Demokrasi Langsung dan Stabilitas Politik Swiss: Antara Kemandirian Nasional dan Tantangan Global

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

18 Juni 2025, 09.09

pixabay.com

Pendahuluan

Swiss dikenal sebagai model stabilitas demokrasi dengan sistem pemerintahan langsung dan partisipatif yang dikagumi dunia. Dalam laporan Sustainable Governance Indicators (SGI) 2024, disebutkan bahwa Swiss adalah negara dengan realisasi demokrasi langsung terbaik, memberikan ruang luas bagi warga untuk terlibat dalam keputusan politik. Sistem ini menghasilkan legitimasi politik yang tinggi, baik secara input (partisipasi) maupun output (kebijakan efektif), dan berkontribusi pada kehidupan politik yang stabil dalam masyarakat yang beragam.

Namun, di balik stabilitas dan kemakmuran ekonomi, laporan ini juga mengungkap berbagai tantangan besar: hubungan dengan Uni Eropa yang macet, stagnasi reformasi iklim, ketimpangan sosial, serta reformasi pensiun yang lambat dan kontroversial.

Demokrasi Swiss: Kekuatan dan Struktur Fundamental

Swiss mencatat:

  • Tingkat PDB per kapita tertinggi di OECD
  • Kualitas hidup dan kepuasan warga sangat tinggi
  • Tingkat pengangguran rendah, termasuk untuk pemuda dan pengangguran jangka panjang
  • Sistem pendidikan dan transportasi publik efisien

Sistem demokrasi Swiss ditopang oleh:

  • Konsensus demokrasi (Konkordanz)
  • Demokrasi langsung melalui referendum dan inisiatif populer
  • Neokorporatisme: integrasi erat antara pemerintah, dunia usaha, dan pekerja

Namun, pendekatan konsensus ini kini terancam oleh polarisasi politik, terutama antara partai populis kanan seperti SVP dan partai hijau-sosial liberal.

Tantangan Utama Demokrasi Swiss Saat Ini

1. Hubungan yang Buntu dengan Uni Eropa

Swiss sangat bergantung pada UE dari sisi ekonomi, mobilitas tenaga kerja, dan penelitian. Namun, sejak gagalnya kesepakatan kelembagaan bilateral pada 2021, hubungan kedua pihak stagnan. UE mendesak:

  • Pemutakhiran otomatis perjanjian bilateral
  • Mekanisme penyelesaian sengketa yang efisien

Swiss kesulitan menerima tuntutan ini tanpa mengorbankan kedaulatan nasional. Kompromi perlu disahkan lewat referendum, yang berisiko ditolak publik.

2. Reformasi Iklim yang Lambat

  • Target net-zero CO2 tahun 2050 disetujui rakyat pada 2023.
  • Namun, undang-undang CO2 sebelumnya ditolak pada 2021.
  • Versi revisinya yang lebih lemah akhirnya lolos pada akhir 2023, tanpa pungutan baru terhadap emisi.

Hal ini mencerminkan kecenderungan reform-averse dalam sistem referendum Swiss, di mana oposisi mudah dimobilisasi.

3. Sistem Pensiun: Antara Keadilan Antar-Generasi dan Ketimpangan

  • Reformasi besar ditolak di masa lalu, hanya reformasi terbatas lolos pada 2022.
  • Dua konflik utama:
    • Pilar pertama (redistributif) vs. pilar kedua (berbasis kontribusi)
    • Usia pensiun dan beban kontribusi antar generasi

Salah satu proposal baru akan dibawa ke referendum tahun 2024, berisiko kembali gagal karena resistensi dari partai tengah dan sektor keuangan.

4. Ketimpangan Sosial dan Integrasi Warga Asing

  • 25% penduduk Swiss adalah warga asing, menyumbang seperempat PDB.
  • Namun, partisipasi politik mereka sangat terbatas.
  • Anak dari keluarga miskin sulit naik kelas sosial, dan perempuan menghadapi kurangnya layanan penitipan anak yang terjangkau.

Masalah ini diperparah oleh rasisme struktural dan diskriminasi institusional, terutama dalam akses pekerjaan, perumahan, dan proses naturalisasi.

5. Sistem Kesehatan Kurang Berkelanjutan

  • Biaya perawatan terus meningkat, premi asuransi naik pesat.
  • Kesenjangan akses layanan kesehatan makin melebar antara pendapatan rendah dan tinggi.
  • Sistem asuransi berbasis premi per kapita dinilai tidak adil dan tak efisien.

6. Kemandekan Reformasi karena Polarisasi Politik

  • Polarisasi antara SVP populis kanan dan partai hijau-sosialis membuat banyak kebijakan strategis gagal lolos.
  • Bahkan reformasi mendesak seperti pensiun dan iklim pun tertunda.

7. Demokrasi Langsung: Partisipatif tapi Reform-Averse

  • Sistem ini sukses meningkatkan legitimasi publik.
  • Namun, banyak inisiatif populer disahkan tapi sulit diterapkan, karena bertentangan dengan hukum internasional atau ketentuan ekonomi.
  • Contoh:
    • Larangan pembangunan menara masjid (2009)
    • Inisiatif anti-imigrasi massal (2014)
    • Pelaksanaan deportasi otomatis bagi pelaku kejahatan asing

Krisis Responsif: Ketika Sistem Lambat Menanggapi Tantangan

Swiss menghadapi tantangan utama: ketidakmampuan merespons cepat terhadap perubahan. Contoh konkret:

  • Penundaan reformasi CO2
  • Hubungan yang mandek dengan UE
  • Lambannya reformasi sistem pensiun

Tiga penghambat utama:

  1. Demokrasi langsung yang cenderung menolak perubahan
  2. Federalisme kompleks dengan banyak variasi kantonal
  3. Corporatism yang mulai kehilangan daya koordinasi

Meskipun lambat, solusi yang dihasilkan sering kali berkualitas tinggi. Tapi, dalam konteks perubahan iklim dan globalisasi yang cepat, kelambanan ini menjadi risiko serius.

Imigrasi: Antara Kontribusi Ekonomi dan Ketegangan Identitas

  • Imigran menyumbang besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan pensiun
  • Namun, ada kekhawatiran publik tentang identitas nasional, harga rumah, dan infrastruktur

Partai Swiss People's Party (SVP) berhasil memanfaatkan isu ini untuk menggerakkan inisiatif populis yang berbasis identitas, meski tingkat xenophobia relatif rendah.

Solusi dan Refleksi: Menuju Pemerintahan yang Lebih Tangguh

Swiss menghadapi dilema klasik: bagaimana menjaga kedaulatan nasional sambil tetap mendapatkan manfaat dari integrasi internasional?

Laporan menyarankan:

  • Pemerintah perlu secara jujur mengkomunikasikan keterbatasan demokrasi langsung, bahwa Swiss sejatinya adalah negara semi-berdaulat seperti banyak negara maju lainnya.
  • Meningkatkan literasi politik masyarakat, termasuk batasan konstitusional dan hukum internasional
  • Mereformasi sistem referendum agar lebih responsif dan realistis

Meskipun begitu, sistem Swiss tetap memiliki keunggulan pragmatisme: banyak kebijakan ekstrem dari hasil referendum dijinakkan dalam tahap implementasi, menghindari dampak buruk langsung.

Kesimpulan

Swiss adalah bukti hidup bahwa demokrasi langsung bisa stabil dan efektif, tetapi hanya jika ditopang oleh partisipasi luas, administrasi efisien, dan budaya kompromi. Namun, di tengah perubahan global yang makin cepat, sistem yang lambat merespons bisa menjadi hambatan.

Tantangan terbesar Swiss ke depan adalah bagaimana menjaga legitimasi partisipatif sambil meningkatkan efisiensi pengambilan keputusan dalam isu-isu mendesak seperti iklim, kesehatan, dan integrasi internasional.

Sumber asli: Armingeon, K., Sager, F., Mavrot, C., & Zohlnhöfer, R. (Eds.). (2024). Sustainable Governance Indicators: Switzerland Report. SGI – Bertelsmann Stiftung.