Latar Belakang Teoretis
Tulisan karya Yospita Sari (2020) ini berangkat dari sebuah premis fundamental: pemeliharaan dan perawatan adalah kunci untuk memastikan sebuah bangunan gedung dapat berfungsi sesuai umur rencananya. Masalah utama yang diangkat adalah rendahnya kesadaran pemilik, pengguna, dan pengelola di Indonesia akan pentingnya pemeliharaan, yang berujung pada berbagai insiden seperti keruntuhan gedung dan kebakaran. Studi ini menyoroti kontras antara fenomena kegagalan bangunan yang kerap terjadi dengan studi kasus Gedung Perum BULOG, sebuah bangunan berusia lebih dari 45 tahun yang masih berdiri kokoh dan terawat dengan baik.
Kerangka teoretis penelitian ini didasarkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) No. 24/PRT/M/2008, yang membedakan antara pemeliharaan (kegiatan preventif untuk menjaga keandalan dan laik fungsi) dan perawatan (kegiatan kuratif untuk memperbaiki atau mengganti komponen yang rusak). Konsep manajemen dan biaya juga diperkenalkan sebagai elemen sentral dalam mencapai tujuan pemeliharaan. Dengan menggunakan Gedung BULOG sebagai contoh ideal, penelitian ini secara implisit berhipotesis bahwa keberhasilan pemeliharaan jangka panjang tidak terjadi secara kebetulan, melainkan merupakan hasil dari sebuah sistem manajemen yang terstruktur dan didukung oleh alokasi sumber daya yang memadai. Tujuannya adalah untuk mengkaji faktor-faktor yang berkontribusi pada terpelihara dan terawatnya sebuah bangunan gedung melalui tinjauan literatur.
Metodologi dan Kebaruan
Penelitian ini mengadopsi metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa studi kepustakaan (literature review). Data dihimpun dari berbagai sumber sekunder, termasuk jurnal ilmiah, buku, laporan penelitian, dan peraturan pemerintah yang relevan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis isi (content analysis), yang didefinisikan sebagai pembahasan mendalam terhadap informasi tertulis untuk mengidentifikasi karakteristik dan menarik kesimpulan secara sistematis.
Kebaruan dari studi ini tidak terletak pada pengembangan teori baru, melainkan pada sintesis pengetahuan yang ada untuk membangun sebuah kerangka konseptual tentang manajemen pemeliharaan. Dengan menempatkan studi kasus (meskipun hanya sebagai ilustrasi) di samping tinjauan teoretis, penelitian ini memberikan sebuah narasi yang menghubungkan prinsip-prinsip manajemen dengan hasil fisik yang nyata, sehingga menawarkan wawasan yang aplikatif bagi para praktisi pengelolaan gedung.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Sebagai sebuah studi literatur, temuan yang disajikan merupakan sintesis dari berbagai sumber yang ada mengenai elemen-elemen kunci dalam manajemen pemeliharaan:
- Manajemen Pemeliharaan: Ditemukan bahwa manajemen adalah titik sentral dalam keberhasilan pemeliharaan. Manajemen yang efektif harus mampu menjawab pertanyaan fundamental: apa yang harus dirawat, bagaimana, kapan, dengan biaya berapa, dan oleh siapa. Literatur mengidentifikasi berbagai permasalahan umum yang muncul akibat manajemen yang buruk, seperti penyalahgunaan fungsi bangunan dan perubahan struktur yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Struktur organisasi pemeliharaan (besar, sedang, atau kecil) harus disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas fasilitas yang dikelola.
- Kebijakan dan Pengambilan Keputusan: Kebijakan pemeliharaan berfungsi sebagai dasar untuk mengalokasikan sumber daya (manusia, material, dan uang). Pengambilan keputusan untuk melakukan perawatan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain usia bangunan, ketersediaan anggaran, tingkat urgensi, ketersediaan sumber daya, serta pertimbangan sosial dan lingkungan. Ketersediaan sumber daya dan biaya diidentifikasi sebagai faktor utama yang paling mempengaruhi keputusan.
- Prioritas Kegiatan: Untuk mengelola sumber daya yang terbatas secara efektif, kegiatan pemeliharaan perlu diprioritaskan. Literatur mengklasifikasikan prioritas ke dalam empat tingkatan: (a) Kondisi darurat (misalnya, pipa bocor), (b) Urgensi (misalnya, alarm kebakaran tidak berfungsi), (c) Prioritas rutin (pekerjaan harian), dan (d) Prioritas yang dapat ditunda (misalnya, pengecatan ulang).
- Kendala dalam Pelaksanaan: Kendala yang paling umum dihadapi dalam praktik pemeliharaan adalah kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang kompeten, keterbatasan anggaran, dan peralatan yang tidak memadai. Studi lain yang dirujuk menunjukkan bahwa banyak praktik pemeliharaan di lapangan tidak sesuai dengan frekuensi yang direkomendasikan oleh Permen PU, sering kali karena keterbatasan dana.
Secara interpretatif, temuan-temuan ini menegaskan bahwa pemeliharaan gedung yang berhasil bukanlah sekadar serangkaian tindakan teknis, melainkan sebuah sistem manajemen yang terintegrasi, di mana kebijakan yang jelas, prioritas yang logis, dan sumber daya yang memadai dikelola secara terstruktur.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis. Keterbatasan utama dari penelitian ini adalah sifatnya yang murni studi kepustakaan. Meskipun Gedung BULOG digunakan sebagai titik awal dan contoh keberhasilan, penelitian ini tidak menyajikan data primer apa pun dari lokasi tersebut. Kesimpulan mengenai praktik manajemen di Gedung BULOG bersifat inferensial, didasarkan pada asumsi bahwa kondisinya yang baik pasti merupakan hasil dari penerapan prinsip-prinsip yang ditemukan dalam literatur. Tanpa wawancara dengan pengelola, analisis dokumen SOP, atau observasi langsung di Gedung BULOG, studi ini tetap berada pada level konseptual.
Selain itu, karena hanya mengandalkan analisis isi dari sumber-sumber yang ada, penelitian ini tidak dapat mengeksplorasi nuansa atau faktor-faktor kontekstual yang mungkin unik untuk setiap bangunan. Asumsi bahwa sebuah kerangka manajemen tunggal dapat diterapkan secara universal tanpa modifikasi mungkin terlalu menyederhanakan kompleksitas masalah di lapangan.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Temuan konseptual dari studi ini memberikan landasan yang kuat untuk penelitian empiris di masa depan. Langkah selanjutnya yang paling logis adalah melakukan studi kasus mendalam di Gedung BULOG untuk memverifikasi secara langsung apakah prinsip-prinsip manajemen yang diidentifikasi dalam literatur memang diterapkan di sana. Penelitian semacam itu dapat menggunakan metode wawancara, analisis dokumen, dan observasi untuk membangun model "praktik terbaik" yang berbasis bukti.
Dari segi praktis, kerangka kerja yang disajikan (mencakup manajemen, kebijakan, prioritas, dan kesadaran akan kendala) dapat berfungsi sebagai daftar periksa diagnostik bagi pengelola gedung lain untuk mengevaluasi dan meningkatkan sistem pemeliharaan mereka. Sebagai refleksi akhir, penelitian ini menegaskan kembali bahwa degradasi bangunan sering kali bukan masalah teknis semata, melainkan gejala dari kegagalan sistem manajemen. Oleh karena itu, investasi dalam membangun kapabilitas manajerial sama pentingnya dengan investasi dalam perbaikan fisik itu sendiri.
Sumber
Sari, Y. (2020). Studi Manajemen Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung. Prosiding Seminar Pendidikan Kejuruan dan Teknik Sipil (SPKTS) 2020, 116-126.