Efisiensi Pemanfaatan Air dengan Sarana Penampungan Air Hujan pada Rumah Warga Kota Kupang

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

05 Juni 2025, 17.30

pixabay.com

Kota Kupang, yang terletak di wilayah tropis dengan dua musim utama, memiliki karakteristik musim hujan yang singkat namun intensitas curah hujan harian yang tinggi, berkisar antara 79 mm hingga 203 mm. Kondisi ini menimbulkan peluang besar untuk memanfaatkan air hujan sebagai sumber air bersih alternatif, terutama mengingat pasokan air bersih dari PDAM yang belum memadai dan distribusinya tidak merata. Artikel berjudul Efisiensi Pemanfaatan Air dengan Sarana Penampungan Air Hujan pada Rumah Warga Kota Kupang oleh Denik S. Krisnayanti dan rekan (2019) mengkaji efisiensi pemanfaatan air dengan pembangunan sarana penampungan air hujan (PAH) di rumah-rumah warga Kota Kupang. Penelitian ini menggunakan metode neraca air untuk membandingkan kebutuhan air (demand) dan volume air yang dapat ditampung (supply), dengan sampel sebanyak 30 rumah dari 6 kecamatan.

Latar Belakang dan Tujuan Penelitian

Kupang mengalami musim hujan selama 3-4 bulan dalam setahun, dengan curah hujan yang cukup tinggi dalam periode tersebut. Namun, pada musim kemarau, kebutuhan air bersih meningkat dan pasokan dari PDAM seringkali tidak mencukupi. Oleh karena itu, pemanfaatan air hujan melalui sarana PAH menjadi solusi potensial untuk mengurangi ketergantungan pada sumber air berbayar dan menghemat pengeluaran rumah tangga.

Tujuan utama penelitian ini adalah:

  1. Menentukan kapasitas minimum media penyimpanan air hujan yang tepat untuk rumah warga.
  2. Mengukur efisiensi penghematan air dan pengeluaran rumah tangga yang dapat diperoleh dengan menggunakan sarana PAH.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan data primer berupa luasan atap rumah dan kebutuhan air rumah tangga yang diperoleh melalui survei dan kuisioner. Data sekunder berupa curah hujan harian selama 18 tahun terakhir (2000-2017) dari Stasiun Klimatologi Kupang juga digunakan untuk menghitung potensi air hujan yang dapat dipanen.

Metode neraca air diaplikasikan untuk menghitung volume air hujan yang dapat ditampung berdasarkan rumus:

Vh=C×th×AV_h = C \times t_h \times AVh=C×th×A

di mana:

  • VhV_hVh = volume air hujan yang dapat dipanen (liter),
  • CCC = koefisien limpasan berdasarkan jenis atap (misalnya 0,8 untuk atap seng gelombang),
  • tht_hth = tinggi curah hujan harian rata-rata bulanan (mm),
  • AAA = luas atap (m²).

Kebutuhan air bulanan dihitung dengan mengalikan jumlah penghuni, kebutuhan air per orang per hari, dan jumlah hari dalam bulan tersebut.

Simulasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar air hujan yang dapat memenuhi kebutuhan air rumah tangga dan berapa efisiensi penghematan air yang didapat.

Studi Kasus dan Data Penting

Salah satu contoh studi kasus adalah rumah di Perumahan Puri Indah Lasiana, Kelapa Lima, dengan luas atap 95 m² dan 3 penghuni. Dengan koefisien limpasan 0,8 dan data curah hujan bulanan, diperoleh kapasitas minimum penampungan air hujan sebesar 14,63 m³ (14.627 liter).

Perhitungan neraca air bulanan menunjukkan bahwa pada bulan-bulan hujan tinggi seperti Januari dan Februari, volume air hujan yang ditampung melebihi kebutuhan air, sehingga kondisi bak penampung penuh. Sebaliknya, pada bulan kemarau seperti Juli dan Agustus, volume air hujan yang ditampung sangat rendah sehingga bak penampung kosong dan kebutuhan air harus dipenuhi dari sumber lain.

Rekapitulasi dari 30 sampel rumah menunjukkan kapasitas minimum sarana PAH berkisar antara 26.592 hingga 44.097 liter (26,59 hingga 44,10 m³), tergantung pada luas atap dan jumlah penghuni rumah.

Efisiensi Pemanfaatan Air dan Penghematan Biaya

Hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan sarana PAH, rata-rata efisiensi pemanfaatan air rumah tangga mencapai 30,57%. Efisiensi ini berarti bahwa hampir sepertiga kebutuhan air rumah tangga dapat dipenuhi dari air hujan yang ditampung, sehingga mengurangi penggunaan air PDAM atau air dari vendor.

Efisiensi terendah tercatat sebesar 1,87%, sedangkan efisiensi tertinggi mencapai 67,61%, yang sangat bergantung pada luas atap dan jumlah penghuni rumah.

Penghematan ini berdampak langsung pada pengurangan pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan air bersih. Grafik efisiensi pemanfaatan air menunjukkan perbedaan signifikan antara pengeluaran sebelum dan sesudah penggunaan PAH, yang memungkinkan alokasi dana rumah tangga untuk kebutuhan lain.

Nilai Tambah dan Relevansi dengan Tren Global

Pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih rumah tangga merupakan solusi berkelanjutan yang sejalan dengan tren global pengelolaan sumber daya air yang efisien dan ramah lingkungan. Kota-kota dengan musim hujan singkat namun intensitas tinggi seperti Kupang dapat memaksimalkan potensi ini untuk mengurangi tekanan pada sumber air tanah dan PDAM.

Selain itu, penggunaan metode neraca air dalam perencanaan kapasitas penampungan air hujan memberikan pendekatan ilmiah yang dapat diaplikasikan di berbagai daerah dengan karakteristik curah hujan dan kebutuhan air berbeda.

Kritik dan Saran

Meskipun hasil penelitian menunjukkan efisiensi yang cukup tinggi, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan:

  • Kualitas air hujan yang ditampung perlu diuji secara rutin untuk memastikan keamanan penggunaan, terutama untuk konsumsi langsung.
  • Variasi kebutuhan air antar rumah tangga dan kebiasaan penggunaan air dapat mempengaruhi efektivitas PAH.
  • Pengelolaan dan pemeliharaan sarana PAH harus dilakukan dengan baik agar tidak menjadi sumber kontaminasi.
  • Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengintegrasikan sistem PAH dengan sumber air lainnya dan mengoptimalkan penggunaan air secara keseluruhan.

Kesimpulan

Penelitian ini membuktikan bahwa sarana penampungan air hujan dapat menjadi solusi efektif untuk menghemat penggunaan air bersih di rumah warga Kota Kupang. Dengan kapasitas media penyimpanan minimum antara 26,59 hingga 44,10 m³, sarana PAH mampu menyediakan suplai air yang signifikan, terutama pada musim hujan.

Efisiensi pemanfaatan air rata-rata sebesar 30,57% menunjukkan potensi besar penghematan biaya dan pengurangan ketergantungan pada sumber air berbayar. Dengan perencanaan yang matang dan pengelolaan yang baik, PAH dapat berperan penting dalam mengatasi krisis air bersih di daerah dengan karakteristik serupa.

Sumber Artikel:
Krisnayanti, D. S., Yosafath, Y. T., & Pah, J. J. S. (2019). Efisiensi Pemanfaatan Air dengan Sarana Penampungan Air Hujan pada Rumah Warga Kota Kupang. Jurnal Teknik Sipil, 8(2), 165-178.