam mengadopsi metode evaluasi berbasis bukti. Business with Social Impact.

Implementasi di Lapangan: Dampak, Hambatan, dan Peluang

Hasil implementasi Social and Economic Impact Assessment (SEIA) di berbagai negara menunjukkan sejumlah dampak positif:

  • Peningkatan konektivitas sosial-ekonomi, terutama bagi kelompok berpendapatan rendah.

  • Penurunan tingkat kecelakaan hingga 25% di wilayah dengan desain jalan berbasis keselamatan.

  • Pertumbuhan ekonomi lokal di sekitar infrastruktur baru, dengan munculnya bisnis kecil dan lapangan kerja baru.

Namun, terdapat beberapa hambatan utama dalam pelaksanaan penilaian sosial ekonomi di negara berkembang seperti Indonesia:

  • Keterbatasan data sosial dan lingkungan yang dapat digunakan untuk analisis dampak.

  • Kurangnya koordinasi antar kementerian, misalnya antara Kementerian PUPR dan Kemenhub.

  • Minimnya partisipasi publik dalam proses evaluasi proyek.

Peluang besar muncul melalui digitalisasi data spasial dan penggunaan teknologi seperti Geographic Information Systems (GIS) untuk mengukur dampak sosial ekonomi secara real-time.

Kursus Manajemen Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah di Diklatkerja dapat membantu meningkatkan keterampilan perencana daerah dalam pemanfaatan data tersebut. Manajemen Konstruksi dan Infrastruktur.

5 Rekomendasi Kebijakan Praktis

  1. Integrasikan Analisis Sosial Ekonomi ke dalam Studi Kelayakan Proyek Semua proyek transportasi nasional harus menyertakan komponen evaluasi sosial dan lingkungan sejak tahap perencanaan.

  2. Bangun Sistem Data Terpadu Infrastruktur Nasional Pemerintah perlu mengembangkan data hub untuk mengumpulkan dan memantau indikator sosial ekonomi dari proyek infrastruktur secara berkelanjutan.

  3. Perkuat Kapasitas SDM Analis Kebijakan Publik Melalui pelatihan seperti Evaluasi dan Audit Program Pemerintah, aparatur dapat memahami teknik pengukuran dampak sosial yang komprehensif.

  4. Dorong Kolaborasi Publik-Swasta dan Komunitas Libatkan masyarakat lokal dan sektor swasta dalam proses perencanaan agar proyek lebih kontekstual dan berdampak luas.

  5. Kembangkan Panduan Nasional SEIA (Social and Economic Impact Assessment) Indonesia perlu memiliki pedoman nasional yang menstandarkan metode evaluasi sosial ekonomi untuk semua proyek infrastruktur besar.

Kritik terhadap Potensi Kegagalan Kebijakan

Kebijakan infrastruktur berpotensi gagal bila penilaian dampak sosial hanya menjadi formalitas administratif. Risiko utama mencakup:

  • Fokus berlebihan pada output fisik tanpa memperhatikan outcome sosial.

  • Kurangnya mekanisme audit independen yang menilai keberlanjutan proyek.

  • Tidak adanya keterlibatan masyarakat dalam pemantauan pascaproyek.

Untuk menghindarinya, pemerintah perlu memperkuat transparansi data dan memastikan mekanisme akuntabilitas multi-level governance, di mana hasil evaluasi dipublikasikan secara terbuka kepada publik.

Penutup

Evaluasi sosial ekonomi bukan sekadar alat ukur efisiensi proyek, melainkan instrumen kebijakan untuk memastikan pembangunan yang adil, inklusif, dan berkelanjutan. Melalui penerapan pendekatan seperti yang dikembangkan oleh DOT (2023), Indonesia dapat memperkuat tata kelola infrastruktur agar tidak hanya menciptakan konektivitas fisik, tetapi juga pemberdayaan sosial dan pertumbuhan ekonomi merata.

Dengan dukungan pelatihan teknis dan kebijakan publik di Diklatkerja, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi model pembangunan infrastruktur berbasis keadilan sosial di kawasan Asia Tenggara.

Sumber

U.S. Department of Transportation (DOT). (2023). Assessing the Social and Economic Impacts of Transportation Infrastructure Projects. Washington D.C.: USDOT.