Belajar dari Skandinavia: Mengintegrasikan Social Impact Assessment (SIA) dalam Kebijakan Pembangunan

Dipublikasikan oleh Marioe Tri Wardhana

03 November 2025, 10.06

Mengapa Temuan Ini Penting untuk Kebijakan?

Penelitian “Social Impact Assessment in Finland, Norway, and Sweden” menyoroti bagaimana negara-negara Skandinavia berhasil menjadikan Social Impact Assessment (SIA) sebagai elemen inti dalam proses pengambilan keputusan publik. Di kawasan ini, SIA tidak hanya dipandang sebagai syarat administratif, tetapi sebagai instrumen etis untuk memastikan bahwa pembangunan ekonomi berjalan seiring dengan kesejahteraan sosial dan perlindungan lingkungan. Finlandia, Norwegia, dan Swedia telah mengembangkan kerangka hukum dan kelembagaan yang kuat untuk menilai dampak sosial proyek infrastruktur, energi, dan industri. Pendekatan mereka menempatkan partisipasi masyarakat sebagai komponen kunci, sehingga keputusan kebijakan mencerminkan aspirasi dan nilai-nilai lokal.

Dalam konteks Indonesia, penerapan SIA yang lebih terintegrasi menjadi semakin penting. Banyak proyek besar—seperti pembangunan jalan tol, tambang, dan kawasan industri—masih menekankan pada analisis dampak lingkungan (AMDAL) tanpa menimbang implikasi sosial secara memadai. Pembelajaran dari Skandinavia dapat membantu Indonesia memperkuat kebijakan berbasis keadilan sosial dan partisipasi publik.

Implementasi di Lapangan: Dampak, Hambatan, dan Peluang

Ketiga negara Skandinavia memperlihatkan hasil nyata dari penerapan SIA yang komprehensif. Dampaknya meliputi:

  • Keterlibatan masyarakat meningkat secara signifikan, karena warga diberi ruang formal untuk memberikan masukan sebelum proyek dijalankan.

  • Konflik sosial dapat diminimalisasi, terutama dalam proyek energi dan pertambangan, melalui konsultasi publik yang inklusif.

  • Kebijakan menjadi lebih adaptif, sebab pemerintah mampu menyesuaikan proyek dengan kondisi sosial yang dinamis.

Namun, implementasi SIA di negara-negara tersebut juga menghadapi hambatan, seperti keterbatasan sumber daya manusia yang terlatih dan tantangan dalam mengukur indikator sosial yang kompleks.

Bagi Indonesia, peluang terbuka luas untuk mengadopsi model Skandinavia dengan penyesuaian lokal. Melalui pelatihan seperti Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KSPBU) dalam Pembangunan Infrastruktur, pemerintah daerah dan perencana proyek dapat meningkatkan kapasitas dalam melakukan analisis sosial yang lebih terukur dan transparan, terutama yang berkaitan dengan proyek infrastruktur.

5 Rekomendasi Kebijakan Praktis

  1. Integrasikan SIA ke dalam proses AMDAL agar analisis dampak sosial menjadi bagian wajib setiap proyek besar.

  2. Perkuat kapasitas aparatur dan konsultan melalui pelatihan berkelanjutan dalam bidang penilaian sosial.

  3. Libatkan masyarakat sejak tahap perencanaan, bukan hanya dalam tahap konsultasi formal.

  4. Bangun indikator sosial nasional, seperti tingkat kepuasan masyarakat dan perubahan mata pencaharian pasca-proyek.

  5. Terapkan mekanisme evaluasi pascaproyek (post-assessment) untuk memastikan keberlanjutan manfaat sosial jangka panjang.

Kritik terhadap Potensi Kegagalan Kebijakan

Kebijakan SIA berpotensi gagal bila hanya dijalankan sebagai formalitas. Risiko utamanya meliputi:

  • Proses partisipasi bersifat simbolik, tanpa tindak lanjut nyata terhadap masukan masyarakat.

  • Kurangnya koordinasi antarinstansi, menyebabkan hasil SIA tidak digunakan dalam pengambilan keputusan akhir.

  • Minimnya transparansi publik, membuat masyarakat tidak mengetahui hasil evaluasi dampak sosial proyek.

Agar SIA tidak menjadi ritual administratif, diperlukan komitmen politik yang kuat dan sistem audit sosial independen untuk memastikan bahwa hasil penilaian benar-benar berpengaruh terhadap kebijakan pembangunan.

Penutup

Finlandia, Norwegia, dan Swedia membuktikan bahwa pembangunan berkelanjutan tidak hanya soal ekonomi dan lingkungan, tetapi juga tentang manusia dan keadilan sosial. Dengan menjadikan SIA sebagai alat refleksi sosial dan etika kebijakan, mereka menciptakan keseimbangan antara kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

Indonesia dapat belajar dari pendekatan tersebut dengan memperkuat tata kelola sosial proyek pembangunan, memastikan bahwa setiap kebijakan infrastruktur membawa manfaat yang merata, berkeadilan, dan berkelanjutan bagi seluruh warga.

Sumber

Kröger, M., & Lahdelma, I. (2020). Social Impact Assessment in Finland, Norway, and Sweden.