Analisis Kualitas Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Pesanggrahan di Wilayah DKI Jakarta

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

11 Juni 2025, 07.21

pixabay.com

Sungai Pesanggrahan dan Tantangan Kualitas Air Perkotaan

Sungai Pesanggrahan yang mengalir dari Kabupaten Bogor, Kota Depok, hingga wilayah Jakarta Selatan, Barat, dan Utara, memiliki peranan strategis sebagai sumber air dan ekosistem pendukung kehidupan masyarakat di sekitarnya. Namun, aktivitas manusia yang intensif di sepanjang aliran sungai, seperti permukiman padat, industri, dan lahan terbuka, berkontribusi pada peningkatan beban pencemaran air. Kondisi ini menyebabkan penurunan kualitas air yang berpotensi mengganggu fungsi ekologis dan pemanfaatan air untuk perikanan serta kebutuhan domestik.

Penelitian oleh Djoharam dkk. (2018) bertujuan menganalisis kualitas air Sungai Pesanggrahan berdasarkan parameter fisika dan kimia serta menghitung daya tampung beban pencemaran sungai. Studi ini penting untuk memberikan gambaran kondisi kualitas air terkini dan menjadi dasar pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan di wilayah metropolitan DKI Jakarta.

Sampling dan Analisis Parameter Kualitas Air

Penelitian dilakukan pada bulan April 2015 dengan pengambilan sampel di delapan titik strategis sepanjang Sungai Pesanggrahan yang mewakili berbagai kondisi penggunaan lahan dan potensi sumber pencemar. Parameter yang dianalisis meliputi 5 parameter fisika (suhu, daya hantar listrik, TDS, TSS, dan DO) dan 13 parameter kimia (pH, merkuri, mangan, nikel, total fosfat, seng, sulfat, tembaga, minyak dan lemak, senyawa aktif biru metilen, organik, BOD, dan COD).

Data hasil pengukuran dibandingkan dengan baku mutu air kelas II berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dan baku mutu Golongan C menurut Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 582 Tahun 1995. Penentuan status mutu air menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP) yang mengkategorikan kondisi mutu air dari baik hingga cemar berat.

Hasil dan Pembahasan: Penurunan Kualitas Air dari Hulu ke Hilir

Parameter Fisika dan Kimia

  • Suhu: Berkisar antara 24,4°C hingga 25,2°C, masih memenuhi baku mutu kelas II dan Golongan C, namun kurang optimal untuk budidaya ikan tropis yang idealnya 28–32°C.
  • pH: Stabil di kisaran 7,3–7,5, mengindikasikan kondisi netral yang cocok untuk kehidupan akuatik dan memenuhi standar baku mutu.
  • Total Suspended Solid (TSS): Variasi signifikan dengan nilai antara 19 mg/L hingga 116 mg/L. Titik sampling P7 (116 mg/L) dan P1 (78 mg/L) melebihi batas baku mutu kelas II (50 mg/L), menandakan tingginya kandungan partikel tersuspensi akibat erosi dan aktivitas manusia.
  • Dissolved Oxygen (DO): Menurun dari hulu ke hilir, dengan nilai tertinggi 6,43 mg/L di P1 dan terendah 1,24 mg/L di P4, yang jauh di bawah batas minimum 4 mg/L untuk kelas II. Penurunan DO ini mengindikasikan tekanan pencemaran organik yang mengurangi oksigen terlarut.
  • Biochemical Oxygen Demand (BOD): Nilai BOD bervariasi antara 2,82 mg/L hingga 11,94 mg/L, dengan nilai tertinggi di P7 yang melebihi batas baku mutu kelas II (3 mg/L). Ini menandakan tingginya bahan organik yang terdegradasi oleh mikroorganisme.
  • Chemical Oxygen Demand (COD): Berkisar antara 5,9 mg/L hingga 31,07 mg/L, dengan P7 juga menunjukkan nilai tertinggi yang melebihi batas kelas II (25 mg/L). Hal ini menegaskan adanya bahan organik yang sulit terurai secara biologis.
  • Total Fosfat: Konsentrasi fosfat berkisar 0,13–0,32 mg/L, dengan beberapa titik melebihi batas baku mutu (0,2 mg/L), yang dapat memicu eutrofikasi.
  • Logam Berat dan Senyawa Organik: Konsentrasi merkuri dan nikel berada di bawah batas deteksi, sedangkan mangan dan seng menunjukkan nilai rendah dan masih dalam batas aman.

Status Mutu Air dan Indeks Pencemaran

Berdasarkan Indeks Pencemaran (IP), sebagian besar titik sampling menunjukkan status cemar ringan dengan nilai IP antara 1,1 hingga 4,9. Titik P4 yang merupakan kawasan permukiman padat dan lahan terbuka mengalami cemar sedang dengan IP 6,1 berdasarkan baku mutu kelas II. Jika menggunakan baku mutu Golongan C, semua titik sudah tercemar ringan.

Penurunan kualitas air dari hulu ke hilir terutama disebabkan oleh peningkatan beban limbah domestik dan industri rumah tangga, serta limpasan tanah terbuka yang meningkatkan TSS. Penurunan DO dan peningkatan BOD serta COD mengindikasikan pencemaran organik yang membebani ekosistem sungai.

Studi Kasus: Beban Pencemaran dan Daya Tampung Sungai Pesanggrahan

Analisis daya tampung beban pencemaran menunjukkan bahwa Sungai Pesanggrahan telah melampaui kapasitasnya untuk menampung beban BOD dan TSS berdasarkan baku mutu kelas II. Beban pencemaran BOD tercatat sebesar 87,915 kg/hari, sedangkan daya tampung hanya 40,617 kg/hari, sehingga diperlukan pengurangan beban sebesar 47,298 kg/hari untuk mengembalikan kualitas air. Untuk TSS, beban pencemaran mencapai 1.125.032 kg/hari, jauh melebihi daya tampung 676.944 kg/hari, sehingga perlu pengurangan signifikan sebesar 448.088 kg/hari.

Namun, berdasarkan baku mutu Golongan C, sungai masih mampu menampung beban pencemaran BOD, COD, dan TSS, yang menandakan perbedaan standar pengelolaan antara regulasi nasional dan daerah.

Opini dan Relevansi dengan Tren Pengelolaan Lingkungan

Penelitian ini menggambarkan tantangan pengelolaan kualitas air di sungai perkotaan yang menghadapi tekanan aktivitas manusia yang terus meningkat. Kondisi Sungai Pesanggrahan yang tercemar ringan hingga sedang mengindikasikan perlunya intervensi pengurangan beban pencemaran, terutama dari limbah domestik dan sedimentasi.

Dibandingkan dengan penelitian lain di sungai perkotaan seperti Ciliwung dan Cisadane, pola penurunan kualitas air dari hulu ke hilir dan dominasi pencemaran organik serta padatan tersuspensi menjadi masalah umum yang memerlukan pendekatan terpadu. Pengelolaan berbasis DAS (Daerah Aliran Sungai) dengan keterlibatan masyarakat, pengembangan IPAL komunal, dan pengawasan limbah industri rumah tangga menjadi solusi yang relevan.

Tren global dalam pengelolaan sumber daya air menekankan pentingnya pengendalian pencemaran dan pemulihan kualitas air untuk mendukung ekosistem dan kesehatan masyarakat. Penelitian ini memberikan data empiris yang dapat menjadi dasar kebijakan dan program pengelolaan sungai di wilayah metropolitan Jakarta.

Kesimpulan

  • Kualitas air Sungai Pesanggrahan di wilayah DKI Jakarta mengalami penurunan dari hulu ke hilir dengan status cemar ringan hingga cemar sedang.
  • Parameter utama yang menunjukkan pencemaran adalah TSS, BOD, COD, dan penurunan DO, dengan beberapa titik melebihi baku mutu kelas II.
  • Beban pencemaran BOD dan TSS telah melampaui daya tampung sungai berdasarkan standar nasional, sehingga diperlukan pengurangan beban pencemaran.
  • Pengelolaan kualitas air Sungai Pesanggrahan harus melibatkan pengurangan limbah domestik dan industri, pengendalian erosi, serta pemantauan berkala.
  • Penelitian ini menjadi acuan penting dalam upaya konservasi dan pengelolaan sumber daya air di kawasan perkotaan yang padat penduduk.

Sumber:
Djoharama, V., Riani, E., & Yani, M. (2018). Analisis Kualitas Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Pesanggrahan di Wilayah Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 8(1), 127-133.