Latar Belakang Teoretis
Tulisan yang disajikan oleh Naufal Maulana, Rosmawita Saleh, dan Arris Maulana (2020) berakar pada permasalahan praktis yang relevan secara luas di lingkungan urban: kegagalan sistem drainase dalam menanggapi curah hujan ekstrem, yang mengakibatkan genangan berulang di Kampus B Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Kerangka teoretis yang dibangun oleh penulis secara metodis membedah masalah ini menjadi dua domain analisis fundamental: hidrologi dan hidrolika.
Pada domain hidrologi, penulis menguraikan proses standar untuk mengkuantifikasi beban air hujan yang harus ditangani oleh sistem. Ini dimulai dengan analisis frekuensi data curah hujan historis untuk menentukan curah hujan rencana dengan kala ulang tertentu (misalnya, 10 tahun). Intensitas hujan kemudian dihitung menggunakan rumus Mononobe, yang mengaitkan curah hujan harian rencana (R24) dengan waktu konsentrasi (Tc). Puncak dari analisis ini adalah penerapan Metode Rasional untuk menghitung debit puncak atau debit rencana (Qrencana), yang diformulasikan sebagai Q=0,278⋅C⋅I⋅A. Formula ini secara efektif menerjemahkan karakteristik fisik daerah tangkapan air (luas A dan koefisien limpasan C) serta data iklim (intensitas hujan I) menjadi sebuah parameter desain rekayasa yang terukur.
Selanjutnya, pada domain hidrolika, penulis memaparkan metodologi untuk mengevaluasi kapasitas infrastruktur yang ada. Kapasitas debit eksisting (Qeksisting) dihitung dengan menentukan kecepatan aliran rata-rata (V) dalam saluran menggunakan rumus Manning: V=n1R32S21 . Kecepatan ini, yang dipengaruhi oleh kekasaran material saluran (n), jari-jari hidrolis (R), dan kemiringan (S), kemudian digunakan dalam persamaan kontinuitas (Q=V⋅A) untuk menghasilkan kapasitas maksimum saluran. Dengan demikian, kerangka teoretis ini secara sistematis membangun landasan untuk perbandingan langsung antara beban hidrologis yang diantisipasi dan kapasitas hidrolis yang terukur, yang menjadi inti dari hipotesis penelitian.
Metodologi dan Kebaruan
Pendekatan penelitian yang diuraikan adalah deskripsi kuantitatif, yang alur kerjanya terstruktur secara logis dan dapat direplikasi. Proses ini mencakup serangkaian langkah rekayasa standar: (1) identifikasi masalah melalui observasi genangan; (2) pengumpulan data primer (survei dimensi saluran) dan sekunder (data curah hujan); (3) analisis hidrologi untuk menghasilkan Qrencana; (4) analisis hidrolika untuk menghasilkan Qeksisting; dan (5) evaluasi komparatif.
Kebaruan dari studi ini tidak terletak pada penemuan formula baru, melainkan pada aplikasi metodis dari prinsip-prinsip yang sudah mapan untuk tujuan diagnostik yang jelas dalam konteks infrastruktur kampus. Inti dari metodologi evaluasi ini adalah kriteria biner yang lugas: sistem dinyatakan tidak memadai jika Qeksisting<Qrencana . Kesederhanaan kriteria ini merupakan kekuatan utamanya, karena menghasilkan kesimpulan yang tegas dan mudah dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan non-teknis, seperti manajemen universitas. Dengan demikian, paper ini berfungsi sebagai panduan metodologis yang praktis untuk melakukan audit infrastruktur drainase skala kecil.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Salah satu aspek paling signifikan dari paper ini adalah diskoneksi antara judul dan ruang lingkupnya dengan data empiris yang disajikan. Meskipun secara eksplisit berfokus pada Kampus B UNJ, bagian "Hasil dan Pembahasan" tidak menyajikan analisis kuantitatif atau data spesifik untuk lokasi tersebut. Sebaliknya, penulis mengalihkan diskusi ke temuan dari studi relevan lainnya untuk mengilustrasikan penerapan metodologi mereka. Disebutkan bahwa penelitian di komplek perumahan Bea dan Cukai, yang memiliki intensitas curah hujan tinggi (mencapai 190 mm/jam), menghasilkan rekomendasi perubahan dimensi saluran . Demikian pula, studi perencanaan ulang sistem drainase di Kampus A UNJ juga menyimpulkan perlunya perubahan dimensi karena kapasitas saluran yang ada tidak mampu menampung debit rencana untuk periode 25 tahun.
Absennya data primer dari studi kasus utama secara fundamental mengubah karakter tulisan ini dari sebuah laporan penelitian empiris menjadi sebuah proposal penelitian yang dipublikasikan atau sebuah artikel metodologis. "Temuan" yang disajikan berfungsi sebagai bukti konsep (proof of concept), yang menunjukkan jenis hasil yang diharapkan akan muncul jika metodologi tersebut diterapkan sepenuhnya. Kontekstualisasi ini penting: kontribusi paper ini bukanlah pada penyelesaian masalah spesifik di Kampus B UNJ, melainkan pada penyajian dan validasi sebuah kerangka kerja diagnostik yang dapat diterapkan secara luas.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Keterbatasan paling fundamental dari karya ini adalah ketiadaan data empiris untuk studi kasus yang dijanjikan, yang menciptakan kesenjangan antara ekspektasi yang dibangun di pendahuluan dan hasil yang disajikan. Hal ini membuat kesimpulan mengenai kondisi drainase Kampus B UNJ tetap bersifat spekulatif.
Secara metodologis, pilihan untuk menggunakan Metode Rasional membawa serta asumsi-asumsi yang menyederhanakan realitas, seperti intensitas hujan yang seragam di seluruh area dan karakteristik permukaan yang homogen. Lingkungan kampus yang kompleks, dengan campuran atap, taman, dan area beraspal, mungkin memerlukan model yang lebih canggih untuk analisis yang lebih akurat. Selain itu, hasil perhitungan sangat sensitif terhadap pemilihan koefisien empiris seperti koefisien limpasan (C) dan koefisien kekasaran Manning (n). Paper ini tidak membahas ketidakpastian yang melekat dalam pemilihan nilai-nilai ini atau bagaimana analisis sensitivitas dapat dilakukan untuk menguji kekokohan kesimpulan. Perubahan kecil pada koefisien ini berpotensi mengubah hasil evaluasi dari "memadai" menjadi "tidak memadai," sebuah poin kritis yang tidak dieksplorasi.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Terlepas dari keterbatasannya, paper ini memberikan kontribusi yang berharga dengan menyajikan sebuah kerangka kerja evaluasi infrastruktur yang jelas dan dapat diakses. Di tengah meningkatnya frekuensi kejadian cuaca ekstrem, pendekatan diagnostik proaktif semacam ini menjadi semakin krusial, mendorong pergeseran dari manajemen krisis reaktif ke penilaian kerentanan preventif.
Implikasi untuk penelitian di masa depan sangat jelas. Pertama, penyelesaian studi kasus Kampus B UNJ dengan data lapangan yang konkret adalah langkah yang paling logis. Kedua, kerangka kerja ini dapat diperkaya dengan mengintegrasikan analisis ekonomi untuk membandingkan biaya berbagai opsi perbaikan (misalnya, pembesaran saluran vs. kolam retensi). Ketiga, penelitian selanjutnya harus memasukkan proyeksi perubahan iklim ke dalam analisis curah hujan, sehingga desain infrastruktur tidak hanya didasarkan pada data historis tetapi juga siap menghadapi skenario iklim masa depan. Terakhir, validasi model sederhana seperti Metode Rasional terhadap model hidrologi-hidrolika yang lebih kompleks (misalnya, SWMM) akan memberikan wawasan penting tentang tingkat akurasi dan batas penerapan metode yang lebih praktis ini dalam konteks lingkungan kampus. Sebagai refleksi akhir, karya ini berhasil memetakan masalah penting dan menyajikan pendekatan yang solid, membuka jalan bagi penelitian terapan yang lebih mendalam dan relevan dengan tantangan adaptasi infrastruktur modern.
Sumber
Maulana, N., Saleh, R., & Maulana, A. (2020). Evaluasi Kapasitas Saluran Drainase Terhadap Intensitas Curah Hujan di Kampus B Universitas Negeri Jakarta. Prosiding Seminar Pendidikan Kejuruan dan Teknik Sipil (SPKTS) 2020, 201-212.