Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada sebuah masalah fundamental yang menghambat produktivitas industri konstruksi: inefisiensi kronis dalam proses logistik. Kegagalan dalam mengelola aliran material—yang termanifestasi dalam bentuk keterlambatan, pemborosan, dan pembengkakan biaya—telah mendorong perusahaan kontraktor utama untuk mengadopsi teknologi digital sebagai solusi. Meskipun potensi teknologi digital untuk meningkatkan komunikasi, otomatisasi, dan analisis data telah diakui secara luas, proses adopsinya di lingkungan konstruksi yang terfragmentasi dan berbasis proyek sering kali bersifat sporadis dan tidak terstruktur.
Kerangka teoretis yang dibangun oleh Gholami menyoroti adanya kesenjangan pengetahuan (knowledge gap) yang signifikan: riset yang ada cenderung berfokus pada adopsi dari perspektif perusahaan (firm-level), sementara dinamika di level proyek (project-level)—di mana teknologi sebenarnya diuji dan digunakan—kurang mendapat perhatian. Hal ini menjadi krusial karena sifat proses adopsi yang tidak pasti dan berkesinambungan sering kali berbenturan dengan sifat proyek konstruksi yang berjangka waktu terbatas.
Dengan berlandaskan pada teori adopsi teknologi (investigasi, keputusan, implementasi) dan manajemen rantai pasokan, penelitian ini merumuskan tiga pertanyaan penelitian esensial:
(1) Apa saja pendorong dan penghalang adopsi teknologi digital di level proyek?
(2) Apa saja efeknya terhadap proses logistik? dan
(3) Apa saja pelajaran yang dapat dipetik dari proses adopsi tersebut?
Metodologi dan Kebaruan
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, penulis mengadopsi metodologi studi kasus kualitatif yang mendalam, yang dilaksanakan sebagai bagian dari proyek riset yang lebih besar bertajuk "The Connected Construction Site". Penelitian ini secara spesifik menginvestigasi serangkaian uji coba percontohan (pilot tests) dari berbagai teknologi digital dalam proyek-proyek konstruksi yang sedang berjalan di Swedia. Pendekatan ini memungkinkan pengumpulan data empiris yang kaya dari konteks dunia nyata. Pengumpulan data dilakukan melalui triangulasi metode, termasuk wawancara terstruktur dengan para pemangku kepentingan, kelompok diskusi terfokus (focus groups), dan observasi langsung yang disertai pengukuran kuantitatif (misalnya, jumlah panggilan telepon, waktu tunggu truk, dan jumlah langkah manajer stok per hari). Data kualitatif dari wawancara kemudian dianalisis secara sistematis menggunakan analisis tematik dengan bantuan perangkat lunak NVivo. Untuk menjaga validitas, temuan-temuan dikirimkan kembali kepada para partisipan untuk divalidasi.
Kebaruan dari karya ini terletak pada fokusnya yang tajam pada perspektif level proyek, sebuah sudut pandang yang secara eksplisit diidentifikasi sebagai celah dalam literatur yang ada. Dengan membumikan analisisnya pada uji coba percontohan yang nyata, penelitian ini berhasil melampaui diskusi teoretis dan menyajikan wawasan yang praktis dan dapat ditindaklanjuti mengenai dinamika adopsi teknologi dalam organisasi temporer seperti proyek konstruksi.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis data yang komprehensif menghasilkan serangkaian temuan yang secara langsung menjawab ketiga pertanyaan penelitian.
-
Pendorong dan Penghalang (RQ1): Ditemukan bahwa adopsi teknologi di level proyek didorong oleh kebutuhan operasional yang konkret, yang dikelompokkan ke dalam empat kategori utama: fungsi kontrol (kebutuhan akses informasi kuantitas material), visibilitas (mengetahui lokasi material yang akurat), konektivitas (menghubungkan rencana pengiriman, produksi, dan tata letak), serta koordinasi. Di sisi lain, implementasi terhambat oleh serangkaian tantangan yang signifikan, termasuk kualitas teknis yang rendah dan kompleksitas teknologi, sifat temporer dari proyek dan rantai pasokannya, otoritas manajer proyek yang dapat menghambat perubahan, serta lambatnya penerimaan di antara mitra kerja yang lebih tradisional.
-
Efek terhadap Proses Logistik (RQ2): Implementasi teknologi digital terbukti menghasilkan dampak positif yang terukur. Efek-efek ini mencakup perancangan ulang proses order-to-delivery dan logistik di lokasi, peningkatan efisiensi, koordinasi, lingkungan kerja, dan keselamatan, serta penurunan pemborosan waktu dan material. Salah satu temuan konseptual yang paling menarik adalah bagaimana inovasi digital (seperti kontainer pengiriman pintar) memungkinkan terjadinya decoupling—di mana lokasi konstruksi secara fisik dipisahkan dari rantai pasokan, namun secara digital tetap terintegrasi melalui sistem informasi. Hal ini memberikan fleksibilitas operasional sambil meminimalkan gangguan.
-
Pelajaran yang Dipetik (RQ3): Penelitian ini mengidentifikasi sebelas pelajaran penting yang dikategorikan ke dalam tiga kelompok: konteks, prasyarat, dan kendala. Temuan kunci di sini adalah bahwa proses adopsi di lapangan bersifat iteratif, di mana pelajaran yang didapat dari uji coba percontohan secara langsung membentuk keputusan implementasi akhir. Namun, ditemukan pula sebuah masalah sistemik yang persisten:
kurangnya konsistensi dalam menerapkan teknologi yang sudah terbukti berhasil dari satu proyek ke proyek berikutnya. Adopsi sering kali bersifat ad hoc, didorong oleh inisiatif manajer proyek individual untuk memecahkan masalah lokal, dan ada kegagalan dalam mentransfer pengetahuan dan pelajaran yang didapat dari level proyek ke level perusahaan untuk adopsi skala besar.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Penulis secara transparan mengakui keterbatasan penelitiannya. Sifat studi kasus membatasi generalisasi temuan ke konteks yang lebih luas, dan diperlukan lebih banyak studi pembandingan (benchmarking) di proyek-proyek lain. Selain itu, terdapat potensi bias seleksi, karena semua partisipan berasal dari Swedia dan merupakan sukarelawan yang menunjukkan ambisi dan proaktivitas yang tinggi dalam menguji teknologi baru, yang mungkin tidak merepresentasikan industri konstruksi secara keseluruhan yang cenderung lebih resisten terhadap perubahan.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Terlepas dari keterbatasannya, tesis ini memberikan kontribusi signifikan dengan mengisi kesenjangan pengetahuan mengenai adopsi teknologi dari perspektif level proyek. Secara praktis, penelitian ini menghasilkan empat rekomendasi konkret yang ditujukan bagi perusahaan kontraktor utama untuk mengatasi masalah adopsi yang bersifat ad hoc dan tidak konsisten.
Untuk penelitian di masa depan, penulis secara eksplisit menyarankan perlunya analisis dan validasi lebih lanjut terhadap keempat rekomendasi yang telah dirumuskan. Dengan menyediakan wawasan berbasis empiris mengenai dinamika di lapangan, karya ini meletakkan fondasi yang kuat bagi studi-studi selanjutnya yang bertujuan untuk mengembangkan strategi yang lebih efektif dalam mendorong transformasi digital yang sistematis dan berskala besar di industri konstruksi.
Sumber
Gholami, Y. (2023). Investigating Adoption of Digital Technologies in Construction Projects. Linköping Studies in Science and Technology, Thesis No. 1954. Linköping University. https://doi.org/10.3384/9789180750257