Analisis Kualitas Air Danau Mesangat, Kabupaten Kutai Timur – Studi Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemar

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

11 Juni 2025, 06.06

pixabay.com

Pentingnya Monitoring Kualitas Air di Danau Mesangat

Danau Mesangat, yang terletak di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, merupakan bagian dari Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) yang sangat penting untuk keberlangsungan ekosistem dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Danau ini tidak hanya berfungsi sebagai habitat bagi flora dan fauna, termasuk spesies langka seperti Buaya Badas, tetapi juga berperan dalam menjaga keseimbangan hidrologi wilayah tersebut. Namun, keberadaan dan aktivitas perkebunan kelapa sawit yang mengelilingi danau menjadi ancaman utama terhadap kualitas air danau.

Penelitian yang dilakukan oleh Rama Tirta Nurwantara Putra dan rekan-rekan (2023) bertujuan untuk menganalisis kualitas air Danau Mesangat dengan menggunakan metode STORET dan Indeks Pencemaran (IP) serta menghitung Daya Tampung Beban Pencemaran (DTBP) khususnya untuk parameter BOD. Penelitian ini penting sebagai dasar pengelolaan dan konservasi danau agar fungsi ekologis dan nilai ekonomisnya tetap terjaga.

Metode Penelitian: Pendekatan Komprehensif dengan Metode STORET, IP, dan DTBP

Penelitian ini berlangsung selama lima bulan pada tahun 2022, dengan pengambilan sampel air permukaan di enam titik berbeda yang tersebar di sekitar Danau Mesangat. Titik-titik pengambilan sampel mencakup hilir dan hulu danau, termasuk aliran sungai yang masuk ke danau seperti Sungai Bliwit dan Sungai Senyun yang berada di kawasan perkebunan kelapa sawit.

Pengujian parameter kualitas air dilakukan di laboratorium dengan mengacu pada SNI 6989.57:2008 dan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang baku mutu air danau kelas 3. Parameter yang diuji meliputi DO, BOD, COD, pH, TSS, fosfat, nitrogen total, klorofil-a, dan koliform.

Metode STORET digunakan untuk menentukan status mutu air dengan membandingkan hasil pengukuran terhadap baku mutu dan memberikan skor negatif jika parameter melebihi batas baku mutu. Metode IP digunakan sebagai metode komplementer yang lebih cepat karena hanya membutuhkan data satu waktu (single time). DTBP dihitung untuk mengetahui kapasitas danau dalam menampung beban pencemar, khususnya BOD, berdasarkan peraturan lingkungan hidup yang berlaku.

Hasil Penelitian: Kondisi Kualitas Air Danau Mesangat

Parameter Kualitas Air dan Pelanggaran Baku Mutu

Hasil pengujian menunjukkan bahwa beberapa parameter telah melampaui baku mutu air danau kelas 3, yaitu:

  • Dissolved Oxygen (DO): Rata-rata DO di beberapa titik berada di bawah ambang batas minimum 3 mg/L, dengan nilai terendah 2,6 mg/L. Kondisi ini mengindikasikan kekurangan oksigen terlarut yang dapat mengancam kelangsungan biota air.
  • Chemical Oxygen Demand (COD): Seluruh titik pengambilan sampel memiliki kadar COD jauh melebihi baku mutu 40 mg/L, dengan rata-rata mencapai 106 mg/L. Tingginya COD menunjukkan tingginya kandungan bahan organik dan anorganik yang sulit terurai secara biologis.
  • Fosfat (PO4-P): Beberapa titik, terutama di hilir danau, menunjukkan kadar fosfat yang melampaui batas baku mutu 0,1 mg/L, dengan nilai tertinggi mencapai 0,41 mg/L. Fosfat berlebih dapat memicu eutrofikasi dan pertumbuhan alga berlebihan.

Parameter lain seperti pH (rata-rata 6,65), Total Suspended Solids (TSS) yang rendah (rata-rata 0,38 mg/L), BOD (rata-rata 0,63 mg/L), nitrogen total (rata-rata 1,29 mg/L), klorofil-a (rata-rata 0,0065 mg/L), dan koliform (rata-rata 162,63 MPN) masih berada dalam batas yang relatif aman.

Fenomena Eutrofikasi dan Dampaknya

Kombinasi rendahnya DO dan tingginya COD serta fosfat menunjukkan adanya fenomena eutrofikasi di Danau Mesangat. Eutrofikasi ini menyebabkan suplai oksigen di danau berkurang karena proses penguraian bahan organik yang tinggi dan pertumbuhan alga yang menghambat penetrasi cahaya. Selain itu, sirkulasi air yang lambat dan muka air yang dangkal memperburuk kondisi tersebut dengan mengurangi difusi oksigen dari udara ke dalam air.

Kontribusi Perkebunan Kelapa Sawit

Aktivitas perkebunan kelapa sawit di sekitar danau diduga menjadi sumber utama pencemaran, terutama melalui aliran air yang membawa residu pupuk kimia seperti nitrogen, fosfat, dan kalium ke dalam danau. Pemupukan yang rutin menggunakan pupuk kimiawi seperti NPK, urea, dan TSP meningkatkan kandungan nutrien yang memicu eutrofikasi. Selain itu, limbah pestisida dan aktivitas pengelolaan lahan yang kurang ramah lingkungan turut memperburuk kualitas air.

Penentuan Status Mutu Air

Berdasarkan metode STORET, seluruh titik pengambilan sampel menunjukkan status mutu air cemar ringan dengan skor rata-rata -3,67 (skor berkisar antara -2 hingga -6). Metode Indeks Pencemaran (IP) juga mengkonfirmasi hasil yang sama, yaitu status mutu air cenderung tercemar ringan dengan indeks rata-rata 2,23.

Daya Tampung Beban Pencemaran (DTBP)

Perhitungan DTBP untuk parameter BOD menunjukkan bahwa Danau Mesangat memiliki daya tampung sebesar 1.034,935 ton/tahun atau 21.910,98 mg/m²/tahun. Alokasi beban pencemar BOD yang diperbolehkan adalah 1.300 mg/m³. Hasil ini menunjukkan bahwa saat ini beban pencemar BOD di danau masih dalam kapasitas daya tampungnya, sehingga belum memerlukan tindakan pengurangan beban pencemar secara intensif. Namun, kondisi ini harus tetap dipantau untuk mencegah terjadinya overload di masa depan.

Studi Kasus: Dampak Perkebunan Sawit terhadap Kualitas Air Danau

Danau Mesangat dikelilingi oleh konsesi perkebunan kelapa sawit, yang sebagian besar merupakan lahan yang tidak terurus akibat genangan air yang menyebabkan kerusakan tanaman sawit. Aktivitas perkebunan ini menyebabkan aliran air yang membawa bahan kimia pupuk dan pestisida masuk ke danau, memperburuk kualitas air. Kondisi ini mirip dengan fenomena yang terjadi di beberapa danau di Indonesia, seperti Danau Sembuluh di Kalimantan Tengah, yang juga mengalami pencemaran berat akibat aktivitas perkebunan sawit dan industri (Kompas, 2018).

Opini dan Kritik

Penelitian ini memberikan gambaran komprehensif mengenai kondisi kualitas air Danau Mesangat dengan pendekatan multidimensional menggunakan metode STORET, IP, dan DTBP. Penggunaan data primer yang dikombinasikan dengan data sekunder dan analisis spasial memperkuat validitas hasil.

Namun, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:

  • Pengambilan sampel dilakukan hanya pada periode musim kemarau dengan muka air surut, sehingga belum mencerminkan kondisi kualitas air sepanjang tahun yang mungkin dipengaruhi oleh musim hujan.
  • Perhitungan DTBP hanya dilakukan untuk parameter BOD dengan menggunakan data alokasi beban pencemar dari Sungai Mahakam sebagai referensi, yang mungkin tidak sepenuhnya representatif untuk kondisi Danau Mesangat.
  • Penelitian belum memasukkan parameter biologis dan mikrobiologis secara lebih mendalam yang dapat memberikan gambaran lebih luas tentang dampak pencemaran terhadap ekosistem danau.

Pengembangan penelitian ke depan dapat melibatkan pemantauan jangka panjang, analisis parameter tambahan seperti logam berat dan mikroplastik, serta studi dampak sosial ekonomi terhadap masyarakat sekitar.

Relevansi dengan Tren Industri dan Konservasi

Kualitas air danau yang memburuk akibat aktivitas perkebunan sawit merupakan isu lingkungan yang semakin mendesak di Indonesia. Dengan meningkatnya permintaan minyak sawit, tekanan terhadap ekosistem perairan di sekitar perkebunan juga meningkat. Penelitian ini relevan untuk mendorong pengelolaan perkebunan yang lebih berkelanjutan dan konservasi kawasan lahan basah sebagai habitat penting.

Teknologi pemantauan kualitas air yang lebih canggih dan kebijakan pengelolaan limbah yang ketat perlu diterapkan untuk menjaga kelestarian danau dan ekosistemnya. Selain itu, edukasi dan keterlibatan masyarakat lokal dalam pengawasan lingkungan dapat memperkuat upaya konservasi.

Kesimpulan

  • Kualitas air Danau Mesangat secara umum tergolong tercemar ringan berdasarkan metode STORET dan Indeks Pencemaran dengan skor rata-rata masing-masing -3,67 dan 2,23.
  • Parameter yang menjadi perhatian utama adalah rendahnya kadar DO, tingginya COD, dan fosfat yang melampaui baku mutu air danau kelas 3.
  • Aktivitas perkebunan kelapa sawit di sekitar danau berkontribusi signifikan terhadap pencemaran air melalui aliran pupuk dan pestisida.
  • Daya tampung beban pencemaran BOD danau masih mencukupi yaitu sebesar 1.034,935 ton/tahun, sehingga belum memerlukan pengurangan beban pencemar secara intensif saat ini.
  • Pengelolaan lingkungan yang lebih baik dan pemantauan berkelanjutan sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian Danau Mesangat.

Sumber:
Putra, R. T. N., Setiawan, Y., Sulistioadi, Y. B. (2023). Analisis Kualitas Air Danau Mesangat, Kabupaten Kutai Timur. Jurnal Teknologi Lingkungan UNMUL, 7(2), 45-55. e-ISSN 2987-0119.