Denmark Bangun Masa Depan Bersih Lewat Riset Teknologi Air

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

30 Juni 2025, 10.27

pixabay.com

Pendahuluan

Denmark telah lama dikenal sebagai salah satu pemimpin global dalam inovasi berkelanjutan. Salah satu area yang berkembang pesat adalah water tech research—riset dan pengembangan teknologi air—yang berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim, pengelolaan air bersih, dan efisiensi energi. Laporan "Water Tech Research in Denmark" yang diterbitkan Januari 2024 oleh IRIS Group dan didukung Grundfos Foundation menyajikan pemetaan menyeluruh terhadap lingkungan riset air di Denmark. Artikel ini merangkum isi laporan tersebut dengan penekanan pada analisis kritis, data kuantitatif, studi kasus, serta relevansi global dalam konteks kebijakan dan industri.

Peta Riset Teknologi Air di Denmark

1. Cakupan Riset:
Riset teknologi air yang dianalisis meliputi siklus air perpipaan: identifikasi sumber daya, pemurnian, distribusi, pengelolaan air limbah, pemulihan sumber daya, serta pengendalian air hujan. Area seperti oseanografi atau solusi berbasis alam tidak termasuk.

2. Statistik Utama:

  • 175 FTE peneliti aktif di 17 lingkungan riset di 6 institusi.
  • Fokus utama riset: pengolahan air limbah (56%), suplai air (19%), air hujan (19%), dan sumber daya air (7%).
  • Tiga institusi terbesar: DTU, Aarhus University (AU), dan Aalborg University (AAU).
  • Penurunan signifikan di DTU (dari 63 FTE pada 2018 menjadi 43 FTE di 2023), meskipun ada rencana perekrutan baru.

Kekuatan dan Tantangan Sistemik

Kekuatan:

  • Denmark memimpin dunia dalam jumlah publikasi per juta penduduk di bidang teknologi air.
  • Kolaborasi terbuka dengan perusahaan utilitas air menjadi best practice, mendukung uji coba skala penuh dan pengembangan teknologi langsung di lapangan.
  • Infrastruktur laboratorium canggih (seperti Smart Water Lab di AAU dan fasilitas membran di SDU dan DTU).

Tantangan:

  • Fragmentasi: Riset tersebar, tergantung pada segelintir profesor senior. Jika mereka pindah, lingkungan riset berisiko melemah.
  • Pendanaan stagnan: 846 juta DKK diberikan selama 2013–2022, tetapi tidak tumbuh signifikan meski kebutuhan meningkat.
  • Kompetisi pendanaan domestik: Menghambat kolaborasi antaruniversitas.
  • Kesenjangan TRL (Technology Readiness Level): Fokus pendanaan beralih ke TRL tinggi (5–7), meninggalkan riset strategis (TRL 2–4) yang krusial untuk transisi teknologi dari laboratorium ke industri.

Studi Kasus: Proyek Unggulan

  1. Hi-PreM (2020, 25 juta DKK)
    Kolaborasi DTU, Danfoss, dan SaltPower untuk mengembangkan membran tekanan tinggi untuk energi hijau dan pengolahan air.
  2. Cost Efficient Reduction of Micropollutants (2022, 15 juta DKK)
    AAU dan Køge Afløb A/S mengembangkan teknologi pengurangan PFAS dan obat-obatan dari air limbah.
  3. DRIP Partnership (2015–2021)
    Proyek lintas sektor untuk efisiensi air di industri makanan, menghasilkan penghematan air tahunan 905.400 m³ dan potensi tambahan 535.000 m³.

Perbandingan Global: Denmark dan Dunia

Meskipun Denmark masih unggul, negara seperti Swedia, Singapura, dan Belanda menunjukkan peningkatan signifikan dalam output akademik, mengancam posisi Denmark. Sementara jumlah publikasi Denmark stagnan sejak 2016 (~115 artikel/tahun), Singapura dan Belanda mencatat pertumbuhan yang cepat.

Strategi Masa Depan: Rekomendasi Utama

  1. Strategi nasional jangka panjang: Untuk mengatasi fragmentasi dan ketidakpastian pendanaan.
  2. Pendanaan riset strategis (TRL 2–4): Mengisi celah antara riset dasar dan demonstrasi teknologi.
  3. Insentif riset untuk institusi: Skema MUDP perlu reformasi karena dianggap kurang menarik oleh akademisi.
  4. Reformasi regulasi utilitas air: Agar investasi R&D lebih memungkinkan di tengah tuntutan efisiensi.
  5. Penguatan basis talenta: Usulan program PhD lintas institusi khusus bidang teknologi air.

Kritik & Analisis Tambahan

Walau laporan menyoroti pencapaian Denmark, terlihat jelas bahwa keunggulan historis dapat terkikis tanpa pembaruan sistemik. Kompetitor global menggabungkan kebijakan nasional, konsorsium riset yang kuat, dan pendanaan yang lebih strategis. Denmark berisiko menjadi follower jika hanya mengandalkan reputasi masa lalu.

Di sisi lain, pendekatan kolaboratif dengan utilitas dan lembaga teknologi seperti DHI dan Danish Technological Institute dapat menjadi modal unik. Namun, pelibatan industri besar (misalnya Grundfos dan AVK) masih rendah. Translasi riset ke industri perlu diperkuat agar hasil riset tidak hanya akademik, tetapi berdampak ekonomi langsung.

Kesimpulan

Denmark telah menciptakan fondasi riset teknologi air kelas dunia. Namun, untuk mempertahankan kepemimpinan global, perlu ada reformasi mendasar dalam pendanaan, kolaborasi strategis, dan arah riset nasional. Jika dilakukan, bukan hanya target netralitas karbon 2030 yang bisa tercapai, tetapi juga peluang ekspor teknologi air dapat digandakan dari 20 miliar DKK (2019) ke 40 miliar DKK pada 2030, seperti target dalam strategi lintas kementerian.

Sumber: IRIS Group (2024). Water Tech Research in Denmark: Mapping and analysis of trends, specialisation, strongholds, and collaboration in Danish water technology research environments. Water Valley Denmark & Grundfos Foundation.