Analisis Kualitas Air di Sumber Mata Air Tolnaku, Kupang – Tantangan Air Bersih di NTT

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

10 Juni 2025, 15.17

pixabay.com

Mata Air Sebagai Sumber Kehidupan di Desa Tolnaku

Air merupakan elemen vital bagi kehidupan manusia, terutama air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Di banyak daerah pedesaan, mata air menjadi sumber utama air bagi masyarakat. Namun, mata air rentan terhadap pencemaran akibat aktivitas manusia dan faktor alam. Penelitian oleh Susanti Y. Manune, Kristina Moi Nono, dan Demak E. R. Damanik (2019) meneliti kualitas air pada tiga sumber mata air penting di Desa Tolnaku, Kecamatan Fatule’u, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, yaitu mata air Betmanu, Oelmela, dan Oelekam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air dan sumber pencemar berdasarkan parameter fisik, kimia, dan biologi, serta membandingkannya dengan standar baku mutu air bersih.

Pengambilan Sampel dan Analisis Laboratorium

Penelitian dilakukan pada Desember 2017–Januari 2018 dengan metode survei deskriptif. Sampel air diambil dari tiga sumber mata air pada empat stasiun berbeda: titik mata air, 10 meter dari mata air, dan 20 meter dari mata air (untuk mata air terbuka Betmanu dan Oelmela), serta titik mata air saja (untuk mata air tertutup Oelekam). Pengukuran bau, suhu, pH, dan Total Dissolved Solid (TDS) dilakukan langsung di lokasi (in-situ) selama tiga hari. Analisis kualitas air (Total Suspended Solid/TSS, Chemical Oxygen Demand/COD, dan bakteri) dilakukan di Laboratorium FKIP Biologi dan Kimia, Undana Kupang. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Kualitas Air di Tiga Mata Air

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Desa Tolnaku memiliki topografi bervariasi dengan iklim tropis kering. Mata air berada di tengah perkebunan masyarakat yang didominasi pohon kelapa dan pinang. Terdapat perbedaan pada penampungan mata air: Oelekam memiliki penutup dan pipa penyalur air bersih, sedangkan Betmanu dan Oelmela masih terbuka. Aktivitas masyarakat seperti mandi, mencuci, dan memberi minum hewan ternak dilakukan di sekitar mata air terbuka.

Parameter Fisika

  • Bau: Semua mata air tidak berbau, memenuhi syarat air minum.
  • Suhu: Suhu rata-rata berkisar 27.6°C - 28.6°C, sesuai dengan baku mutu air minum (26-29°C). Mata air Oelmela memiliki suhu tertinggi karena lokasinya lebih terbuka, sementara Betmanu lebih rendah karena terlindungi vegetasi.
  • Total Dissolved Solid (TDS): Nilai TDS berkisar 234.4 mg/l - 244.8 mg/l, jauh di bawah ambang batas maksimum 1000 mg/l, memenuhi syarat air minum. Mata air Oelmela memiliki TDS tertinggi, diduga karena aktivitas masyarakat dan kandungan anorganik dari air yang menyebabkan kerak pada peralatan rumah tangga.
  • Total Suspended Solid (TSS): Nilai TSS sama untuk semua mata air, yaitu 5 mg/l, jauh di bawah ambang batas 50 mg/l, memenuhi syarat air minum.

Parameter Kimia

  • pH: Nilai pH berkisar 6.40 - 6.53, sedikit di bawah rentang ideal (6-9) namun masih relatif aman. Mata air Oelmela memiliki pH tertinggi, diduga karena larutan sabun dari aktivitas mencuci.
  • Chemical Oxygen Demand (COD): Mata air Betmanu memenuhi baku mutu (8.93 mg/l < 10 mg/l), sedangkan Oelmela (16.82 mg/l) dan Oelekam (14.28 mg/l) melebihi ambang batas maksimum. Tingginya COD di Oelmela diduga karena aktivitas masyarakat, sementara di Oelekam mungkin dipengaruhi oleh musim hujan.

Parameter Biologi

  • Total Koliform: Semua mata air memiliki nilai total koliform yang sama, yaitu 1100 MPN, melebihi baku mutu (1000 MPN). Hal ini mengindikasikan pencemaran bakteri yang tinggi, diduga berasal dari sampah organik, kurangnya pemeliharaan penampungan mata air, dan aktivitas masyarakat serta hewan ternak di sekitar mata air.

Analisis dan Diskusi: Faktor Pencemaran dan Risiko Kesehatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mata air Betmanu memenuhi syarat sebagai air minum berdasarkan parameter fisik dan kimia, namun semua mata air tercemar secara mikrobiologis. Parameter COD pada mata air Oelmela dan Oelekam juga melampaui ambang batas.

Faktor pencemaran utama adalah:

  • Sampah organik dari dedaunan dan ranting kayu (serasah).
  • Kotoran hewan ternak.
  • Aktivitas manusia seperti mandi dan mencuci menggunakan sabun dan deterjen.
  • Kurangnya pemeliharaan penampungan mata air yang terbuka.

Kondisi ini berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat Desa Tolnaku yang seringkali langsung meminum air tanpa direbus terlebih dahulu.

Perbandingan dengan Penelitian Lain dan Implikasi

Penelitian serupa di mata air Lahurus, Kabupaten Belu, NTT, juga menemukan nilai pH yang rendah dan keberadaan fecal coliform 34. Studi lain mengenai kualitas air tanah di Kupang menemukan bahwa aktivitas masyarakat dapat mencemari lingkungan sumber air 5. Hasil ini menggarisbawahi bahwa perlindungan dan pengelolaan sumber mata air secara berkelanjutan sangat penting untuk menjamin ketersediaan air bersih yang aman bagi masyarakat.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Mata air Betmanu, Oelmela, dan Oelekam di Desa Tolnaku memenuhi syarat air minum berdasarkan parameter fisik (bau, suhu, TDS, TSS) dan pH, namun tidak memenuhi syarat karena tingginya kandungan bakteri coliform dan COD pada mata air Oelmela dan Oelekam12. Sumber pencemar berasal dari sampah organik, aktivitas manusia, dan kotoran hewan12.

Penelitian ini merekomendasikan:

  • Perlindungan dan pemeliharaan sumber mata air, termasuk pembuatan penampungan tertutup.
  • Edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan mata air dan merebus air sebelum diminum.
  • Pengelolaan limbah domestik dan peternakan yang baik.
  • Pemantauan kualitas air secara berkala.

Dengan pengelolaan yang baik, mata air di Desa Tolnaku dapat terus menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat setempat.

Sumber Asli Artikel

Manune, S. Y., Nono, K. M., & Damanik, D. E. R. (2019). Analisis Kualitas Air pada Sumber Mata Air di Desa Tolnaku Kecamatan Fatule’u Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur. Jurnal Biotropikal Sains, 16(1), 40-5312.