Darurat Sungai Jakarta: Potret Kualitas Air Ibukota Tahun 2023

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

12 Juni 2025, 07.14

pixabay.com

Mengapa Kita Harus Peduli pada Sungai Jakarta?

Sungai bukan hanya aliran air, tetapi juga urat nadi kehidupan kota. Di tengah riuhnya aktivitas metropolitan Jakarta, sungai-sungai seperti Ciliwung, Angke, dan Krukut memegang peran vital—baik sebagai pengendali banjir, sumber air baku, hingga saluran pembuangan. Namun, hasil pemantauan terbaru tahun 2023 dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan PPLH-IPB menunjukkan kenyataan yang mengkhawatirkan: mayoritas sungai di Jakarta berada dalam status cemar berat.

Artikel ini akan mengupas secara mendalam hasil pemantauan kualitas air sungai Jakarta, menyajikan data, analisis, serta rekomendasi strategis. Ini adalah refleksi penting bagi warga, pemerintah, dan pelaku industri—karena kualitas sungai adalah cerminan kualitas hidup kita bersama.

Pemetaan Pemantauan: 120 Titik, 23 Sungai, dan 5 Wilayah Kota

Pada tahun 2023, pemantauan dilakukan di 120 titik yang tersebar di 23 ruas sungai, termasuk Ciliwung, Cipinang, Sunter, Angke, dan Pesanggrahan. Titik terbanyak berada di Jakarta Timur (37 titik), sedangkan Jakarta Pusat memiliki titik pemantauan paling sedikit (12 titik). Sungai Ciliwung menjadi perhatian khusus karena melintasi lima wilayah kota dan membawa beban pencemaran dari hulu di Jawa Barat.

Pemantauan dilakukan secara berkala sepanjang tahun dalam empat periode, memungkinkan evaluasi tren tahunan dan jangka panjang (2018–2023). Selain air, tahun ini juga diukur kualitas sedimen, terutama kandungan logam berat Zn (seng) dan Cu (tembaga).

Indeks Pencemaran: Mayoritas Sungai Jakarta Masuk Kategori Cemar Berat

Metodologi Penilaian

Status mutu air dievaluasi menggunakan dua pendekatan:

  • Metode STORET dari Keputusan Menteri LH No. 115/2003
  • Indeks Pencemaran (IP) berdasarkan PP No. 22/2021

Kedua metode ini mengklasifikasikan status mutu ke dalam empat kategori: Baik, Cemar Ringan, Cemar Sedang, dan Cemar Berat.

Hasil 2023

  • 63%–78% titik pemantauan masuk kategori cemar berat
  • Nilai IP tertinggi mencapai >18,0, jauh di atas ambang batas cemar berat (>5,0)
  • Titik-titik di bagian tengah sungai (dalam wilayah Jakarta) menunjukkan nilai IP lebih buruk dibanding titik masuk dari luar wilayah

Contoh:

  • Titik masuk Sungai Ciliwung dari Depok memiliki IP 9,89
  • Setelah mengalir melalui Jakarta, IP meningkat menjadi 12,23

Parameter Pencemar Utama: Fecal Coliform, BOD, COD, dan Amoniak

1. Fecal Coliform

Mikroorganisme indikator pencemaran tinja ini paling dominan. Pada tahun 2023:

  • Hampir semua titik menunjukkan nilai >1.000 MPN/100 ml (batas baku mutu)
  • Di beberapa lokasi, angkanya mencapai >24.000 MPN/100 ml

Ini berarti limbah domestik belum diolah dengan baik sebelum masuk ke sungai.

2. BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand)

  • Rata-rata BOD = 9,0–15,0 mg/L (batas maksimal = 2 mg/L)
  • COD = hingga 40 mg/L (batas maksimal = 10 mg/L)

Nilai tinggi menunjukkan beban bahan organik terlarut sangat besar, terutama dari limbah rumah tangga dan pasar.

3. Amoniak (NH₃)

  • Konsentrasi di banyak titik melebihi ambang 0,5 mg/L
  • Beberapa titik menunjukkan nilai hingga 3–4 mg/L

Kadar tinggi ini berbahaya bagi ikan dan dapat menimbulkan bau busuk.

Polusi Visual dan Bau: Warna, Minyak, dan Sampah

Selain data kimia, parameter fisik dan visual sungai juga dipantau:

  • 83% titik menunjukkan warna air keruh kecoklatan
  • 54% titik memiliki lapisan minyak di permukaan
  • 45% titik teridentifikasi terdapat timbulan sampah, terutama plastik dan organik

Foto-foto lapangan menunjukkan kenyataan pahit: air sungai berwarna gelap, mengeluarkan bau, dan penuh sampah.

Logam Berat di Sedimen: Ancaman Tak Terlihat

Sedimen sungai Jakarta juga diperiksa dan menunjukkan pencemaran logam berat:

  • Zn (Seng): melebihi nilai referensi di >60% titik
  • Cu (Tembaga): terdeteksi tinggi di 35% titik

Logam ini berasal dari limbah industri, kendaraan bermotor, dan saluran air permukiman. Meskipun tidak langsung tampak, akumulasi logam berat dapat berbahaya bagi biota dan manusia melalui rantai makanan.

Tren Lima Tahun: Tidak Banyak Perubahan

Perbandingan tahun 2018 hingga 2023 menunjukkan kondisi memburuk atau stagnan:

  • Fecal Coliform dan BOD konsisten menjadi parameter paling mencemari
  • Tidak ada peningkatan signifikan dalam angka IP
  • Daerah seperti Sungai Krukut, Cideng, dan Angke tetap berada di kategori cemar berat sejak 2018

Artinya, berbagai program penanganan belum berdampak signifikan.

Mengapa Sungai Jakarta Begitu Tercemar?

Penyebab Utama:

  • Limbah rumah tangga (grey water) yang dibuang tanpa IPAL
  • Sampah domestik yang masuk ke sungai
  • Limbah industri kecil yang tidak terpantau
  • Kondisi DAS (daerah aliran sungai) yang sudah jenuh dengan bangunan

Dengan tingkat urbanisasi tinggi dan sistem sanitasi yang belum merata, pencemaran menjadi konsekuensi tak terelakkan.

Rekomendasi Strategis: Bukan Sekadar Bersih-Bersih

1. Optimalisasi IPAL Komunal

Pemerintah daerah perlu memperluas cakupan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal di kawasan padat.

2. Monitoring Real-Time dan Terintegrasi

Disarankan pemasangan stasiun pemantauan kualitas air berbasis otomatis, online, dan real-time. Saat ini pemantauan masih manual dan berkala.

3. Kampanye Publik dan Edukasi Lingkungan

Pemahaman warga tentang dampak pencemaran masih rendah. Perlu program edukasi berbasis komunitas, sekolah, dan media sosial.

4. Sanksi Lebih Tegas untuk Industri dan Perkantoran

Penegakan hukum terhadap pelaku pencemar harus ditingkatkan, termasuk pencabutan izin dan denda progresif.

5. Revitalisasi Bantaran Sungai

Program seperti normalisasi atau naturalisasi perlu disertai penghijauan, pengelolaan sampah terpadu, dan tata ruang yang ketat.

Jakarta Bisa Lebih Baik: Contoh dari Negara Lain

Beberapa kota dunia telah berhasil merevitalisasi sungai kotanya:

  • Seoul berhasil menghidupkan kembali Sungai Cheonggyecheon dengan membongkar jalan tol dan membangun ruang hijau
  • Singapura merekayasa ulang Sungai Kallang menjadi saluran multifungsi yang bersih dan estetik
  • Tokyo menjaga sungai kota dengan IPAL skala kota dan penegakan hukum lingkungan yang ketat

Jakarta sebenarnya tidak kekurangan sumber daya. Yang dibutuhkan adalah komitmen, integrasi antarinstansi, dan keterlibatan masyarakat.

Penutup: Air Sungai Adalah Cermin Wajah Kota

Kualitas air sungai Jakarta tahun 2023 mencerminkan wajah urbanisasi yang belum ramah lingkungan. Data dan temuan dalam laporan ini menjadi alarm keras: saatnya transformasi nyata dalam pengelolaan lingkungan sungai.

Masyarakat perlu didorong menjadi bagian dari solusi, bukan hanya menyalahkan. Industri dan pemerintah harus lebih transparan, terukur, dan bertanggung jawab. Jika tidak, generasi mendatang hanya akan mengenal sungai Jakarta sebagai saluran kotor, bukan sumber kehidupan.

Sumber Asli Artikel:
Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. Laporan Pemantauan Kualitas Lingkungan Air Sungai Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023. Bekerja sama dengan PPLH IPB University.