Penulis: Cak HP (Heru Prabowo)
Pagi ini kamu buka HP, langsung disambut rekomendasi TikTok yang pas banget. Chatbot Shopee jawab pertanyaanmu secepat kilat. Foto kamu diubah jadi kartun lucu dalam hitungan detik.
Tanpa disadari, semua itu kerjaannya AI — si “teman digital” yang pelan-pelan sudah jadi bagian dari hidup sehari-hari.
Tapi… apa sih kata orang Indonesia sendiri soal AI?
Ternyata, dari 126 juta pengguna aktif media sosial di Indonesia (DataReportal 2025), makin banyak yang sadar bahwa hidup digital mereka setiap hari sudah dipenuhi teknologi berbasis kecerdasan buatan. Dari TikTok sampai Tokopedia, dari Gojek sampai Google Lens, AI jadi “pemeran diam” yang ikut menentukan apa yang kita tonton, beli, dengar, dan bahkan pikirkan. Cerita-cerita di bawah ini diambil dari survei resmi, komentar viral, dan curhatan warganet yang mewakili denyut digital bangsa kita hari ini.

1. “AI Bikin Konten Jadi Gampang Banget !”
> “Dulu bikin Reels tiga jam, sekarang lima belas menit pakai AI. Eh, malah viral!”
— @kreator.indonesia, TikTok (2 juta likes)
Bikin video animasi, face swap, sampai remix musik kini cukup pakai sentuhan AI.
Sejak Meta meluncurkan fitur Vibes pada September 2025, kreator Indonesia langsung berlomba-lomba mencoba. Hasilnya? Konten makin cepat, lucu, dan sering masuk FYP. Tak heran, rata-rata orang Indonesia kini menonton video pendek lebih dari 45 jam per bulan — tertinggi di Asia.
Tapi, di sisi lain, muncul keluhan.
> “Konten AI terus. Mana yang masih karya manusia?”
— @realhumanonly, X (50 ribu retweet)
AI memang memudahkan, tapi juga menimbulkan kerinduan akan sentuhan “manusia asli”.
2. “Chatbot Lebih Cepat dari Teman !”
> “Jam dua pagi tanya ke Gojek, langsung dijawab. AI lebih tanggap dari pacar!”
— @ojol_life, Instagram Story
Delapan dari sepuluh orang Indonesia sekarang senang menggunakan AI untuk urusan kerja atau hidup harian — mulai dari nulis email, nyusun jadwal, sampai cari resep makan malam.
AI jadi semacam asisten pribadi gratis yang tidak pernah lelah.
Namun, tidak semua merasa nyaman.
> “Jawaban AI dingin banget. Aku kangen ngobrol sama CS yang bisa bercanda.”
— @customer_love, X
AI memang cepat, tapi belum tentu hangat.

3. “AI Bantu PR, Tapi Guru Marah !”
> “Tugas esai seribu kata? Dua menit kelar pakai AI. Nilai A pula!”
— @siswa_genz, (grup WA anonim)
Dunia pendidikan juga kena imbas. Banyak siswa dan mahasiswa mulai mengandalkan AI untuk tugas, sementara guru dan dosen masih beradaptasi.
Dalam sebuah kuliah di Unpam (Oktober 2025), Anies Baswedan mengingatkan:
> “AI boleh bantu, tapi kalau cuma disalin mentah, anak-anak kehilangan kemampuan berpikir kritis.”
Data pun menunjukkan hal yang sama: 9 dari 10 pekerja kantoran di Indonesia mengaku memakai AI untuk menulis laporan.
Di media sosial, banyak yang mengusulkan agar sekolah dan kampus mengajarkan literasi AI, bukan sekadar melarang penggunaannya.
> “Ajarin cara pakai AI dengan bijak, bukan suruh jangan pakai.”
— @guru_masa_depan, X

4. “AI Bisa Selamatkan Nyawa... atau Bikin Pengangguran ?”
> “Mama didiagnosis kanker lebih cepat gara-gara AI baca rontgen. Dokter bilang: ini penyelamat.”
— @hope_story, Instagram Reels (1 juta views)
Di rumah sakit, AI sudah membantu dokter membaca hasil rontgen atau memprediksi risiko penyakit. Di sisi lain, banyak pekerja mulai waswas.
Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menegaskan bahwa AI justru bisa membuka 97 juta lapangan kerja baru dalam beberapa tahun ke depan. Tapi survei Populix menunjukkan enam dari sepuluh orang tetap khawatir akan kehilangan pekerjaan karena otomatisasi.
> “Kalau AI bisa nulis laporan, terus kerjaanku apa?”
— @karyawan_kantor, LinkedIn Poll
AI hadir sebagai peluang sekaligus tantangan baru dalam dunia kerja.

5. “Brand Dengerin Aku Lewat AI !”
> “Kemarin aku komen di IG, ‘menunya kurang pedes’. Minggu depannya langsung keluar menu baru yang super pedes. AI bener-bener dengerin!”
— @foodie.jkt, X
Fenomena ini disebut
Social Listening — AI yang membaca jutaan komentar di media sosial untuk memahami selera publik.
Berkat itu, iklan jadi lebih relevan, kampanye lebih lucu, dan produk terasa lebih “nyambung” dengan konsumen.
Kadang terasa ajaib, kadang agak menakutkan. Tapi satu hal pasti: AI sedang mengubah cara merek berkomunikasi dengan manusia.

*Apa Kata Netizen Indonesia Tentang AI?*
Kalau dirangkum, suara warganet terbagi dua.
Sebagian bilang AI bikin hidup lebih mudah, murah, dan kreatif.
Sebagian lain takut manusia kehilangan skill dasar dan privasi makin rapuh.
Mayoritas (85%) merasa optimis pada masa depan AI di Indonesia, tapi hanya 27% yang benar-benar memakainya secara rutin.
Alasannya sederhana: banyak yang masih bingung mulai dari mana.

Jadi, AI Itu Musuh atau Teman?
Seorang pengguna X menulis dengan jujur:
> “AI itu kayak pisau. Bisa buat masak, bisa juga buat nyakitin. Tergantung siapa yang pegang.”
— @bijak.ai (viral di X)
AI sudah jadi bagian dari keseharian kita — entah disadari atau tidak.
Sekarang tinggal kita yang menentukan: mau jadi pengguna yang cerdas, atau sekadar penonton di era digital ini?
Kamu sendiri gimana?
AI bantu apa di hidupmu hari ini?

Glosarium Mini
AI (Artificial Intelligence) — Kecerdasan buatan; komputer yang bisa “berpikir” seperti manusia.
Chatbot — Robot chat otomatis yang menjawab pertanyaanmu.
Face Swap — Teknologi ganti wajah di foto/video pakai AI.
Social Listening — Proses ketika brand “mendengar” opini publik lewat AI.
AI Literacy — Kemampuan memahami dan memakai AI secara bijak.
GenAI — Generative AI; AI yang bisa mencipta tulisan, gambar, atau musik dari nol.

Pustaka & Rekomendasi Bacaan
DataReportal 2025: Indonesia – Statistik medsos dan perilaku digital
APJII Internet Survey 2025 – Laporan pengguna internet dan AI
Kumparan–Populix AI Report (2025) – Opini publik tentang AI
Podcast “Ngopi Pagi: AI untuk Orang Awam” (Spotify) – Obrolan ringan tentang AI
Video “AI Bikin Konten Viral” – @tech.gampang (TikTok)
Coba langsung: Meta Vibes di Instagram, atau tanya ChatGPT/Grok buat bikin caption IG!
Sumber
DataReportal, APJII, KIC, Kumparan–Populix, We Are Social, X, Instagram, TikTok — diperbarui hingga Oktober 2025.