Pendahuluan: Era Baru di Lokasi Konstruksi
Industri konstruksi merupakan salah satu sektor terbesar dan paling kompleks di dunia. Namun ironisnya, sektor ini masih tertinggal dalam hal efisiensi dan produktivitas. Ketergantungan pada dokumen fisik, kesalahan pencatatan data lapangan, serta kurangnya koordinasi antar tim proyek sering menyebabkan keterlambatan dan pembengkakan biaya. Di sinilah pentingnya transformasi digital, terutama dalam manajemen lokasi konstruksi.
Penelitian berjudul Digitalizing the Construction Site Management karya Dimitrios Stefanakis dari University of Twente menghadirkan kajian mendalam tentang bagaimana digitalisasi—melalui pemanfaatan mobile tools dan cloud-based applications—dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan proyek. Studi kasus dilakukan pada Royal BAM Group, salah satu perusahaan konstruksi terbesar di Eropa.
Metodologi Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah studi kasus dengan kombinasi wawancara, observasi lapangan, dan analisis dokumen proyek. Sebanyak 35 wawancara dilakukan dengan berbagai aktor proyek seperti site engineer, project manager, dan BIM manager. Penelitian dilakukan di beberapa proyek BAM di Inggris selama November 2018. Selain itu, data finansial dan hasil observasi diintegrasikan untuk memverifikasi efisiensi waktu dan biaya dari digitalisasi aktivitas lapangan.
Manfaat Utama Digitalisasi Lokasi Proyek
Penelitian ini mengungkapkan delapan manfaat utama dari penerapan alat digital di lokasi proyek. Beberapa di antaranya sangat krusial untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas proyek:
- Akses Data Real-Time
Informasi proyek dapat diakses dan diperbarui langsung di lokasi, sehingga pengambilan keputusan menjadi lebih cepat dan akurat.
- Peningkatan Akurasi
Penggunaan form digital mengurangi kesalahan pencatatan dan mencegah kehilangan data akibat human error.
- Efisiensi Waktu dan Biaya
Dalam salah satu proyek BAM, pelaporan harian yang sebelumnya memakan waktu 45 menit dapat dipangkas menjadi hanya 10 menit berkat penggunaan aplikasi mobile.
- Kolaborasi Lebih Baik
Semua data tersimpan secara terpusat dan dapat diakses berbagai pihak secara bersamaan, memperkuat kerja sama antar tim.
- Peningkatan Quality Control
Aplikasi mobile digunakan untuk tracking material dan inspeksi mutu secara langsung di lapangan, membantu mengurangi keterlambatan dan penurunan kualitas.
Hambatan Implementasi di Lapangan
Meski menjanjikan, penerapan digitalisasi di lapangan tidak berjalan tanpa tantangan. Beberapa hambatan yang teridentifikasi antara lain:
- Hambatan Teknis
Perangkat seperti tablet rentan terhadap kerusakan, terutama di lingkungan lapangan yang keras. Selain itu, koneksi internet yang tidak stabil juga menjadi kendala umum.
- Mindset dan Budaya Organisasi
Banyak pekerja lapangan, terutama yang lebih senior, masih merasa nyaman dengan metode manual. Perubahan budaya kerja menjadi tantangan besar dalam transformasi digital.
- Kurangnya Standarisasi dan Pelatihan
Setiap proyek menggunakan sistem dan format yang berbeda, sehingga sulit mengintegrasikan data. Minimnya pelatihan juga menyebabkan banyak pekerja tidak optimal memanfaatkan teknologi yang ada.
Strategi dan Roadmap Implementasi
Untuk mengatasi hambatan tersebut, Stefanakis menyusun roadmap implementasi yang dibagi dalam empat tahap strategis:
1. Tahap Awal – Menetapkan digitalisasi sebagai sistem utama dan menyingkirkan opsi manual.
2. Pra-Konstruksi – Menstandarkan format form dan mempersiapkan pelatihan intensif bagi semua tim proyek.
3. Konstruksi – Mengedukasi manfaat langsung digitalisasi di lapangan serta memperbaiki interface pengguna agar lebih ramah dan efisien.
4. Pasca-Konstruksi – Mengevaluasi efektivitas digitalisasi serta menerapkan perbaikan berkelanjutan.
Roadmap ini divalidasi oleh pakar digital deployment dari BAM, dan dianggap realistis serta adaptif terhadap dinamika proyek nyata.
Studi Kasus Tambahan dari Industri
Implementasi serupa juga dilakukan oleh perusahaan lain seperti Skanska dan Vinci. Skanska, misalnya, mencatat pengurangan 25% waktu inspeksi dan peningkatan keselamatan kerja sejak mengadopsi Fieldwire. Ini menunjukkan bahwa transformasi digital bukan hanya inovasi eksklusif, tetapi kebutuhan lintas industri global.
Kritik dan Analisis Tambahan
Salah satu kekuatan utama dari penelitian ini adalah kedalaman data lapangan yang dianalisis. Namun, karena penelitian berfokus pada konteks internal BAM, masih dibutuhkan adaptasi jika roadmap ini ingin diterapkan oleh perusahaan lain yang berbeda secara budaya, struktur organisasi, maupun skala proyek.
Sebagai tambahan, roadmap ini dapat diperkuat jika dilengkapi dengan pendekatan gamifikasi dalam pelatihan, sistem reward bagi adopsi digital yang cepat, dan integrasi artificial intelligence untuk prediksi potensi keterlambatan proyek.
Kesimpulan
Digitalisasi manajemen lokasi proyek bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan mendesak untuk mengatasi rendahnya efisiensi dan produktivitas di sektor konstruksi. Penelitian ini membuktikan bahwa digital mobile tools dapat:
- Meningkatkan efisiensi kerja secara signifikan,
- Memperbaiki kualitas komunikasi dan pelaporan di lapangan,
- Menjadi alat bantu yang kuat dalam pengambilan keputusan berbasis data.
Namun demikian, transformasi ini tidak akan berhasil tanpa strategi yang sistematis, dukungan manajemen puncak, serta kesiapan budaya organisasi. Dengan roadmap yang tepat dan pendekatan adaptif, perusahaan konstruksi di Indonesia pun bisa mulai mengikuti jejak BAM menuju era digital yang lebih efisien, kolaboratif, dan berkelanjutan.
Sumber
Stefanakis, D. (2020). Digitalizing the Construction Site Management. University of Twente. Diakses dari: https://essay.utwente.nl/1848747