Pendahuluan
Keselamatan kerja dalam proyek konstruksi telah lama menjadi isu utama. Tingginya tingkat kecelakaan di sektor ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti mobilitas tenaga kerja yang tinggi, kondisi kerja yang berat, dan lemahnya pengawasan keselamatan. Seiring dengan berkembangnya teknologi digital dan Internet of Things (IoT), muncul pendekatan baru bernama smart construction atau konstruksi cerdas, yang diyakini mampu meningkatkan kinerja keselamatan proyek secara signifikan.
Paper berjudul "Effect of Smart Construction Technology Characteristics on the Safety Performance of Construction Projects: An Empirical Analysis Based on Structural Equation Modeling" karya Hongjie Liu, Shuyuan Li, dan Haizhen Wen yang diterbitkan di jurnal Buildings (2024) mencoba mengisi celah penelitian dengan menganalisis pengaruh karakteristik teknologi konstruksi cerdas terhadap performa keselamatan proyek melalui pendekatan kuantitatif berbasis Structural Equation Modeling (SEM).
Karakteristik Teknologi Konstruksi Cerdas
Penelitian ini mengidentifikasi lima karakteristik utama teknologi konstruksi cerdas yang memengaruhi keselamatan proyek:
-
Integrasi: kemampuan untuk menggabungkan berbagai sistem informasi dan kolaborasi antar pemangku kepentingan.
-
Automasi: penggunaan perangkat pintar dan sistem otomatis untuk meminimalkan pekerjaan manual.
-
Inisiatif: kemampuan sistem untuk memberikan informasi terkini dan memperkirakan risiko masa depan.
-
Shareability: kemudahan dalam berbagi data antar departemen dan tim proyek.
-
Sustainability: keberlanjutan teknologi dalam seluruh siklus hidup proyek.
Tinjauan Literatur Pendukung
Berbagai studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa teknologi seperti BIM (Building Information Modeling), sensor IoT, dan perangkat wearable dapat meningkatkan visibilitas bahaya, mendukung komunikasi antar tim, dan memungkinkan tindakan preventif secara real-time.
Integrasi TAM dan TTF sebagai Kerangka Teoritis
Peneliti menggabungkan dua model teori populer—Technology Acceptance Model (TAM) dan Task-Technology Fit (TTF)—untuk membentuk jalur teoretis:
Karakteristik Teknologi → Persepsi (kemudahan & manfaat) → Niat penggunaan → Perilaku penggunaan → Kinerja Keselamatan.
Variabel antara seperti perceived ease of use, perceived usefulness, dan intention to use digunakan untuk menjembatani hubungan antara karakteristik teknologi dan hasil akhirnya.
Metodologi: Survei Empiris dan SEM
Sampel
-
Jumlah responden: 742 dari total 856 kuesioner yang disebar di 7 provinsi di Tiongkok.
-
Responden mayoritas berasal dari kontraktor umum (78%) dengan pengalaman konstruksi rata-rata lebih dari 5 tahun.
Teknik Analisis
-
Penggunaan software AMOS 24.0 untuk membangun dan menguji model SEM.
-
Pengukuran variabel dilakukan dengan skala Likert 7 poin dan diuji reliabilitasnya dengan Cronbach’s Alpha (>0,9).
Hasil Statistik Utama
-
Koefisien jalur langsung dari karakteristik teknologi ke performa keselamatan: 0.61.
-
Total efek (langsung + tidak langsung): 0.652.
-
Jalur paling signifikan: usage behavior → safety performance (koefisien: 0.90).
Analisis dan Opini Tambahan
Interpretasi
Hasil menunjukkan bahwa persepsi positif terhadap teknologi (mudah digunakan dan bermanfaat) sangat berkontribusi pada niat penggunaan, yang pada akhirnya berdampak pada implementasi aktual dan kinerja keselamatan. Artinya, adopsi teknologi saja tidak cukup; persepsi dan pelatihan pengguna adalah kunci.
Studi Kasus Global Relevan
-
Di Jepang dan Korea Selatan, penggunaan BIM terintegrasi dengan sensor dan AI telah mengurangi angka kecelakaan kerja hingga 35% dalam proyek skala besar (JICA, 2022).
-
Di Eropa, proyek konstruksi dengan penggunaan IoT berbasis predictive maintenance melaporkan waktu tanggap terhadap potensi bahaya turun dari rata-rata 6 jam menjadi 30 menit.
Kritik Terhadap Penelitian
-
Generalisasi Terbatas: Data hanya berasal dari Tiongkok, sehingga temuan mungkin tidak mencerminkan kondisi global.
-
Tidak Mengkaji Hambatan Implementasi: Tidak dijelaskan secara rinci tantangan seperti biaya tinggi, pelatihan teknis, atau resistensi budaya dalam mengadopsi teknologi cerdas.
Perbandingan dengan Penelitian Lain
Penelitian Azhar et al. (2015) menyatakan bahwa efektivitas BIM dalam keselamatan proyek hanya maksimal bila ada dukungan budaya organisasi. Penelitian Liu et al. ini melengkapi pemahaman tersebut dengan jalur kuantitatif yang menunjukkan bahwa persepsi dan perilaku pengguna memediasi dampak teknologi.
Implikasi Praktis bagi Industri Konstruksi
-
Pelatihan Teknis Harus Diutamakan: Agar persepsi usefulness dan ease of use meningkat.
-
Pengembangan Platform Kolaboratif: Mengedepankan shareability dan integrasi lintas sistem.
-
Regulasi Pemerintah Perlu Mendorong Adopsi: Misalnya, dengan memberikan insentif bagi proyek yang menerapkan sistem sensor pintar atau BIM.
Kesimpulan
Penelitian ini memberikan kontribusi penting terhadap pemahaman hubungan antara karakteristik teknologi konstruksi cerdas dan performa keselamatan proyek. Dengan menggabungkan teori TAM dan TTF, serta menguji hubungan melalui SEM, ditemukan bahwa teknologi seperti automasi, integrasi, dan sustainabilitas bukan hanya berdampak langsung, tetapi juga melalui persepsi pengguna dan niat penggunaan.
Smart construction bukan hanya tentang inovasi perangkat keras, tetapi juga bagaimana manusia—manajer, insinyur, dan pekerja—menerima dan menggunakannya. Ke depan, pendekatan holistik yang mempertimbangkan aspek teknologi dan manusia akan menjadi kunci untuk mencapai zero accident di proyek konstruksi.
Referensi
Penelitian ini dapat diakses di jurnal Buildings, 2024, Vol. 14, No. 1894 dengan judul: "Effect of Smart Construction Technology Characteristics on the Safety Performance of Construction Projects: An Empirical Analysis Based on Structural Equation Modeling" oleh Hongjie Liu, Shuyuan Li, dan Haizhen Wen. DOI: https://doi.org/10.3390/buildings14071894