Analisis Kualitas Air Danau Situ Gede sebagai Media Pembelajaran Berbasis E-Handout

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

10 Juni 2025, 10.08

pixabay.com

Danau Situ Gede, Sumber Daya Alam dan Tantangan Kualitas Air di Era Urbanisasi

Danau Situ Gede di Kota Bogor merupakan salah satu danau alami yang memiliki peran vital sebagai sumber air, kawasan konservasi, irigasi, habitat biota air, hingga destinasi wisata. Namun, seperti banyak danau di kawasan urban, Situ Gede menghadapi tekanan dari aktivitas manusia yang berpotensi menurunkan kualitas airnya. Paper karya Anisa Meita Laurenza, Muhammad Taufik Awaludin, dan Meilisha Putri Pertiwi (2023) tidak hanya mengupas tuntas analisis kualitas air Situ Gede dari berbagai parameter, tetapi juga mengintegrasikannya ke dalam media pembelajaran berbasis e-handout yang inovatif untuk siswa SMA. Artikel ini sangat relevan dengan isu lingkungan dan pendidikan abad ke-21, di mana literasi sains dan kepedulian terhadap ekosistem menjadi kunci pembangunan berkelanjutan123.

Situ Gede, dengan luas sekitar 6,2 hektar, menjadi tumpuan berbagai kepentingan: dari konservasi, irigasi, hingga rekreasi dan ekonomi masyarakat sekitar. Namun, urbanisasi, pertumbuhan penduduk, dan aktivitas domestik di sekitar danau meningkatkan risiko pencemaran air. Penelitian ini bertujuan:

  • Menganalisis kualitas air Situ Gede berdasarkan parameter fisika, kimia, dan biologi di empat stasiun (barat, utara, timur, selatan).
  • Menghitung produktivitas primer perairan dan status mutu air Situ Gede.
  • Mengembangkan hasil penelitian menjadi media pembelajaran e-handout untuk meningkatkan motivasi dan literasi lingkungan siswa123.

Studi Lapangan, Laboratorium, dan Pengembangan Media

Desain Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan pengambilan data secara in situ dan laboratorium. Empat stasiun pengambilan sampel dipilih berdasarkan variasi aktivitas manusia dan karakteristik lingkungan:

  • Stasiun I (Barat): Dekat parkiran dan pedagang kaki lima.
  • Stasiun II (Utara): Area hutan lindung CIFOR, minim aktivitas manusia.
  • Stasiun III (Selatan): Lokasi penangkapan ikan oleh masyarakat.
  • Stasiun IV (Timur): Dekat jembatan penyeberangan wisatawan13.

Parameter yang Diukur

  • Fisik: Suhu, kecerahan, intensitas cahaya, warna air.
  • Kimia: pH, oksigen terlarut (DO).
  • Biologi: Komposisi fitoplankton melalui filtrasi plankton.

Pengukuran produktivitas primer dilakukan dengan metode oksigen botol terang dan gelap, sedangkan status mutu air dianalisis menggunakan indeks pencemaran sesuai Kepmen LH No. 115/2003. Hasil penelitian dikembangkan menjadi e-handout yang divalidasi oleh ahli materi dan media13.

Data, Analisis, dan Fakta Kunci

Parameter Kimia

  • pH: Berkisar antara 7,1 (Stasiun IV) hingga 8,3 (Stasiun I dan II). Seluruh stasiun masih dalam kisaran baku mutu (6–9), meski cenderung basa di beberapa lokasi. Kenaikan pH pada siang hari diduga akibat fotosintesis aktif oleh fitoplankton13.
  • DO (Oksigen Terlarut): 3,95 mg/L (Stasiun II) hingga 4,53 mg/L (Stasiun III). Nilai DO terendah mendekati ambang batas minimal (4 mg/L), menandakan tekanan ekologi terutama di area dengan aktivitas respirasi dan dekomposisi tinggi13.

Parameter Fisika

  • Suhu: 24°C (Stasiun II) hingga 28°C (Stasiun I, III, IV). Suhu lebih rendah di area berhutan, lebih tinggi di area terbuka.
  • Kecerahan: 36 cm (Stasiun II, terendah) hingga 66 cm (Stasiun III, tertinggi). Kecerahan rendah diduga akibat banyaknya bahan tersuspensi dan naungan tajuk pohon13.
  • Intensitas Cahaya: Variatif, tertinggi pada siang hari dan di area terbuka.
  • Warna Air: Stasiun I kecoklatan (dekat aktivitas masyarakat), stasiun II hijau kecoklatan (hutan), stasiun III dan IV hijau tua (aktivitas penangkapan dan wisata)3.

Fitoplankton sebagai Bioindikator

  • Komposisi Fitoplankton: Ditemukan 4 filum (Bacillariophyta, Chlorophyta, Cyanophyta, Euglenophyta) dengan total 18 genus. Stasiun III dan IV memiliki keanekaragaman tertinggi, diduga akibat penetrasi cahaya dan unsur hara yang cukup, memicu blooming alga.
  • Dominasi Cyanophyta (Chroccocus sp.): Fitoplankton tahan panas dan sulit dicerna ikan, menandakan adanya tekanan eutrofikasi13.

Produktivitas Primer Perairan

  • Nilai Produktivitas Primer Bersih (NPP): Tertinggi di Stasiun II (3.593 mgC/m³/hari), terendah di Stasiun I (562 mgC/m³/hari). Seluruh stasiun dikategorikan eutrofik (>750 mgC/m³/hari), menandakan perairan kaya nutrien dan berpotensi mengalami blooming alga13.
  • Faktor Penentu: Penetrasi cahaya, suhu, dan ketersediaan nutrien sangat berpengaruh terhadap produktivitas primer dan perkembangan fitoplankton.

Status Mutu Air Berdasarkan Indeks Pencemaran

  • Stasiun I dan II: Indeks pencemaran 5,71 dan 5,31 (tercemar sedang).
  • Stasiun III dan IV: 4,85 dan 4,43 (tercemar ringan).
  • Analisis: Area dengan aktivitas manusia tinggi (parkir, pedagang, wisata) cenderung lebih tercemar. Area yang lebih alami (hutan, area wisata minim aktivitas) relatif lebih baik13.

Situ Gede di Tengah Urbanisasi dan Aktivitas Masyarakat

Situ Gede menjadi contoh nyata bagaimana tekanan urbanisasi, pariwisata, dan aktivitas domestik dapat mempengaruhi kualitas air danau. Stasiun I, yang berada di dekat parkiran dan pedagang kaki lima, menunjukkan indeks pencemaran tertinggi. Sementara stasiun II di area hutan lindung relatif lebih baik, namun tetap menunjukkan pencemaran sedang karena kemungkinan limpasan air dari area lain. Stasiun III dan IV, yang lebih dekat aktivitas penangkapan ikan dan wisata, masih mengalami pencemaran ringan, namun keanekaragaman fitoplankton dan produktivitas primer tetap tinggi, menandakan adanya suplai nutrien yang cukup13.

Implikasi, Opini, dan Perbandingan dengan Studi Lain

Dampak Lingkungan dan Potensi Eutrofikasi

Status eutrofik di seluruh stasiun Situ Gede menandakan danau mengalami kelebihan nutrien (nitrat, fosfat) yang memicu pertumbuhan fitoplankton berlebih (blooming alga). Hal ini dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut, kematian ikan, dan gangguan ekosistem. Situasi ini mirip dengan kasus di Danau Buyan, Danau Toba, dan Danau Tuok yang juga mengalami tekanan serupa akibat aktivitas manusia dan limpasan nutrien dari pertanian dan domestik13.

Perbandingan dengan Penelitian Lain

Penelitian lain di Situ Gede (Arianto et al., 2021) juga menemukan kategori pencemaran ringan dengan indeks pencemaran 1–5, serta dua parameter (pH dan nitrit) yang tidak sesuai baku mutu akibat limbah domestik dan pertanian5. Studi lain menggunakan metode IKA-NSF (National Sanitation Foundation) juga mengkategorikan Situ Gede sebagai “tercemar sedang” dengan nilai IKA-NSF 65,21, di mana parameter DO dan BOD sering menjadi indikator utama pencemaran4. Hal ini menunjukkan konsistensi hasil bahwa Situ Gede memang menghadapi tantangan pencemaran ringan hingga sedang.

Integrasi Sains dan Pendidikan

Keunikan penelitian ini adalah mengintegrasikan hasil analisis kualitas air ke dalam media pembelajaran e-handout untuk siswa SMA. Validasi ahli menunjukkan skor rata-rata 84% (sangat valid), membuktikan bahwa data lingkungan nyata dapat meningkatkan motivasi dan literasi sains siswa. E-handout ini tidak hanya mengajarkan konsep pencemaran air, tetapi juga menanamkan sikap peduli lingkungan melalui indikator sikap yang terintegrasi dalam materi123.

Kritik dan Saran Pengembangan

Kekuatan Penelitian

  • Pendekatan multidisiplin (fisika, kimia, biologi, pendidikan).
  • Studi kasus nyata yang relevan dengan isu lokal dan nasional.
  • Validasi media pembelajaran oleh ahli, memastikan kualitas dan keterpakaian.

Keterbatasan

  • Pengukuran hanya pada satu periode (Februari 2023), sehingga dinamika musiman belum tergambar utuh.
  • Parameter kimia terbatas pada pH dan DO, belum mencakup BOD, COD, nutrien, logam berat, dan bakteriologis.
  • Analisis fitoplankton belum sampai tingkat spesies dan kelimpahan mutlak.

Saran

  • Penelitian lanjutan sebaiknya dilakukan secara periodik (musiman) dan menambah parameter kimia serta mikrobiologi.
  • Integrasi data kualitas air dengan sistem monitoring berbasis IoT untuk deteksi dini pencemaran.
  • Pengembangan e-handout ke dalam platform digital interaktif (misal: aplikasi mobile atau web) untuk memperluas jangkauan edukasi.

Pendidikan Lingkungan dan Pengelolaan Sumber Daya Air

Integrasi data lingkungan nyata ke dalam kurikulum sekolah adalah tren global yang didorong oleh kebutuhan akan literasi sains dan sikap peduli lingkungan. Negara-negara maju telah lama mengadopsi model pembelajaran berbasis proyek dan data lokal untuk meningkatkan kesadaran dan aksi nyata siswa terhadap isu lingkungan. Penelitian ini membuktikan bahwa pendekatan serupa sangat mungkin diterapkan di Indonesia, khususnya di kawasan urban yang menghadapi tantangan pencemaran air123.

Situ Gede, Laboratorium Alam dan Media Edukasi Masa Depan

Penelitian ini menegaskan bahwa Danau Situ Gede saat ini berada pada status tercemar ringan hingga sedang, dengan dominasi fitoplankton dan produktivitas primer yang tinggi menandakan status eutrofik. Aktivitas manusia di sekitar danau menjadi faktor utama pencemaran, namun juga membuka peluang untuk edukasi lingkungan berbasis data nyata. Pengembangan e-handout berbasis hasil penelitian terbukti efektif meningkatkan motivasi belajar dan sikap peduli lingkungan siswa SMA.

Rekomendasi utama:

  • Perlu penguatan pengawasan dan pengelolaan aktivitas domestik dan wisata di sekitar danau.
  • Pemerintah dan masyarakat perlu berkolaborasi menjaga kualitas air danau demi keberlanjutan ekosistem dan manfaat ekonomi.
  • Pengembangan media pembelajaran berbasis data lokal harus terus didorong untuk membangun generasi yang literat sains dan peduli lingkungan.

Sumber Asli Artikel

Anisa Meita Laurenza, Muhammad Taufik Awaludin, Meilisha Putri Pertiwi. 2023. Analisis kualitas air di danau Situ Gede sebagai media pembelajaran berbasis e-handout. ESABI: Jurnal Edukasi Sains Biologi, 5(2): 37–55.