BIM dalam Manajemen Proyek: Menata Ulang Strategi Konstruksi Menuju Era Digital

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

08 Mei 2025, 07.56

freepik.com

Dalam dunia konstruksi yang semakin kompleks dan serba cepat, teknologi menjadi kunci keberhasilan proyek. Building Information Modeling (BIM) hadir bukan sekadar alat bantu desain, melainkan sebagai paradigma baru dalam pengelolaan proyek. Artikel ilmiah berjudul “Critical Review of Studies on Building Information Modeling (BIM) in Project Management” oleh Albert P. C. Chan dkk. menyajikan analisis mendalam terhadap lebih dari 100 studi ilmiah antara tahun 2005 hingga 2017 yang menyoroti peran BIM dalam meningkatkan efisiensi, koordinasi, dan pengambilan keputusan dalam proyek konstruksi.

Perkembangan Riset BIM dalam Manajemen Proyek: Tren dan Transformasi

Riset mengenai BIM dalam konteks manajemen proyek menunjukkan peningkatan signifikan dalam tiga fase. Fase pertama (2005–2009) ditandai dengan minimnya perhatian terhadap isu ini, dengan rata-rata hanya satu publikasi per tahun. Fase kedua (2010–2012) mulai menunjukkan pertumbuhan moderat, dengan empat hingga lima studi per tahun. Namun, lonjakan terjadi pada fase ketiga (2013–2017), saat publikasi mencapai lebih dari sembilan per tahun secara konsisten.

Lonjakan ini mencerminkan meningkatnya pengakuan global terhadap pentingnya BIM sebagai elemen transformasional dalam manajemen proyek. Terlebih lagi, pemanfaatan teknologi digital di sektor konstruksi telah mengaburkan batas antara manajemen proyek konvensional dengan sistem informasi terintegrasi.

Lima Arah Strategis Penelitian BIM dalam Manajemen Proyek

Studi ini mengidentifikasi lima arah utama dalam penelitian BIM yang saling terhubung dan membentuk fondasi bagi pendekatan baru yang dikenal sebagai BIM-based Project Management.

1. Penguatan Teknologi BIM sebagai Infrastruktur Proyek

Riset awal banyak membahas aspek teknis seperti pengembangan objek modular, interoperabilitas data (terutama IFC), serta penggunaan algoritma untuk meningkatkan otomatisasi pemodelan dan visualisasi. Salah satu studi menonjol adalah pengembangan “smart construction objects” oleh Niu dkk., yang mendukung konstruksi modular masa depan. Di samping itu, Golparvar-Fard dan timnya mengembangkan teknologi D4AR yang menggabungkan representasi visual progres konstruksi sebagai alat bantu pengambilan keputusan.

Teknologi ini sangat penting karena memberikan dasar teknis untuk integrasi lintas disiplin. Namun, masih banyak tantangan yang dihadapi, seperti sinkronisasi data antarpemangku kepentingan dan keterbatasan standar interoperabilitas perangkat lunak.

2. Aplikasi BIM dalam Ruang Lingkup Manajemen Proyek

Berbagai studi mulai menghubungkan BIM dengan aspek-aspek penting dalam manajemen proyek seperti estimasi biaya (5D BIM), penjadwalan waktu (4D BIM), keselamatan kerja, manajemen informasi, hingga efisiensi energi bangunan. Dalam banyak kasus, BIM terbukti dapat meningkatkan akurasi estimasi biaya di tahap awal proyek, mempercepat proses pengambilan keputusan desain, serta meminimalkan risiko konflik antar-disiplin.

Misalnya, Lu dkk. mengembangkan kerangka kerja pengambilan keputusan finansial berbasis 5D BIM yang sangat membantu pemilik proyek dalam mengelola alokasi anggaran secara lebih dinamis dan responsif. Bahkan pada tahap operasi bangunan, BIM dapat berperan dalam manajemen aset melalui integrasi dengan teknologi sensor dan pelacakan real-time.

3. Integrasi Sistem dan Tantangan Antarmuka Teknologi

BIM tidak berdiri sendiri; integrasinya dengan sistem informasi proyek menjadi kunci keberhasilan penerapan. Penelitian menunjukkan bahwa untuk mencapai manfaat penuh dari BIM, proyek perlu mengadopsi arsitektur sistem informasi yang memungkinkan pertukaran data secara real-time dan kolaboratif. Di sinilah teknologi seperti cloud computing, RFID, laser scanning, dan bahkan augmented reality masuk.

Salah satu kontribusi penting adalah gagasan cyber-physical system, yang menggambarkan BIM sebagai jembatan antara dunia digital dan fisik. Namun, kompleksitas teknologi ini sering kali membuat implementasi di lapangan terhambat oleh keterbatasan SDM, keterpaduan platform, dan kurangnya standar yang seragam.

4. Lingkungan Institusional dan Regulasi yang Mendukung BIM

Implementasi BIM tidak bisa dilepaskan dari konteks kelembagaan dan regulasi. Banyak negara—seperti Inggris, Australia, dan Tiongkok—telah mengadopsi kebijakan pemerintah yang mewajibkan BIM dalam proyek-proyek publik. Studi menunjukkan bahwa kebijakan tersebut berhasil mendorong adopsi, namun pada banyak kasus, penggunaan BIM dilakukan hanya untuk memenuhi persyaratan formal tanpa pemahaman strategis.

Perubahan ini membutuhkan restrukturisasi organisasi, pelatihan karyawan, dan penyesuaian budaya kerja. Taylor dan Bernstein (2009) menyoroti bahwa BIM membawa perubahan cara kerja kolaboratif yang mendasar, menuntut sistem kerja yang lebih terbuka dan transparan.

5. Evaluasi Dampak dan Strategi Adopsi BIM

Penerapan BIM menghasilkan berbagai manfaat nyata seperti peningkatan efisiensi, penurunan biaya rework, serta perbaikan koordinasi antar-tim. Namun, dampak ini baru optimal jika BIM benar-benar diintegrasikan dalam semua tahapan proyek, dari desain hingga pemeliharaan.

Studi di Inggris menunjukkan penghematan biaya proyek sebesar 15–20% setelah implementasi BIM. Di sisi lain, di Malaysia, tantangan utama terletak pada kurangnya pelatihan dan pengetahuan praktis tentang BIM di kalangan konsultan dan kontraktor lokal.

Dalam skala organisasi, keberhasilan adopsi BIM ditentukan oleh kesiapan digital, struktur kepemimpinan, serta keberadaan champion internal yang mampu mendorong transformasi digital.

Kritik dan Pandangan Tambahan: Mengapa BIM Belum Menjadi Arus Utama?

Meskipun potensi BIM begitu besar, banyak studi menyimpulkan bahwa penerapannya masih bersifat fragmentaris dan terbatas pada aspek teknis. Jarang ada pendekatan sistematis yang memetakan bagaimana BIM bisa menjadi bagian dari Project Management Information System (PMIS) yang menyeluruh. Di sisi lain, masih sedikit riset yang memetakan secara komprehensif hubungan antara BIM dan tujuan proyek seperti ROI, kepuasan pengguna akhir, dan sustainability.

Selain itu, tantangan terbesar bukan lagi pada teknologi, melainkan pada kesiapan organisasi, keterbatasan regulasi, dan minimnya pemahaman lintas fungsi dalam proyek. BIM menuntut sinergi antara insinyur, manajer proyek, pengembang perangkat lunak, dan pemilik proyek—hal yang masih jarang terjadi secara harmonis.

Langkah Strategis Menuju Masa Depan BIM-Based Project Management

Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, beberapa langkah strategis disarankan:

Pertama, pemerintah harus memainkan peran aktif dalam menetapkan kerangka kerja nasional yang mendorong standardisasi penggunaan BIM. Hal ini tidak hanya berlaku untuk proyek publik, tetapi juga harus menjadi syarat bagi proyek swasta berskala besar.

Kedua, sektor pendidikan perlu memperkuat kurikulum BIM dalam program sarjana dan vokasi teknik sipil, arsitektur, dan manajemen konstruksi. Integrasi lintas disiplin menjadi keharusan untuk membentuk tenaga kerja masa depan yang siap menghadapi tantangan proyek digital.

Ketiga, perusahaan konstruksi perlu menetapkan roadmap internal untuk transformasi digital dengan fokus pada pelatihan SDM, pembentukan tim integrasi teknologi, dan penguatan budaya kolaboratif.

Kesimpulan: BIM Adalah Masa Depan Manajemen Proyek

Kajian oleh Albert Chan dan kolega ini menjadi rujukan penting bagi siapa pun yang ingin memahami peta jalan riset dan implementasi BIM dalam proyek konstruksi. BIM bukan lagi sekadar alat bantu teknis, melainkan katalis perubahan sistemik dalam cara kita merancang, membangun, dan mengelola infrastruktur.

Dengan pendekatan yang tepat—baik dalam aspek teknologi, manajemen, maupun kebijakan—BIM mampu membawa manajemen proyek menuju era yang lebih efisien, transparan, dan berkelanjutan. Namun, untuk mencapainya, dibutuhkan strategi yang tidak hanya adaptif terhadap teknologi, tetapi juga transformatif dalam tata kelola proyek secara keseluruhan.

Referensi Asli : Frontiers of Engineering Management, Vol. 5 No. 3, 2018, hlm. 394–406.