Analisis Komparatif Uji Sondir Konus dan Bikonus dalam Penilaian Daya Dukung Tanah

Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko

15 September 2025, 03.51

Sumber: pexels.com

Latar Belakang Teoretis

Penelitian ini berakar pada sebuah masalah inti dalam rekayasa geoteknik: kebutuhan untuk secara akurat menghitung kapasitas daya dukung tanah, yang didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk menahan beban yang diberikan oleh pondasi. Pengetahuan yang akurat mengenai jenis dan sifat tanah menjadi prasyarat mutlak untuk desain yang aman. Salah satu metode investigasi yang paling umum digunakan adalah uji penetrasi konus atau sondir. Namun, dalam praktiknya, terdapat dua jenis ujung konus yang sering digunakan: konus tunggal (standar) dan bikonus (konus ganda). Bikonus memiliki keunggulan teoretis karena mampu memberikan informasi tambahan mengenai karakteristik tanah, khususnya gesekan lokal.

Masalah yang diangkat oleh penulis adalah kurangnya validasi statistik yang jelas mengenai apakah kedua alat ini menghasilkan data daya dukung yang sebanding. Dengan berlandaskan pada kerangka kerja statistik parametrik, penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan tersebut. Tujuan utamanya adalah untuk menganalisis dan membandingkan secara komparatif hasil pengujian sondir yang menggunakan konus dan bikonus untuk menilai apakah terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik dalam kapasitas daya dukung tanah yang terukur. Hipotesis nol (H0) yang diajukan adalah bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara rata-rata hasil dari kedua metode tersebut.

Metodologi dan Kebaruan

Penelitian ini mengadopsi metode kuantitatif dengan pendekatan komparatif. Desain penelitian melibatkan pelaksanaan uji sondir di lokasi yang sama dengan menggunakan kedua jenis alat—konus dan bikonus—untuk memastikan bahwa perbandingan dilakukan pada kondisi tanah yang identik.

Metode analisis data utama yang digunakan adalah uji-t sampel tidak berpasangan (independent sample t-test), sebuah teknik statistik yang dirancang khusus untuk membandingkan dua nilai rata-rata dari sampel yang tidak saling berpasangan. Analisis ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak statistik SPSS. Kriteria pengambilan keputusan statistik ditetapkan dengan jelas: jika nilai signifikansi (Sig.) yang dihasilkan lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol (H0) diterima, yang berarti tidak ada perbedaan signifikan. Sebaliknya, jika nilai Sig. lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak, yang mengindikasikan adanya perbedaan yang signifikan.

Kebaruan dari karya ini tidak terletak pada pengembangan teori baru, melainkan pada aplikasi metodologisnya yang rigor untuk menjawab sebuah pertanyaan praktis di bidang teknik sipil. Dengan menerapkan uji statistik formal pada data lapangan, penelitian ini berhasil melampaui perbandingan anekdotal dan menyajikan sebuah kesimpulan berbasis bukti mengenai kesetaraan fungsional dari kedua alat uji tersebut.

Temuan Utama dengan Kontekstualisasi

Analisis data statistik dari hasil pengujian lapangan menghasilkan temuan yang sangat jelas dan konklusif.

  1. Statistik Deskriptif: Data deskriptif menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh dari pengujian menggunakan konus adalah 82,67, sementara nilai rata-rata dari pengujian menggunakan bikonus adalah 83,33. Perbedaan antara kedua nilai rata-rata ini sangat kecil.

  2. Hasil Uji Hipotesis: Temuan utama dari penelitian ini adalah hasil dari uji-t independen. Nilai signifikansi (Sig. 2-tailed) yang diperoleh dari analisis SPSS adalah 0,416.

Secara kontekstual, temuan ini sangat signifikan. Karena nilai signifikansi 0,416 jauh lebih besar dari tingkat alfa yang ditetapkan (α = 0,05), maka hipotesis nol (H0) diterima. Ini secara statistik membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil pengujian sondir yang menggunakan konus dan bikonus dalam menilai kapasitas daya dukung tanah. Dengan kata lain, kedua alat tersebut menghasilkan data yang secara statistik dapat dianggap setara untuk tujuan pengukuran ini.

Keterbatasan dan Refleksi Kritis

Meskipun menyajikan analisis yang kuat, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang perlu dipertimbangkan. Pertama, sebagai sebuah studi yang kemungkinan besar dilakukan pada satu lokasi dengan kondisi tanah tertentu, generalisasi temuannya ke jenis tanah lain (misalnya, tanah lempung lunak, pasir lepas, atau tanah dengan lapisan yang sangat bervariasi) harus dilakukan dengan hati-hati.

Secara kritis, fokus penelitian ini secara eksklusif pada perbandingan nilai akhir daya dukung. Meskipun ini menjawab pertanyaan utama, ia tidak mengeksplorasi nilai tambah dari data gesekan lokal yang hanya dapat disediakan oleh bikonus. Dalam praktik rekayasa geoteknik, data tambahan ini sering kali sangat berharga untuk klasifikasi tanah dan analisis yang lebih mendalam, sebuah aspek yang berada di luar cakupan analisis statistik ini.

Implikasi Ilmiah di Masa Depan

Secara praktis, implikasi dari penelitian ini sangat jelas bagi para praktisi di lapangan. Temuan ini memberikan justifikasi berbasis bukti bahwa untuk tujuan utama menentukan kapasitas daya dukung, kedua alat tersebut dapat digunakan secara bergantian tanpa mengorbankan akurasi statistik. Hal ini dapat memberikan fleksibilitas dalam pemilihan peralatan berdasarkan ketersediaan atau pertimbangan biaya.

Untuk penelitian di masa depan, karya ini membuka beberapa jalan. Studi replikasi yang menerapkan metodologi yang sama pada berbagai jenis dan kondisi tanah yang berbeda akan sangat berharga untuk menguji kekokohan dan generalisasi dari temuan ini. Selain itu, penelitian selanjutnya dapat berfokus pada analisis kuantitatif mengenai nilai dan dampak dari data gesekan lokal yang disediakan oleh bikonus terhadap keputusan desain pondasi, sehingga memberikan gambaran yang lebih holistik mengenai keunggulan relatif dari setiap alat.

Sumber

Sucipto, Hidayati, N., & Kurniawan, D. (2024). Analisis Komparatif Pengujian Sondir Menggunakan Konus Dan Bikonus Dalam Menilai Kapasitas Daya Dukung Tanah. Jurnal Smart Teknologi, 5(3), 403-413.