Analisis Sosio-Ekonomi Proyek Jalan: Pembelajaran dari Pendekatan Norway dalam Menilai Biaya-Manfaat Infrastruktur Publik

Dipublikasikan oleh Marioe Tri Wardhana

27 Oktober 2025, 08.17

Mengapa Temuan Ini Penting untuk Kebijakan?

Pembangunan jalan sering dianggap sebagai investasi fisik murni, padahal di baliknya terdapat dimensi sosial dan ekonomi yang kompleks. Penelitian oleh Pedro José (2018) dari Norwegian University of Science and Technology (NTNU) menekankan pentingnya analisis sosio-ekonomi (socio-economic analysis) dalam setiap tahapan proyek infrastruktur publik.

Norwegia menerapkan dua mekanisme penilaian utama: Concept Selection Study (KVU) dan Quality Assurance Scheme (KS1). Kedua tahap ini memastikan bahwa proyek jalan tidak hanya layak secara teknis, tetapi juga memberikan nilai ekonomi, sosial, dan lingkungan yang optimal bagi masyarakat.

Pendekatan ini mengedepankan Cost-Benefit Analysis (CBA) untuk menilai manfaat terhadap pengguna jalan, penghematan waktu, keselamatan lalu lintas, serta dampak lingkungan. Proses ini juga melibatkan transparansi publik dalam pengambilan keputusan — menjadikan proyek infrastruktur bukan sekadar keputusan politik, tetapi hasil kajian rasional berbasis data.

Bagi Indonesia, temuan ini penting dalam konteks peningkatan efektivitas belanja publik di sektor infrastruktur. Dengan proyek besar seperti Tol Trans Jawa, IKN Nusantara, dan jalan strategis nasional lainnya, penerapan analisis sosio-ekonomi dapat memastikan setiap investasi publik menghasilkan manfaat maksimal bagi masyarakat.

Implementasi di Lapangan: Dampak, Hambatan, dan Peluang

Pendekatan CBA di Norwegia telah terbukti efektif dalam mencegah pemborosan anggaran dan meningkatkan transparansi proyek publik. Beberapa dampak positif yang tercatat antara lain:

  • Peningkatan efisiensi penggunaan dana publik hingga 20% melalui penyaringan awal proyek yang tidak layak secara sosial-ekonomi.

  • Meningkatnya akuntabilitas lembaga perencana, karena setiap keputusan berbasis pada data kuantitatif dan konsultasi publik.

  • Kualitas keputusan investasi meningkat, dengan perbandingan manfaat dan biaya yang dapat diaudit secara independen.

Namun, penerapannya di negara berkembang seperti Indonesia menghadapi beberapa hambatan, antara lain:

  1. Keterbatasan data sosial dan ekonomi yang diperlukan untuk menilai manfaat jangka panjang proyek jalan.

  2. Kurangnya kapasitas teknis aparatur dalam mengolah model CBA dan mengintegrasikannya dengan kebijakan fiskal.

  3. Tantangan transparansi dan koordinasi lintas kementerian, terutama antara Kementerian PUPR, Bappenas, dan Kementerian Keuangan.

Peluang besar terbuka jika Indonesia mampu mengintegrasikan model CBA dalam sistem perencanaan nasional, termasuk melalui artikel Infrastruktur, yang membekali peserta dengan metode analisis kebijakan berbasis data.

5 Rekomendasi Kebijakan Praktis

  1. Wajibkan Analisis Sosio-Ekonomi untuk Semua Proyek Jalan Skala Nasional
    Pemerintah perlu menjadikan CBA sebagai prasyarat perencanaan, bukan sekadar lampiran administratif.

  2. Bangun Sistem Data Terintegrasi untuk Evaluasi Infrastruktur
    Data lalu lintas, sosial, dan lingkungan harus disatukan dalam satu platform nasional agar penilaian proyek lebih akurat.

  3. Kembangkan SDM Perencana dan Evaluator Infrastruktur
    Pelatihan teknis tentang CBA dan kebijakan infrastruktur harus menjadi bagian dari kurikulum ASN dan perencana daerah.

  4. Terapkan Mekanisme Audit Independen (Quality Assurance) seperti di Norwegia
    Setiap proyek besar perlu ditinjau oleh lembaga independen untuk menilai manfaat sosial-ekonomi secara objektif.

  5. Dorong Partisipasi Publik dalam Evaluasi Proyek
    Publik harus memiliki akses terhadap data dan hasil evaluasi proyek untuk memperkuat transparansi dan kepercayaan terhadap pemerintah.

Kritik terhadap Potensi Kegagalan Kebijakan

Kebijakan berbasis CBA berisiko gagal apabila hanya dijalankan secara formalitas tanpa memperhatikan kualitas data dan partisipasi publik. Beberapa potensi kegagalan antara lain:

  • Bias terhadap proyek besar yang memiliki data lengkap, sementara proyek kecil pedesaan terabaikan.

  • Minimnya integrasi sosial dan lingkungan dalam model perhitungan ekonomi.

  • Ketidaksesuaian antara hasil analisis dan keputusan politik, di mana proyek tetap dijalankan meski hasil evaluasi menunjukkan manfaat rendah.

Untuk menghindari kegagalan ini, pemerintah perlu mengembangkan mekanisme transparansi hasil analisis dan memperkuat kolaborasi lintas sektor, termasuk perguruan tinggi, lembaga riset, dan masyarakat sipil.

Penutup

Analisis sosio-ekonomi proyek jalan bukan hanya alat teknis, melainkan instrumen strategis dalam memastikan keadilan dan efisiensi kebijakan publik.
Studi kasus Norwegia membuktikan bahwa pendekatan CBA yang transparan dan partisipatif dapat meningkatkan efektivitas pembangunan serta memperkuat legitimasi pemerintah di mata publik.

Bagi Indonesia, mengadopsi pendekatan serupa berarti membangun budaya kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy) — di mana setiap proyek infrastruktur dinilai dari dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat, bukan sekadar nilai investasinya.

Melalui pelatihan dan kolaborasi akademik, pemerintah dapat memperkuat kapasitas analisis kebijakan dan menciptakan tata kelola infrastruktur yang akuntabel, efisien, dan berkelanjutan.

Sumber

José, Pedro. (2018). Socio-Economic Analysis of Road Projects: A Norwegian Case Study. NTNU, Norway.