Ada beberapa departemen di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang seringkali disalahpahami oleh masyarakat, terutama calon mahasiswa karena memiliki nama yang mirip. Diantaranya adalah Departemen Fisika dan Teknik Fisika. Lantas, apakah perbedaan di antara kedua departemen ini?
Agus Muhammad Hatta ST M Si Ph D, Kepala Departemen Teknik Fisika dan Dr Yono Hadi Pramono M Eng sebagai Kepala Departemen Fisika pun mengulas tentang perbedaan kedua departemen ini. Diantara banyak perbedaan, yang paling mendasar adalah Departemen Fisika membahas tentang fisika murni dalam sains, sedangkan Departemen Teknik Fisika adalah penerapan ilmu fisika dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam perkembangannya sendiri, Yono, sapaan akrab Kepala Departemen Fisika ini mengungkapkan pendidikan Fisika pertama kali diadakan di ITS pada tahun 1965, yakni dalam lingkup Departemen Fisika. Nama fakultas yang menaunginya adalah Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA).
“Tahun 1983, lahirlah Fakultas Teknik Industri (FTI) dari FIPIA. Yang dimana Departemen Fisika kemudian membelah diri menjadi Departemen Fisika FMIPA dan Departemen Teknik Fisika FTI,” ujar Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Fisika Indonesia (APTIFINDO) ini.
Pada hakikatnya, ilmu fisika sendiri terbagi atas empat jenis, yakni teori, eksperimental, terapan dan teknik. Departemen Teknik Fisika lebih mengambil fokus kepada ilmu terapan dan juga keteknikan, sedangkan fokusan Departemen Fisika lebih ke ilmu fisika murni yang meliputi teori dan eksperimental.
Ilmu fisika yang dibawa pada departemen ini memang sangat mendalam hingga ke intinya. Adapun fokusan ilmu pada Departemen Fisika adalah teori, material sains (aplikatif), geofisika, instrumentasi elektronik yakni rekayasa instrumen yang menunjang energi terbarukan, dan yang terakhir adalah optik dan antena. Di antaranya adalah komunikasi fiber optik dan wireless.
Berbeda dengan induknya, Departemen Teknik Fisika ITS sendiri lebih beorientasi ke arah industri. Bisa dikatakan, Departemen Teknik Fisika merupakan pemanfaatan ilmu dalam penyelesaian masalah-masalah industri. “Adapun fokusan ilmu yang diunggulkan adalah fotonik optik, rekayasa ilmu cahaya, teknik komunikasi, sistem sensor dan sistem komunikasi,” jelas Hatta.
Ia menambahkan, Departemen Teknik Fisika merupakan jembatan fisika sains menuju keteknikan. Jika di sistem industri, Teknik Fisika sendiri berperan sebagai support system-nya yakni dengan mengandalkan teknik konvensional. Banyak dari alumni Teknik Fisika ITS yang memilih bekerja ke dalam ranah industri menjadi instrument engineer, namun tak sedikit juga yang terjun menjadi ilmuwan.
Namun, ada beberapa hal yang menyamakan Teknik Fisika dan Fisika ITS, yakni kualitasnya yang sama-sama sudah diakui. Jenjang pendidikan S1, S2, dan S3 di Departemen Fisika sendiri sudah mencapai akreditasi A dan sejak tahun 2017 sudah tersertifikasi AUN-Q (ASEAN University Network-Quality Assurance). Sama halnya dengan Departemen Teknik Fisika yang sudah mendapat akreditasi A di program studi S1 dan S2-nya sejak 2015.
Sejak tahun 2012, Deprtemen Fisika menerima 120 mahasiswa di tahun ajaran barunya sedangkan Departemen Teknik Fisika menerima 140 mahasiswa saat tahun ajaran baru. “Jadi silahkan pilih departemen apapun yang Anda ingini, namun hanya diri Anda yang mampu membentuk diri Anda yang sesungguhnya kelak,” pesan Yono di akhir wawancara dengan ITS Online. (li/gol)
Sumber: https://www.its.ac.id/