Analisis Kualitas Air Sumur Bor di Hajimena, Natar, Lampung Selatan—Urgensi Pengelolaan Air Bersih di Kawasan Semi-Urban

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

10 Juni 2025, 10.21

pixabay.com

Air Bersih, Hak Dasar dan Tantangan di Kawasan Perumahan

Air bersih adalah hak dasar manusia dan penopang utama kesehatan masyarakat. Namun, di banyak wilayah Indonesia, terutama kawasan semi-urban seperti Hajimena, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, akses terhadap air bersih yang layak masih menjadi tantangan besar. Mayoritas warga Perumahan Griya Saka Hajimena, yang berjumlah sekitar 50 kepala keluarga, sangat bergantung pada air sumur bor untuk kebutuhan sehari-hari—mulai dari memasak, mandi, hingga mencuci. Kondisi geografis berupa lahan bekas rawa dan pertumbuhan penduduk yang cepat meningkatkan risiko pencemaran air tanah, sehingga kualitas air sumur bor menjadi isu kritis yang berdampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraan warga123.

Mengapa Sumur Bor Menjadi Pilihan?

Sumur bor dipilih karena kemudahan akses dan biaya pembangunan yang relatif terjangkau. Namun, air tanah di kawasan bekas rawa sangat rentan terhadap kontaminasi limbah domestik, rembesan septic tank, dan limpasan air hujan yang membawa polutan dari permukaan. Keterbatasan sumber air bersih di Hajimena menuntut pengelolaan dan pengawasan kualitas air yang lebih ketat13.

Tujuan Penelitian

  • Mengevaluasi kualitas air sumur bor sebagai air bersih untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat Hajimena.
  • Membandingkan hasil pengujian dengan baku mutu air bersih sesuai Permenkes No. 32 Tahun 2017.
  • Memberikan rekomendasi berbasis data untuk pengelolaan air bersih di kawasan perumahan semi-urban123.

Uji Fisika, Kimia, dan Biologi

Lokasi dan Pengambilan Sampel

Sampel air diambil dari sumur bor yang digunakan oleh sekitar 50 kepala keluarga di Perumahan Griya Saka Hajimena. Pengambilan dilakukan dari keran penampungan dan pompa sumur, mewakili kualitas air yang digunakan sehari-hari. Proses pengambilan sampel mengikuti prosedur laboratorium yang ketat untuk memastikan hasil yang representatif13.

Parameter yang Diuji

  • Fisik: warna, rasa, bau, temperatur, kekeruhan, total padatan terlarut (TDS)
  • Kimia: kadar besi (Fe), kadmium (Cd), kesadahan (CaCO3), klorida, mangan (Mn), nitrat, nitrit, pH, air raksa, arsen
  • Biologi: total coliform dan Escherichia coli (E. coli)

Seluruh hasil dibandingkan dengan baku mutu air bersih Permenkes No. 32 Tahun 201713.

Hasil Penelitian: Data, Fakta, dan Analisis

Parameter Fisik

  • Warna: 152 TCU (batas baku mutu: 50 TCU). Sebanyak 67% sampel melebihi ambang batas, menandakan adanya kontaminasi organik/anorganik yang signifikan.
  • Kekeruhan: 11,2 TCU (batas: 25 TCU). Masih dalam batas aman.
  • Rasa dan Bau: Tidak berasa dan tidak berbau, memenuhi standar air bersih.
  • Temperatur: 28,7°C, sesuai standar (suhu udara ±3°C).
  • Total Padatan Terlarut (TDS): 825 mg/l (batas: 1500 mg/l), masih layak13.

Parameter Kimia

  • Kadar Besi (Fe): 3,95 mg/l (batas: 1,0 mg/l). Sebanyak 75% sampel melampaui baku mutu, menyebabkan air berwarna kuning kecokelatan dan berisiko menodai peralatan rumah tangga.
  • Klorida: 1752 mg/l (batas: 600 mg/l). Sebanyak 65% sampel melebihi ambang batas, berpotensi menyebabkan rasa asin dan korosif pada pipa.
  • Kesadahan (CaCO3): 127,9 mg/l (batas: 500 mg/l), masih aman.
  • Kadmium (Cd): 0,00 mg/l (batas: 1,5 mg/l), aman.
  • Air Raksa (Hg): 0,00 mg/l (batas: 0,001 mg/l), aman.
  • Arsen: 0,001 mg/l (batas: 0,05 mg/l), aman.
  • Mangan (Mn): 0,214 mg/l (batas: 0,5 mg/l), aman.
  • Nitrat (NO3-N): 1,10 mg/l (batas: 10 mg/l), aman.
  • Nitrit (NO2-N): 0,043 mg/l (batas: 1,0 mg/l), aman.
  • pH: 7,98 (batas: 6,5–9,0), netral dan sesuai standar13.

Parameter Biologi

  • Total Coliform dan E. coli: 210/100 ml sampel (batas: <50/100 ml untuk non-perpipaan). Sebanyak 80% sampel melebihi baku mutu, menandakan kontaminasi mikrobiologis serius yang dapat menyebabkan penyakit diare, tifus, hingga kolera13.

Realitas Air Sumur Bor di Griya Saka Hajimena

Kondisi Lapangan

Perumahan Griya Saka Hajimena dibangun di atas lahan bekas rawa, yang secara alami memiliki risiko tinggi kontaminasi organik dan anorganik. Selain itu, kedekatan dengan septic tank dan minimnya sistem pengelolaan limbah memperparah risiko pencemaran air tanah. Banyak warga yang mengeluhkan air sumur yang berwarna, berbau besi, dan kadang-kadang menodai pakaian atau peralatan mandi13.

Dampak pada Masyarakat

  • Kesehatan: Tingginya kadar coliform dan E. coli meningkatkan risiko penyakit berbasis air, terutama pada anak-anak dan lansia.
  • Kenyamanan: Air yang berwarna dan mengandung besi tinggi menyebabkan noda pada pakaian, peralatan mandi, dan keran.
  • Ekonomi: Warga harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli air galon atau memasang filter air rumah tangga13.

Implikasi, Opini, dan Perbandingan

Kelebihan Penelitian

  • Pendekatan komprehensif: Menguji seluruh parameter utama (fisik, kimia, biologi) sesuai standar nasional.
  • Studi kasus nyata: Menggambarkan kondisi aktual yang dihadapi masyarakat semi-urban di Indonesia.
  • Relevansi kebijakan: Memberikan dasar ilmiah bagi pemerintah daerah untuk intervensi pengelolaan air bersih13.

Kritik dan Keterbatasan

  • Waktu pengambilan sampel: Snapshot, belum menggambarkan variasi musiman (musim hujan vs kemarau).
  • Parameter tambahan: Belum menguji kandungan amonia, pestisida, atau logam berat lain yang mungkin hadir di kawasan bekas rawa.
  • Solusi teknis: Penelitian belum membahas secara detail solusi pengolahan air yang aplikatif untuk masyarakat13.

Perbandingan dengan Studi Lain

Penelitian lain di Hajimena juga menemukan pencemaran amoniak dan mikrobiologi pada beberapa titik. Studi di daerah lain di Indonesia menunjukkan pola serupa: sumur bor di kawasan padat penduduk dan bekas rawa cenderung mengandung besi, klorida, dan coliform tinggi, sehingga tidak layak untuk konsumsi tanpa pengolahan lanjut134.

Relevansi dengan Tren Nasional dan Global

Akses Air Bersih sebagai Hak Dasar

Pemerintah Indonesia menargetkan akses air minum layak untuk seluruh rakyat pada 2030, namun data Bappenas (2019) menunjukkan hanya 20% penduduk yang menikmati air perpipaan. Sisanya masih mengandalkan sumur bor, sumur gali, atau air isi ulang. Tantangan serupa juga dihadapi negara berkembang lain, di mana kualitas air tanah sangat dipengaruhi oleh tata kelola lingkungan dan perubahan tata guna lahan1.

Solusi Industri dan Teknologi

  • Filtrasi Rumah Tangga: Penggunaan filter karbon aktif, resin penukar ion, dan UV disinfeksi bisa menurunkan kadar besi, klorida, dan coliform.
  • Pengelolaan Septic Tank: Penataan ulang jarak septic tank dan sumur, serta pengelolaan limbah domestik menjadi kunci mencegah kontaminasi.
  • Monitoring Berkala: Pemerintah daerah perlu melakukan pemantauan kualitas air secara periodik dan menyediakan laboratorium uji air murah untuk masyarakat13.

Saran Kebijakan dan Rekomendasi Praktis

  • Edukasi Masyarakat: Warga perlu diedukasi tentang bahaya air tercemar dan pentingnya merebus air sebelum digunakan untuk konsumsi.
  • Penguatan Regulasi: Pemerintah daerah harus memperketat izin pembangunan perumahan di lahan bekas rawa dan mewajibkan uji kualitas air sebelum pemanfaatan.
  • Inovasi Teknologi: Pengembangan teknologi pengolahan air sederhana dan terjangkau untuk skala rumah tangga harus menjadi prioritas, misal filter berbasis pasir, karbon aktif, dan desinfeksi UV.
  • Kolaborasi Multi-Pihak: Sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat sangat penting untuk mengatasi tantangan air bersih di kawasan semi-urban13.

Kualitas Air Sumur Bor di Hajimena Tidak Layak untuk Air Bersih

Penelitian ini secara tegas menyimpulkan bahwa air sumur bor di Perumahan Griya Saka Hajimena, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, tidak layak digunakan sebagai air bersih. Hal ini disebabkan oleh:

  • Warna air yang melebihi baku mutu (67% sampel tidak layak).
  • Kadar besi yang sangat tinggi (75% sampel melampaui standar).
  • Klorida yang jauh di atas ambang batas (65% sampel tidak layak).
  • Total coliform dan E. coli yang sangat tinggi (80% sampel tercemar berat)13.

Kondisi ini menuntut perhatian serius dari pemerintah daerah, pengembang perumahan, dan masyarakat untuk segera melakukan intervensi teknis dan kebijakan agar hak atas air bersih dapat terpenuhi. Penelitian ini juga menjadi alarm bagi kawasan semi-urban lain di Indonesia yang menghadapi tantangan serupa.

Sumber Asli Artikel

Miftahul Djana. 2023. Analisis Kualitas Air dalam Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Kecamatan Natar Hajimena Lampung Selatan. Jurnal Redoks, 8(1): 81–87.