Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbarui seperti minyak hewan, minyak kedelai, minyak kanola, minyak kelapa sawit, jarak, kemiri, tanaman lignoselulosa, limbah pertanian, dan alga.
Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, dia lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.
Biodiesel merupakan kandidat yang paling baik untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena biodiesel merupakan bahan bakar terbarui yang dapat menggantikan diesel petrol di mesin sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur zaman sekarang.
Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di Eropa, Amerika Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja dari penjualan bahan bakar. Pertumbuhan SPBU membuat semakin banyaknya penyediaan biodiesel kepada konsumen dan juga pertumbuhan kendaraan yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar.
Di Indonesia, penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar kendaraan dan mesin merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dalm hal bauran energi baru terbarukan, dimana pemerintah merencanakan penggunaan bauran energi tersebut sebesar 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Dalam Peraturan Menteri ESDM No. 12 Tahun 2015, biodiesel wajib digunakan dengan campuran minimal 20% untuk transportasi dan usaha, serta 25% untuk sektor pembangkit listrik.
Membuat biodiesel
Dalam skala kecil, Anda bisa melakukannya dengan menggunakan satu liter minyak goreng segar atau bekas. Untuk minyak gorengnya membutuhkan 200 ml dan 0,2 liter metanol dan 3,5 g soda api atau NaOH. Jika minyak yang digunakan, dibutuhkan lebih dari 4,5 g. Kelebihan ini diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas atau FFA yang terdapat dalam jumlah besar dalam minyak goreng. Anda juga bisa menggunakan KOH, namun harganya lebih mahal dan membutuhkan 1,4 kali lebih banyak dibandingkan soda. proses produksi; Larutkan soda dalam metanol, tambahkan ke minyak yang dipanaskan hingga 55°C, aduk cepat selama 15 hingga 20 menit, dan dinginkan semalaman. Kemudian biodiesel berwarna kuning muda di atas dan campuran sabun FFA di bawah, sisa metanol yang belum bereaksi, dan 79 mL gliserin. Biodiesel yang bagian atasnya terdapat cairan berwarna kuning, mudah dipisahkan dengan cara dituang dan dikeluarkan cairan di bawahnya. Produk bagian bawah dapat dimurnikan dalam skala besar untuk mendapatkan gliserin yang berharga serta sabun dan residu metanol yang belum diproses.
Manfaat dan Keunggulan Biodesel
Manfaat
Biodiesel juga memiliki beberapa keuntungan tambahan. Pertama, penggunaannya dapat mengurangi pencemaran lingkungan seperti hidrokarbon yang tidak terbakar, karbon monoksida, sulfur, dan hujan asam. Bahan dasarnya berasal dari minyak goreng bekas, sehingga produksi biodiesel membantu mengurangi beban lingkungan dengan mengolah sampah atau limbah. Selain itu, biodiesel tidak menambah jumlah gas karbon dioksida ke atmosfer, karena bahan bakunya berasal dari tumbuhan atau nabati. Mesin diesel yang menggunakan biodiesel juga menghasilkan energi dengan pembakaran yang lebih sempurna daripada solar, sehingga tidak menghasilkan asap hitam berupa karbon atau CO2 seperti mesin yang menggunakan solar. Sebagai tambahan, biodiesel memiliki aroma khas yang mirip dengan minyak bekas dalam penggorengan makanan, memberikan pengalaman yang berbeda dalam penggunaannya.
Keunggulan dan Kekurangan
Biodiesel memiliki beberapa keunggulan yang signifikan. Pertama, penggunaan biodiesel dapat mengurangi emisi karbon monoksida dan SO2, yang merupakan pencemar udara berbahaya. Selain itu, bahan baku biodiesel tidak hanya berasal dari lemak hewan atau tanaman jarak pagar, tetapi juga dapat dihasilkan dari limbah penggorengan, memungkinkan produksi dalam skala kecil hingga menengah dan menciptakan peluang kerja baru. Selain itu, biodiesel aman disimpan dan diangkut karena tidak mengandung zat beracun, dan tidak memerlukan teknologi tinggi dalam proses pembuatannya. Limbah yang dihasilkan dari produksi biodiesel berupa gliserin, yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan sabun, sehingga membantu mengurangi polusi dan memberikan manfaat tambahan. Namun, biodiesel juga memiliki beberapa kelemahan. Beberapa mesin diesel modern, seperti yang digunakan oleh BMW dan Mercedes-Benz, mungkin tidak cocok untuk penggunaan biodiesel. Mereka hanya merekomendasikan penggunaan jenis bahan bakar tertentu seperti Dex, Shell Diesel, dan solar berkualitas tinggi lainnya.
Cara produksi Kimiawi
Esterifikasi
Esterifikasi merupakan reaksi pertukaran antara gugus hidroksil pada asam lemak dengan gugus alkoksi pada alkohol yang ditambahkan pada bahan baku, sehingga menghasilkan alkil ester dan air. Bahan baku pembuatan biodiesel yang memliki banyak asam lemak bebas seperti minyak jelantah, minyak karanja, minyak kastor, dan lain-lain harus melalui tahapan ini terlebih dahulu sebelum melalui reaksi transesetrifikasi yang merupakan reaksi utama pembentukan biodiesel. Dalam proses ini, banyaknya minyak yang teresterifikasi dan bilangan asam menjadi parameter keberhasilan, dimana semakin kecil bilangan asamnya, semakin berhasil prosesnya. Faktor yang menjadi penentu keberhasilan proses ini yaitu suhu, jenis alkohol, perbandingan molar alkohol dan minyak, serta katalis seperti asam sulfat, asam paratoluenasulfonat, asam 4-dodesilbenzenasulfonat, asam metansulfonat, sulfuril klorida, dimetil sulfat, dan lain-lain.
Transesterifikasi
Tranesterifikasi adalah reaksi pertukaran antara gugus (RO) dari ester dengan gugus alkoksid dari alkohol, dimana dalam proses pembuatan biodiesel, trigliserida dalam bahan baku akan bereaksi dengan alkohol sehingga menjadi alkol ester. Reaksi ini memiliki tiga tahap, yaitu trigliserida bereaksi dengan alkohol membentuk digliserida dan ester, lalu digliserida bereaksi dengan alkohol membentuk monogliserida dan ester, dan akhirnya monogliserida bereaksi dengan alkohol membentuk gliserin gliserin dan ester. Dalam reaksi ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil reaksi, yaitu suhu, jenis alkohol, rasio molar alkohol dan minyak, intensitas pengadukan, jenis katalis, dan konsentrasi katalis.
Enzimatis
Penggunaan enzim sebagai katalis heterogen dapat mempercepat pembentuka alkil ester, sering menjadi cara alternatif dalam produksi biodiesel dengan bahan baku tinggi asam lemak bebas karena tidak menimbulkan buih akibat reaksi saponifikasi. Adapun enzim yang sering digunakan adalah enzim lipase karena bisa didapat dari bakteri atau jamur, dan dinilai efektif mengatalisis proses esterifikasi-transesterifikasi.
Alkohol Superkritis
Dalam metode ini, produksi biodiesel dapat dilakukan tanpa penambahan katalis. Namun, metode ini memerlukan kondisi operasi di atas suhu dan tekanan kritis metanol (suhu kritisnya 239 °C dan tekanan kritisnya 8,1 MPa) atau etanol (suhu kritisnya 243 °C dan tekanan kritisnya 6,39 MPa) sehingga polaritasnya berkurang dan melarutkan minyak yang bersifat nonpolar.
Sumber: id.wikipedia.org