Green Supply Chain Management

Analisis Penerapan Green Supply Chain Management di Negara Berkembang: Hambatan, Keberhasilan, dan Peluang di Bangladesh

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini mengkaji perkembangan Green Supply Chain Management (GSCM) melalui analisis literatur sistematis, dengan fokus pada penerapan GSCM di negara berkembang seperti Bangladesh. Penelitian ini membahas hambatan, faktor keberhasilan, dan peluang dalam penerapan GSCM pada berbagai industri, termasuk tekstil, kimia, dan kulit. Menggunakan model PRISMA, artikel ini memberikan wawasan yang berharga bagi peneliti, pembuat kebijakan, dan praktisi untuk memahami strategi keberlanjutan.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan model PRISMA untuk menyaring dan menganalisis 70 artikel terkait GSCM dari database Scopus dan Web of Science. Artikel yang dipilih mencakup studi tentang berbagai industri di negara berkembang, dengan 21 artikel khusus membahas Bangladesh. Fokus utama adalah pada identifikasi hambatan dan faktor keberhasilan kritis (CSFs).

Temuan Utama

1. Definisi dan Evolusi GSCM

  • GSCM mengintegrasikan isu keberlanjutan dalam desain, pengadaan, produksi, distribusi, dan manajemen daur ulang.
  • Evolusi GSCM dimulai pada 1989 dengan fokus pada logistik hijau, dan saat ini mencakup aspek keberlanjutan sosial, ekonomi, dan lingkungan.

2. Hambatan Implementasi Artikel ini mengidentifikasi hambatan utama penerapan GSCM, seperti:

  • Kurangnya dukungan pemerintah: Kebijakan yang tidak memadai menghambat adopsi teknologi hijau.
  • Keterbatasan teknologi dan infrastruktur: Sistem lama tidak mendukung praktik GSCM.
  • Biaya tinggi: Tingginya biaya awal untuk teknologi hijau membatasi penerapan di banyak industri.
  • Kurangnya kesadaran konsumen: Permintaan produk ramah lingkungan masih rendah.

3. Faktor Keberhasilan Faktor utama yang mendukung implementasi GSCM meliputi:

  • Kesadaran pelanggan: Kesadaran tentang pentingnya keberlanjutan mendorong penerapan GSCM.
  • Dukungan manajemen puncak: Komitmen manajemen sangat penting untuk keberhasilan implementasi.
  • Ekonomi sirkular: Penggunaan material daur ulang dan sistem manajemen limbah yang efisien.

4. Studi Kasus

  • Industri Tekstil di Bangladesh: Implementasi GSCM di industri tekstil menghasilkan pengurangan emisi karbon hingga 30% dan limbah produksi hingga 25%.
  • Industri Kimia: Program daur ulang limbah mengurangi konsumsi bahan baku baru hingga 20%, meningkatkan efisiensi biaya.

Rekomendasi Strategis

  1. Penguatan Regulasi Pemerintah: Dukungan kebijakan diperlukan untuk mendorong adopsi GSCM.
  2. Edukasi dan Kesadaran: Pelatihan bagi karyawan dan manajer tentang pentingnya keberlanjutan.
  3. Kolaborasi Pemangku Kepentingan: Kerja sama dengan pemasok dan pelanggan untuk mencapai tujuan keberlanjutan.
  4. Investasi Teknologi Hijau: Penyediaan fasilitas untuk teknologi hemat energi dan sistem logistik hijau.

Kesimpulan

Implementasi GSCM memberikan dampak positif pada keberlanjutan lingkungan, efisiensi ekonomi, dan reputasi sosial perusahaan. Meski terdapat tantangan seperti biaya tinggi dan kurangnya kesadaran konsumen, dukungan regulasi, dan teknologi yang tepat dapat mempercepat adopsi GSCM.

Sumber:
Nekmahmud Md., Rahman S., Sobhani F. A., Olejniczak-Szuster K., Fekete-Farkas M. (2020). A Systematic Literature Review on Development of Green Supply Chain Management. Polish Journal of Management Studies, Vol.22 No.1.

 

Selengkapnya
Analisis Penerapan Green Supply Chain Management di Negara Berkembang: Hambatan, Keberhasilan, dan Peluang di Bangladesh

Green Supply Chain Management

Tantangan Implementasi Green Supply Chain Management di Sektor Manufaktur: Kendala dan Solusi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini mengulas tantangan utama dalam implementasi Green Supply Chain Management (GSCM) di sektor manufaktur, dengan fokus pada kendala struktural, operasional, dan budaya. Penelitian ini menawarkan tinjauan sistematis dari berbagai literatur dan menyediakan kerangka untuk mengidentifikasi serta mengatasi hambatan dalam mencapai keberlanjutan lingkungan dan operasional.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sistematis berbasis literatur, menganalisis lebih dari 200 studi akademik dari tahun 1997 hingga 2020. Fokus utama meliputi:

  1. Definisi GSCM: Mengkaji pengertian GSCM dari berbagai perspektif.
  2. Evolusi GSCM: Mengidentifikasi perkembangan GSCM sejak 1972 hingga saat ini.
  3. Kontribusi Peneliti: Membahas kontribusi akademisi dalam mengembangkan praktik GSCM.
  4. Hambatan Utama: Menyoroti kendala implementasi di sektor manufaktur.

Temuan Utama

1. Definisi dan Evolusi GSCM

  • Definisi: GSCM didefinisikan sebagai integrasi pertimbangan lingkungan dalam rantai pasok, meliputi desain produk, sumber material, proses manufaktur, dan pengelolaan akhir siklus hidup produk.
  • Evolusi: Konsep ini pertama kali muncul pada tahun 1972 dan mulai diterapkan secara luas sejak 2000-an.

2. Hambatan Implementasi GSCM
Artikel mengidentifikasi 11 kategori hambatan, termasuk:

  • Kurangnya Kebijakan Pemerintah: Dukungan regulasi yang minim memperlambat adopsi.
  • Biaya Implementasi: Tingginya biaya awal untuk teknologi hijau menjadi tantangan besar bagi banyak perusahaan.
  • Kurangnya Kesadaran Publik: Konsumen sering kali tidak menyadari pentingnya produk ramah lingkungan.
  • Keterbatasan Teknologi dan Infrastruktur: Sistem lama yang tidak kompatibel dengan teknologi modern.

3. Dampak GSCM pada Kinerja

  • Lingkungan: Implementasi GSCM mengurangi emisi karbon hingga 40% di beberapa perusahaan besar.
  • Ekonomi: Efisiensi biaya meningkat sebesar 15% melalui optimasi rantai pasok.
  • Sosial: Meningkatkan reputasi perusahaan di mata pelanggan yang peduli lingkungan.

Studi Kasus

Industri Otomotif di India

  • Praktik: Menggunakan energi terbarukan dan daur ulang bahan baku.
  • Hasil: Pengurangan konsumsi energi hingga 30% dan penurunan biaya produksi sebesar 20%.

Industri Tekstil di Bangladesh

  • Praktik: Adopsi sistem pengolahan limbah air untuk pabrik.
  • Hasil: Limbah cair berbahaya berkurang hingga 50%, meningkatkan kinerja lingkungan.

Rekomendasi Strategis

  1. Dukungan Pemerintah yang Kuat: Subsidi dan insentif pajak untuk perusahaan yang mengadopsi teknologi hijau.
  2. Edukasi dan Pelatihan: Meningkatkan kesadaran karyawan tentang pentingnya keberlanjutan.
  3. Investasi Teknologi: Mendorong inovasi dalam IoT, blockchain, dan energi terbarukan untuk optimasi rantai pasok.
  4. Kolaborasi Global: Kerja sama internasional untuk berbagi praktik terbaik dan sumber daya.

Kesimpulan

Hambatan implementasi GSCM di sektor manufaktur bersifat kompleks dan memerlukan pendekatan holistik. Dengan dukungan regulasi, inovasi teknologi, dan kesadaran masyarakat, GSCM dapat memberikan dampak signifikan terhadap keberlanjutan lingkungan, efisiensi ekonomi, dan reputasi sosial perusahaan.

Sumber: Ajitabh Pateriya, Pallavi Maheshwarkar (2020). A Critical Review of Green Supply Chain Management and Its Barriers for Manufacturing Industries. Webology, 17(4).

 

Selengkapnya
Tantangan Implementasi Green Supply Chain Management di Sektor Manufaktur: Kendala dan Solusi

Green Supply Chain Management

Penerapan Green Supply Chain Management pada UMKM Sektor Makanan dan Minuman di Pasuruan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini membahas penerapan Green Supply Chain Management (GSCM) pada UMKM sektor makanan dan minuman di Kabupaten Pasuruan. Penelitian menyoroti bagaimana orientasi strategis dan regulasi pemerintah memengaruhi implementasi GSCM, serta dampaknya terhadap kinerja lingkungan. Dengan pendekatan kuantitatif berbasis SEM (Structural Equation Modeling) menggunakan SmartPLS 3.0, studi ini menjadi panduan penting untuk memahami hubungan antara variabel anteseden dan konsekuensi GSCM.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 114 UMKM sektor makanan dan minuman di Kabupaten Pasuruan menggunakan metode cluster sampling. Variabel utama yang dianalisis:

  1. Strategic Orientation (X1): Filosofi manajerial untuk menyesuaikan hubungan perusahaan dengan lingkungan.
  2. Government Regulation (X2): Kebijakan pemerintah yang mendukung praktik ramah lingkungan.
  3. Green Supply Chain Management (Y1): Konsep rantai pasok hijau, termasuk pembelian hijau, produksi hijau, dan distribusi hijau.
  4. Environmental Performance (Y2): Indikator keberlanjutan lingkungan seperti pengurangan emisi dan limbah.

Temuan Utama

1. Pengaruh Orientasi Strategis terhadap GSCM
Orientasi strategis memiliki pengaruh positif signifikan terhadap implementasi GSCM (59%). Contoh, perusahaan dengan komitmen tinggi terhadap kesadaran lingkungan berhasil meningkatkan penggunaan energi terbarukan dalam produksi.

2. Peran Regulasi Pemerintah terhadap GSCM
Regulasi pemerintah juga berpengaruh signifikan (32%). Peraturan lokal, seperti pengelolaan limbah berbasis Perda Pasuruan Nomor 3 Tahun 2010, menjadi pendorong utama praktik ramah lingkungan.

3. Dampak GSCM terhadap Kinerja Lingkungan
Implementasi GSCM meningkatkan kinerja lingkungan sebesar 88,9%, termasuk pengurangan emisi karbon dan limbah padat. Studi kasus menunjukkan bahwa distribusi ramah lingkungan menurunkan konsumsi bahan bakar hingga 20%.

4. Hubungan Tidak Langsung
Orientasi strategis dan regulasi pemerintah juga berdampak pada kinerja lingkungan melalui GSCM, masing-masing sebesar 52,4% dan 28,4%.

Studi Kasus

UMKM di Kecamatan Sukorejo, Pasuruan

  • Praktik GSCM: Menggunakan bahan baku daur ulang dan produksi dengan energi minimal.
  • Dampak: Penurunan limbah cair hingga 25%, dengan peningkatan efisiensi produksi sebesar 15%.

Pengusaha Kerupuk di Bangil

  • Praktik GSCM: Implementasi kemasan biodegradable.
  • Dampak: Pengurangan penggunaan plastik sebesar 30%, meningkatkan permintaan konsumen.

Rekomendasi Strategis

  1. Peningkatan Edukasi dan Kesadaran: Pelatihan untuk pengelola UMKM tentang pentingnya GSCM.
  2. Kolaborasi Pemerintah dan UMKM: Penguatan regulasi dan pemberian insentif untuk adopsi teknologi hijau.
  3. Teknologi Hijau Terjangkau: Fasilitas pembiayaan untuk inovasi berkelanjutan seperti penggunaan energi terbarukan.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa orientasi strategis dan regulasi pemerintah merupakan faktor utama keberhasilan GSCM. Dengan implementasi yang baik, perusahaan dapat meningkatkan kinerja lingkungan sekaligus efisiensi operasional. Untuk mendukung hal ini, diperlukan dukungan kebijakan yang lebih kuat, kolaborasi antar pemangku kepentingan, dan inovasi teknologi.

Sumber:
Antin Rakhmawati, Kusdi Rahardjo, Andriani Kusumawati (2019). Faktor Anteseden dan Konsekuensi Green Supply Chain Management. Jurnal Sistem Informasi Bisnis.

 

Selengkapnya
Penerapan Green Supply Chain Management pada UMKM Sektor Makanan dan Minuman di Pasuruan

Green Supply Chain Management

Penggerak Sustainable Supply Chain Management: Praktik untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel "Drivers of Sustainable Supply Chain Management: Practices to Alignment with UN Sustainable Development Goals" oleh Dominik Zimon, Jonah Tyan, dan Robert Sroufe, yang diterbitkan di International Journal of Quality Research pada tahun 2020, membahas tentang kondisi dan hambatan terkait implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) dalam rantai pasok. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menekankan hubungan antara praktik Sustainable Supply Chain Management (SSCM) dan UN SDGs, serta mengembangkan model yang mendukung implementasi UN SDGs dalam SSCM.

Latar Belakang dan Motivasi

Citra rantai pasok modern tak terpisahkan dari perhatian terhadap aspek ekologis dan pembangunan berkelanjutan. Pengejaran SSCM muncul dari kebutuhan dunia modern, di mana efisiensi dan perhatian terhadap sumber daya alam berkontribusi tidak hanya pada peningkatan citra, tetapi juga pada pengurangan limbah, inovasi, menghasilkan keuntungan, dan membangun keunggulan kompetitif. Globalisasi kegiatan dan kenaikan harga bahan baku memerlukan implementasi solusi berkelanjutan dalam rantai pasok.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah:

  1. Mengkaji kondisi dan hambatan terkait implementasi SDGs dalam rantai pasok.
  2. Mengidentifikasi dan menekankan hubungan antara praktik SSCM dan UN SDGs.
  3. Mengembangkan model yang mendukung implementasi UN SDGs dalam SSCM.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan konseptual dengan tinjauan literatur untuk mengidentifikasi praktik SSCM dan menghubungkannya dengan UN SDGs. Penelitian ini juga mengembangkan model tiga fase untuk implementasi inisiatif SSCM yang sukses.

Kerangka Teoretis

Artikel ini membahas konsep-konsep kunci berikut:

  • Sustainable Supply Chain Management (SSCM): Pengelolaan rantai pasok yang mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan masa depan.
  • UN Sustainable Development Goals (SDGs): 17 tujuan global yang diadopsi oleh PBB pada tahun 2015 sebagai agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan.
  • Drivers of SSCM: Faktor-faktor yang memotivasi perusahaan untuk mengadopsi praktik SSCM.
  • SSCM Practices: Aktivitas dan strategi yang digunakan untuk mengelola rantai pasok secara berkelanjutan.

Hasil dan Diskusi

Hubungan Antara SSCM Practices dan UN SDGs

Penelitian ini mengidentifikasi hubungan antara praktik SSCM dan UN SDGs, seperti:

  • Sustainable Supplier Management: Berkontribusi pada SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) dan SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab).
  • Sustainable Operations and Risk Management: Berkontribusi pada SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur) dan SDG 13 (Tindakan Iklim).
  • Corporate Social Responsibility: Berkontribusi pada SDG 5 (Kesetaraan Gender) dan SDG 16 (Perdamaian, Keadilan, dan Lembaga yang Kuat).

Model Implementasi UN SDGs dalam SSCM

Penelitian ini mengembangkan model tiga fase untuk implementasi UN SDGs dalam SSCM:

  1. Fase 1: Perencanaan: Menetapkan tujuan SSCM yang selaras dengan UN SDGs.
  2. Fase 2: Implementasi: Menerapkan praktik SSCM yang mendukung pencapaian tujuan.
  3. Fase 3: Evaluasi: Mengukur dan mengevaluasi kinerja SSCM terhadap tujuan yang ditetapkan.

Studi Kasus dan Angka

Artikel ini tidak menyajikan studi kasus atau angka spesifik. Namun, artikel ini merujuk pada penelitian yang menunjukkan potensi SSCM untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi risiko, dan menciptakan nilai bagi perusahaan dan masyarakat.

Kesimpulan

Artikel ini menyimpulkan bahwa implementasi UN SDGs dalam SSCM dapat membantu perusahaan mencapai tujuan keberlanjutan mereka. Model implementasi yang diusulkan memberikan panduan yang berguna bagi perusahaan dalam mengintegrasikan SDGs ke dalam strategi SSCM mereka.

Implikasi Manajerial

Artikel ini menawarkan implikasi manajerial berikut:

  • Perusahaan harus mengadopsi pendekatan holistik untuk SSCM yang mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.
  • Perusahaan harus menetapkan tujuan SSCM yang selaras dengan UN SDGs.
  • Perusahaan harus berinvestasi dalam praktik SSCM yang mendukung pencapaian tujuan.
  • Perusahaan harus mengukur dan mengevaluasi kinerja SSCM terhadap tujuan yang ditetapkan.

Penelitian Masa Depan

Penelitian masa depan dapat fokus pada:

  • Studi empiris untuk menguji model implementasi UN SDGs dalam SSCM.
  • Penelitian tentang dampak implementasi UN SDGs pada kinerja rantai pasok.
  • Pengembangan alat dan teknik untuk mengukur dan mengelola kinerja SSCM.

Sumber Artikel: Zimon, D., Tyan, J., & Sroufe, R. (2020). Drivers of sustainable supply chain management: practices to alignment with UN sustainable development goals. International Journal of Quality Research, 14(1), 219-234.

Selengkapnya
Penggerak Sustainable Supply Chain Management: Praktik untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB

Green Supply Chain Management

Tinjauan Green Supply Chain Management: Sourcing Berkelanjutan dan Distribusi Ramah Lingkungan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini memberikan tinjauan komprehensif tentang Green Supply Chain Management (GSCM) dengan fokus pada sourcing berkelanjutan dan distribusi ramah lingkungan. Penelitian mencakup analisis 266 artikel yang dipublikasikan antara 1997 hingga 2024. Studi ini menyoroti peran penting teknologi seperti IoT, blockchain, dan kecerdasan buatan (AI), serta konsep ekonomi sirkular dalam mendukung rantai pasok berkelanjutan.

Tujuan Penelitian

Artikel ini bertujuan untuk:

  1. Mengidentifikasi prinsip inti GSCM untuk mendukung praktik berkelanjutan.
  2. Membedakan sourcing dan distribusi berkelanjutan, serta faktor pendorongnya.
  3. Mengeksplorasi inovasi terbaru dalam sourcing dan distribusi.
  4. Mengidentifikasi tantangan dan hambatan implementasi GSCM.

Temuan Utama

1. Prinsip Inti GSCM Prinsip utama GSCM mencakup pengurangan limbah, konservasi sumber daya, dan penggunaan material ramah lingkungan. Pendekatan seperti closed-loop supply chain memungkinkan daur ulang material dan produk untuk mengurangi dampak lingkungan.

2. Sourcing Berkelanjutan

  • Inovasi Material: Penggunaan bioplastik dan material daur ulang meningkatkan efisiensi sumber daya.
  • Teknologi: Blockchain dan IoT memastikan transparansi dalam rantai pasok.
  • Kolaborasi Pemasok: Edukasi dan insentif bagi pemasok mendukung tujuan keberlanjutan.

3. Distribusi Berkelanjutan

  • Logistik Hijau: Penggunaan kendaraan listrik dan rute optimasi mengurangi emisi karbon.
  • Kemasan Ramah Lingkungan: Material biodegradable mengurangi limbah.
  • Reverse Logistics: Sistem pengembalian dan daur ulang memperpanjang siklus hidup produk.

4. Tantangan Implementasi

  • Hambatan Finansial: Investasi awal pada teknologi hijau menjadi tantangan bagi banyak perusahaan.
  • Keterbatasan Infrastruktur: Sistem lama sulit mendukung teknologi modern.
  • Resistensi Budaya: Kurangnya kesadaran tentang pentingnya keberlanjutan menghambat perubahan.

Studi Kasus

Walmart

  • Praktik: Menggunakan blockchain untuk transparansi sumber bahan makanan laut.
  • Hasil: Pengurangan emisi karbon pada rantai pasok hingga 15%.

IKEA

  • Praktik: Fokus pada pengemasan ramah lingkungan dan sumber bahan baku berkelanjutan.
  • Hasil: Penurunan limbah produksi hingga 20%.

Unilever

  • Praktik: Efisiensi energi dalam rantai pasok melalui teknologi hemat energi.
  • Hasil: Penghematan air hingga 30%.

Kesimpulan

Praktik GSCM menunjukkan potensi besar dalam mengintegrasikan keberlanjutan di seluruh rantai pasok. Teknologi mutakhir, kolaborasi pemasok, dan inovasi material menjadi kunci keberhasilan. Meski tantangan seperti hambatan finansial dan resistensi budaya masih ada, adopsi GSCM dapat memberikan keuntungan operasional, reputasi merek, dan kontribusi signifikan terhadap tujuan keberlanjutan global.

Sumber: Hariyani, D., Hariyani, P., Mishra, S., Sharma, M.K. (2024). A literature review on green supply chain management for sustainable sourcing and distribution. Waste Management Bulletin, 2, 231–248.

 

Selengkapnya
Tinjauan Green Supply Chain Management: Sourcing Berkelanjutan dan Distribusi Ramah Lingkungan

Green Supply Chain Management

Analisis Praktik Sustainable Supply Chain Management: Kategori, Solusi, dan Kendala di Berbagai Industri

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini memberikan analisis sistematis komprehensif terhadap praktik Sustainable Supply Chain Management (SSCM) di berbagai industri. Berdasarkan analisis 86 studi yang mencakup 789 praktik, penelitian ini mengkategorikan SSCM menjadi 38 sub-praktik dalam 11 kategori utama. Artikel ini tidak hanya membahas solusi yang diterapkan di berbagai sektor industri tetapi juga memberikan framework terkini untuk pengembangan keberlanjutan dalam supply chain.

Metodologi Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan systematic literature review melalui database Scopus. Sebanyak 86 artikel terpilih dianalisis berdasarkan frekuensi sitasi dan relevansi terhadap SSCM. Proses analisis terdiri dari empat tahap:

  1. Pemilihan studi berdasarkan kata kunci seperti "supply chain management" dan "sustainability."
  2. Analisis deskriptif terhadap praktik-praktik yang ditemukan.
  3. Penyusunan framework untuk mengklasifikasi praktik keberlanjutan.
  4. Evaluasi praktik dan industri terkait.

Temuan Utama

1. Framework Kategori Utama SSCM
Praktik keberlanjutan diklasifikasikan ke dalam 11 kategori, antara lain:

  • Manufaktur Hijau: Pengurangan energi dan limbah melalui teknologi modern.
  • Desain Berkelanjutan: Produk ramah lingkungan dan proses minim emisi.
  • Logistik Hijau: Penggunaan energi terbarukan dalam transportasi.
  • Manajemen Informasi: Pemanfaatan teknologi seperti IoT dan blockchain.
  • Etika dan Tanggung Jawab Sosial: Fokus pada hak asasi manusia dan keadilan dalam rantai pasokan.

2. Distribusi Praktik Berdasarkan Industri
Sebagian besar praktik SSCM diterapkan pada industri manufaktur (33%), tekstil (22%), dan otomotif (12%). Industri makanan, minyak, dan gas juga memberikan kontribusi signifikan. India (15 studi) menjadi negara dengan kontribusi tertinggi, diikuti oleh Cina, Inggris, dan Jerman.

3. Solusi dan Kendala SSCM
Studi mengidentifikasi solusi seperti:

  • Lean Manufacturing: Penurunan waktu tunggu produksi hingga 15%.
  • Penerapan ISO 14000: Standar lingkungan yang mengurangi limbah industri.
    Namun, kendala seperti kurangnya sumber daya finansial dan keterbatasan teknologi sering menghambat implementasi SSCM di negara berkembang.

Studi Kasus

Industri Tekstil di Asia

  • Praktik: Penggunaan pewarna alami dan pengurangan bahan kimia.
  • Hasil: Penurunan polusi air hingga 30% dan peningkatan reputasi merek.

Industri Otomotif Eropa

  • Praktik: Penggunaan IoT untuk pelacakan karbon di transportasi.
  • Hasil: Efisiensi logistik meningkat hingga 20%.

Kesimpulan

Framework SSCM yang dikembangkan dalam artikel ini menyediakan panduan strategis untuk transformasi rantai pasokan menjadi lebih berkelanjutan. Integrasi teknologi, seperti blockchain dan IoT, serta dukungan regulasi pemerintah menjadi kunci keberhasilan. Namun, penelitian masa depan perlu memperluas fokus ke sektor yang kurang terwakili, seperti rumah tangga dan farmasi.

Sumber:
Shekarian, E., Ijadi, B., Zare, A., Majava, J. (2022). Sustainable Supply Chain Management: A Comprehensive Systematic Review of Industrial Practices. Sustainability, 14, 7892.

 

Selengkapnya
Analisis Praktik Sustainable Supply Chain Management: Kategori, Solusi, dan Kendala di Berbagai Industri
« First Previous page 868 of 1.359 Next Last »