Kecamatan Banjarbaru Utara, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, mengalami pertumbuhan penduduk yang pesat selama lima tahun terakhir. Pertumbuhan ini menyebabkan perubahan fungsi tata guna lahan yang tidak terkendali, sehingga lahan resapan air berkurang dan mengancam ketersediaan air tanah. Di sisi lain, permintaan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga terus meningkat. Dalam kondisi ini, pemanfaatan air hujan melalui sistem pemanenan air hujan (rainwater harvesting) menjadi alternatif yang menjanjikan untuk membantu memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat.
Artikel berjudul Analisis Potensi Pemanenan Air Hujan dalam Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Kecamatan Banjarbaru Utara oleh Nia Ridha Ramadhayanti dan Noordiah Helda (2021) mengkaji potensi pemanenan air hujan di wilayah tersebut, serta membandingkan potensi tersebut dengan kebutuhan air bersih rumah tangga. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan data primer dan sekunder, serta analisis hidrologi yang melibatkan perhitungan curah hujan andalan dan luas atap bangunan sebagai area tangkapan air hujan.
Metodologi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Banjarbaru Utara yang terdiri dari empat kelurahan: Loktabat Utara, Mentaos, Komet, dan Sungai Ulin, dengan luas wilayah sekitar 24,44 km². Data primer diperoleh melalui wawancara dan survei langsung ke 40 responden yang tersebar di keempat kelurahan. Data sekunder meliputi data curah hujan dari BMKG, data statistik penduduk dari BPS Kota Banjarbaru, serta data luasan atap bangunan yang diperoleh dengan bantuan perangkat lunak QGIS.
Analisis potensi pemanenan air hujan menggunakan rumus:
Q=a×R×AQ = a \times R \times AQ=a×R×A
di mana QQQ adalah volume air hujan yang dapat dipanen (m³/hari), aaa adalah koefisien runoff (0,8 untuk atap genteng), RRR adalah curah hujan harian (m), dan AAA adalah luas atap bangunan (m²). Curah hujan andalan dipilih berdasarkan peluang 80% untuk memastikan estimasi yang realistis.
Kebutuhan air bersih dihitung berdasarkan rata-rata penggunaan air per orang per hari dikalikan dengan jumlah penduduk dan dikonversi ke kebutuhan tahunan.
Hasil Penelitian
Curah Hujan dan Luas Atap Bangunan
Data curah hujan tahunan di Kecamatan Banjarbaru Utara menunjukkan nilai andalan sebesar 6,4 mm/hari pada tahun 2019 dengan peluang 83,3%. Luas total atap bangunan yang berfungsi sebagai area tangkapan air hujan adalah 858.850 m², tersebar di 8.805 rumah dengan tipe atap yang bervariasi mulai dari 50 m² hingga 200 m². Mayoritas atap menggunakan genteng, sehingga koefisien runoff dipilih sebesar 0,8.
Potensi Pemanenan Air Hujan
Berdasarkan perhitungan, potensi pemanenan air hujan di Kecamatan Banjarbaru Utara mencapai 1.318.781.352 liter atau sekitar 1.318.781,35 m³ per tahun. Jika dibagi rata per rumah, setiap rumah dapat menampung sekitar 149.776 liter air hujan per tahun atau 410 liter per hari.
Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga
Survei terhadap 40 responden menunjukkan rata-rata penggunaan air bersih sebesar 200 liter per orang per hari. Dengan jumlah penduduk proyeksi tahun 2020 sebanyak 56.919 jiwa, kebutuhan air bersih rumah tangga di Kecamatan Banjarbaru Utara mencapai 4.155.073.297 liter atau 4.155.073,29 m³ per tahun.
Perbandingan Potensi Pemanenan dan Kebutuhan Air
Perbandingan antara potensi air hujan yang dapat dipanen dan kebutuhan air bersih menunjukkan bahwa pemanenan air hujan hanya mampu memenuhi sekitar 31,74% dari kebutuhan air bersih rumah tangga di wilayah tersebut. Dengan kata lain, air hujan hasil panenan tidak dapat dijadikan satu-satunya sumber air bersih, melainkan hanya sebagai sumber tambahan, terutama saat musim kemarau ketika pasokan air dari sumber utama menurun.
Distribusi Potensi dan Kebutuhan per Kelurahan
- Sungai Ulin: Potensi panen air hujan 276.432 m³/tahun, kebutuhan air 1.143.333 m³/tahun (pemenuhan 24,18%)
- Komet: Potensi 114.627 m³/tahun, kebutuhan 390.083 m³/tahun (29,39%)
- Mentaos: Potensi 372.863 m³/tahun, kebutuhan 915.408 m³/tahun (40,73%)
- Loktabat Utara: Potensi 554.860 m³/tahun, kebutuhan 1.706.250 m³/tahun (32,52%)
Analisis dan Diskusi
Penelitian ini mengungkapkan bahwa meskipun potensi pemanenan air hujan di Kecamatan Banjarbaru Utara cukup besar, namun tidak mampu memenuhi kebutuhan air bersih secara keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:
- Pertumbuhan penduduk yang cepat meningkatkan kebutuhan air bersih.
- Luas atap bangunan yang terbatas sebagai area tangkapan air hujan.
- Pola penggunaan air masyarakat yang relatif tinggi, dengan rata-rata 200 liter per orang per hari, lebih besar dibanding standar nasional yang berkisar antara 60-125 liter per orang per hari.
- Faktor teknis seperti kehilangan air akibat evaporasi dan kebocoran pada sistem pemanenan.
Namun, potensi air hujan ini tetap penting sebagai sumber air alternatif yang dapat mengurangi beban penggunaan air tanah dan PDAM, sekaligus membantu konservasi sumber daya air. Sistem pemanenan air hujan dapat dimanfaatkan sebagai cadangan saat musim kemarau dan membantu mengurangi risiko kelangkaan air.
Nilai Tambah dan Hubungan dengan Tren Global
Pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih merupakan bagian dari upaya adaptasi perubahan iklim dan pengelolaan sumber daya air berkelanjutan. Di banyak negara berkembang, sistem pemanenan air hujan telah terbukti efektif dalam mengurangi ketergantungan pada air tanah dan mengatasi masalah pasokan air bersih.
Penelitian ini memberikan gambaran nyata tentang bagaimana teknologi sederhana dan pemanfaatan sumber daya lokal dapat membantu memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Selain itu, penggunaan perangkat lunak GIS untuk analisis luasan atap dan curah hujan merupakan pendekatan modern yang meningkatkan akurasi perhitungan potensi air hujan.
Kritik dan Saran
Meskipun penelitian ini komprehensif, ada beberapa hal yang dapat dikembangkan lebih lanjut:
- Perlu analisis kualitas air hujan yang dipanen untuk memastikan keamanan penggunaannya, terutama untuk konsumsi langsung.
- Studi perilaku masyarakat dalam penggunaan air perlu diperluas agar strategi konservasi air dapat lebih efektif.
- Pengembangan sistem penyimpanan dan distribusi air hujan yang efisien sangat penting untuk memaksimalkan pemanfaatan air hujan.
- Perlu evaluasi biaya dan manfaat implementasi sistem pemanenan air hujan untuk memastikan keberlanjutan dan penerimaan masyarakat.
Kesimpulan
Potensi pemanenan air hujan di Kecamatan Banjarbaru Utara mencapai sekitar 1,32 juta m³ per tahun, namun hanya mampu memenuhi sekitar 31,74% dari kebutuhan air bersih rumah tangga yang mencapai 4,15 juta m³ per tahun. Oleh karena itu, air hujan hasil panenan tidak dapat dijadikan sumber utama, melainkan sebagai sumber tambahan yang strategis terutama saat musim kemarau.
Pemanfaatan air hujan dapat membantu mengurangi tekanan pada sumber air tanah dan PDAM, mendukung konservasi lingkungan, dan meningkatkan ketahanan air masyarakat. Penelitian ini menjadi referensi penting bagi pengambil kebijakan dan praktisi dalam merancang sistem pemanenan air hujan yang efektif dan berkelanjutan di wilayah perkotaan dengan pertumbuhan penduduk tinggi.
Sumber Artikel:
Ramadhayanti, N. R., & Helda, N. (2021). Analisis Potensi Pemanenan Air Hujan dalam Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Kecamatan Banjarbaru Utara. Jurnal RIVET (Riset dan Invensi Teknologi), Vol. 01 No. 01, Juni 2021, Teknik Sipil - Universitas Dharma Andalas .