Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Juni 2025
Kompleksitas Perjalanan Kebijakan Air dalam Era Globalisasi
Paper ini mengulas evolusi dan dinamika penyebaran kebijakan air di berbagai negara dan konteks melalui empat generasi pendekatan riset: difusi, transfer, translasi, dan branding. Dengan mengkaji literatur luas dan studi kasus empiris, Farhad Mukhtarov menawarkan pemahaman mendalam tentang bagaimana kebijakan air tidak hanya berpindah, tapi juga berubah dan dibentuk ulang oleh konteks lokal dan kekuatan global.
Kerangka Teoritis dan Metodologi
Penulis membedakan empat generasi riset kebijakan air:
Metode yang digunakan adalah narrative review dengan pencarian literatur kritis dan analisis konseptual.
Temuan Utama dan Studi Kasus
Difusi Kebijakan Air
Transfer Kebijakan Air
Translasi Kebijakan Air
Branding Kebijakan Air: Global Hydro-Hubs (GHHs)
Analisis Kritis: Kekuatan, Kelemahan, dan Peluang
Kekuatan
Kelemahan
Peluang
Relevansi dengan Tren Global dan Industri
Kesimpulan: Memahami dan Mengelola Perjalanan Kebijakan Air di Dunia Global
Farhad Mukhtarov dalam paper ini berhasil memberikan gambaran menyeluruh tentang bagaimana kebijakan air bergerak, berubah, dan dibentuk ulang di berbagai belahan dunia. Dari difusi yang lebih struktural, transfer yang politis, translasi yang kontekstual, hingga branding yang strategis, setiap pendekatan menawarkan wawasan unik. Tantangan terbesar adalah mengintegrasikan pendekatan-pendekatan ini untuk menghasilkan kebijakan air yang efektif, adil, dan berkelanjutan.
Sumber Artikel (Bahasa Asli)
Mukhtarov, F. (2022). A review of water policies on the move: Diffusion, transfer, translation or branding? Water Alternatives, 15(2), 290-306.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Juni 2025
Peran Vital Irigasi dalam Ketahanan Pangan Global
Irigasi memegang peranan penting dalam ketahanan pangan dunia, menghasilkan sekitar 40% produksi pangan global meskipun hanya mengairi 20% lahan pertanian. Namun, irigasi juga merupakan pengguna air terbesar, menyerap hampir 47% air tawar yang diambil dari sumber permukaan dan air tanah. Dengan tekanan bertambah dari pertumbuhan populasi, urbanisasi, dan perubahan pola konsumsi, serta ancaman perubahan iklim, sektor irigasi menghadapi tantangan besar.
Dokumen ini menyajikan pendekatan Climate-Smart Irrigation (CSI) sebagai bagian integral dari Climate-Smart Agriculture (CSA), yang bertujuan meningkatkan produktivitas, membangun ketahanan terhadap perubahan iklim, dan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari sistem irigasi.
Konsep Climate-Smart Irrigation (CSI)
CSI bukan sekadar teknik irigasi, melainkan pendekatan holistik yang menggabungkan:
CSI menekankan bahwa praktik irigasi harus disesuaikan dengan konteks agroklimatik dan sosial-ekonomi lokal, serta didukung oleh kebijakan, kelembagaan, dan teknologi yang tepat.
Tantangan Utama Sektor Irigasi di Era Perubahan Iklim
Pilar Utama CSI dan Implementasinya
1. Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Petani
2. Adaptasi terhadap Perubahan Iklim
3. Mitigasi Emisi Gas Rumah Kaca
Studi Kasus Penting dalam Dokumen
1. “Misión Posible II” di Spanyol
2. Pengembangan Pertanian Resilien di Kavre, Nepal
3. Pelestarian Danau Urmia di Iran
4. Informasi Irigasi untuk Petani di Sub-Sahara Afrika
5. Citizen Science di Agroforestry Andes
Analisis dan Nilai Tambah Paper
Kritik dan Tantangan
Menuju Irigasi Cerdas Iklim untuk Ketahanan Pangan Berkelanjutan
Dokumen ini menjadi referensi penting yang menggabungkan ilmu pengetahuan, praktik terbaik, dan strategi kebijakan untuk menghadapi tantangan irigasi di era perubahan iklim. Climate-Smart Irrigation bukan hanya soal teknologi, tetapi juga soal tata kelola, kapasitas, dan kolaborasi multi-level. Dengan pendekatan ini, sektor irigasi dapat meningkatkan produktivitas, memperkuat ketahanan, dan mengurangi jejak karbon, mendukung pencapaian SDG 2, 6, dan 13 secara simultan.
Sumber Artikel
Batchelor, C., Schnetzer, J. (2018). Compendium on Climate-Smart Irrigation: Concepts, evidence and options for a climate-smart approach to improving the performance of irrigated cropping systems. Global Alliance for Climate-Smart Agriculture, Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Juni 2025
Kompleksitas dan Pentingnya Pengembangan Kapasitas di Sektor Air
Paper ini membahas secara mendalam konsep dan praktik pengembangan kapasitas (Capacity Development/CD) dalam sektor pengelolaan air. Pengembangan kapasitas tidak hanya soal peningkatan keterampilan individu, tetapi juga tentang membangun lingkungan yang kondusif agar pengetahuan dan kemampuan tersebut dapat diterapkan secara efektif. Dalam konteks sektor air yang kompleks dan dinamis, pengembangan kapasitas menjadi prasyarat utama agar pengelolaan air dapat berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan iklim.
Konsep dan Definisi Kapasitas
Tantangan dalam Pengembangan Kapasitas Sektor Air
Kerangka Pengembangan Kapasitas: Tiga Tingkatan
Studi Kasus dan Contoh Praktik
Teknologi dan Metode Pembelajaran Modern
Evaluasi dan Indikator Pengembangan Kapasitas
Opini dan Kritik
Pengembangan Kapasitas sebagai Pilar Keberlanjutan Sektor Air
Pengembangan kapasitas adalah fondasi utama untuk pengelolaan air yang efektif, adaptif, dan berkelanjutan. Dengan pendekatan yang holistik meliputi individu, organisasi, dan lingkungan pendukung, sektor air dapat menghadapi tantangan kompleks seperti perubahan iklim, urbanisasi, dan tekanan sosial ekonomi. Investasi berkelanjutan dalam pendidikan, pelatihan, teknologi, dan reformasi kelembagaan sangat penting untuk memastikan ketersediaan air yang aman dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Sumber Artikel
Blokland, M.W., Alaerts, G.J., Kaspersma, J.M., Hare, M. (2009). Capacity Development for Improved Water Management. UNESCO-IHE / UNW-DPC. Delft / Bonn.
Perubahan Iklim
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Juni 2025
Tantangan dan Peluang di Dunia yang Memanas
Bab ini mengkaji hubungan kompleks antara pembangunan berkelanjutan, pengentasan kemiskinan, pengurangan ketimpangan, dan tindakan iklim dalam konteks pembatasan pemanasan global hingga 1,5°C di atas tingkat pra-industri. Laporan ini menegaskan bahwa membatasi pemanasan pada 1,5°C dibanding 2°C dapat secara signifikan mengurangi risiko kemiskinan, ketimpangan, dan dampak buruk iklim lainnya, sekaligus memudahkan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Dampak Pemanasan 1,5°C terhadap Kemiskinan dan Ketimpangan
Sinergi dan Trade-Off antara Adaptasi, Mitigasi, dan Pembangunan Berkelanjutan
Jalur Pembangunan Berkelanjutan Menuju Dunia 1,5°C
Studi Kasus: Praktik Berbasis Komunitas dan Ekosistem
Tantangan dan Kondisi untuk Mencapai Tujuan
Opini dan Kritik
Jalan Menuju Masa Depan yang Adil dan Berkelanjutan
Pembatasan pemanasan global hingga 1,5°C membuka peluang besar untuk mengurangi kemiskinan dan ketimpangan, serta mempercepat pencapaian SDGs. Namun, ini menuntut transformasi sosial-ekonomi yang mendalam, penguatan kapasitas adaptasi, dan kebijakan inklusif yang mengatasi ketidaksetaraan. Pendekatan holistik yang mengintegrasikan adaptasi, mitigasi, dan pembangunan berkelanjutan menjadi kunci untuk masa depan yang lebih adil dan lestari.
Sumber Artikel
Roy, J., Tschakert, P., Waisman, H., Abdul Halim, S., Antwi-Agyei, P., Dasgupta, P., Hayward, B., Kanninen, M., Liverman, D., Okereke, C., Pinho, P.F., Riahi, K., dan Suarez Rodriguez, A.G. (2018). Sustainable Development, Poverty Eradication and Reducing Inequalities. In: Global Warming of 1.5°C. An IPCC Special Report on the impacts of global warming of 1.5°C above pre-industrial levels and related global greenhouse gas emission pathways, in the context of strengthening the global response to the threat of climate change, sustainable development, and efforts to eradicate poverty. Masson-Delmotte, V. et al. (eds.). In Press.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Juni 2025
Desentralisasi sebagai Jawaban atas Ketimpangan dan Konflik
Tesis ini mengkaji implementasi desentralisasi di Indonesia, khususnya di Papua dan Papua Barat, dua provinsi dengan tantangan geografis, sosial, dan politik yang unik. Desentralisasi yang dimaksud adalah pemindahan kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk memperbaiki pelayanan publik dan memperkuat demokratisasi. Namun, meski sudah berjalan hampir dua dekade, hasilnya belum optimal, terutama dalam penyediaan layanan dasar dan akuntabilitas demokratis.
Metodologi dan Studi Kasus
Penelitian menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif dan kuantitatif di empat wilayah: Jayawijaya (pendidikan), Asmat (akses layanan kesehatan), Manokwari (tata kelola air minum), dan analisis sistem pemilihan lokal “noken” di Papua. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, analisis dokumen, dan data spasial menggunakan GIS.
Temuan Utama dan Analisis
1. Pendidikan di Jayawijaya: Uniformitas Kebijakan dan Kegagalan Insentif
2. Akses Layanan Kesehatan di Asmat: Ketimpangan Spasial
3. Tata Kelola Air Minum di Manokwari: Desain Institusional yang Tidak Sinkron
4. Sistem Pemilihan “Noken” dan Demokratisasi Lokal
Analisis Teoritis: Desentralisasi sebagai Hubungan Principal-Agent dan Dimensi Geografis
Opini dan Kritik
Rekomendasi Kebijakan
Tantangan dan Harapan Desentralisasi di Papua
Tesis ini menegaskan bahwa desentralisasi di Papua dan Papua Barat menghadapi tantangan besar yang bersifat struktural, geografis, dan kultural. Meskipun desentralisasi memberikan peluang untuk demokratisasi dan peningkatan pelayanan publik, tanpa penyesuaian kebijakan dan penguatan kapasitas lokal, hasilnya tetap jauh dari harapan. Pendekatan yang mengintegrasikan konteks lokal, perbaikan insentif, dan penguatan monitoring menjadi kunci untuk mewujudkan pemerintahan yang efektif dan demokratis di wilayah ini.
Sumber Artikel
Efriandi, Tri. (2021). Decentralization and the challenges of local governance in Indonesia: Four case studies on public service provision and democratization in Papua and West Papua. University of Groningen.
Perubahan Iklim
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Juni 2025
Swedia di Garis Depan Adaptasi Iklim Dunia
Swedia, negara Skandinavia dengan reputasi tinggi dalam inovasi lingkungan, menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin nyata. Laporan “Sweden’s Adaptation Communication” (ADCOM, 2022) kepada UNFCCC memaparkan capaian, tantangan, dan strategi nasional Swedia dalam membangun masyarakat yang tahan iklim. Resensi ini mengulas laporan tersebut secara kritis, menyoroti data, studi kasus, kebijakan, serta pelajaran yang bisa diadopsi negara lain.
Gambaran Umum: Kondisi, Kerangka Hukum, dan Institusi Adaptasi Swedia
Fakta Kunci
Kerangka Kelembagaan dan Regulasi
Dampak, Risiko, dan Kerentanan: Studi Kasus dan Data
Tren Iklim & Proyeksi
Bencana Iklim: Data dan Studi Kasus
1. Kebakaran Hutan & Kekeringan
2. Banjir dan Hujan Ekstrem
3. Kenaikan Muka Laut dan Erosi Pantai
4. Gelombang Panas
5. Dampak pada Air Minum dan Sanitasi
Dampak Sektoral: Analisis Spesifik
Pertanian & Ketahanan Pangan
Kehutanan
Infrastruktur & Tata Kota
Energi
Kesehatan
Reindeer Herding & Budaya Sami
Kebijakan, Strategi, dan Implementasi
Strategi Nasional Adaptasi (2018)
Rencana Aksi dan Implementasi
Pendanaan & Dukungan
Studi Kasus Adaptasi: Inovasi dan Pembelajaran
1. Taman Hyllie, Malmö
2. Pemetaan Cloudburst di Botkyrka
3. Adaptasi Kehutanan
4. Rencana Aksi Komunitas Sami
Tantangan, Hambatan, dan Gap
Kesenjangan Implementasi
Gap Pengetahuan
Hambatan Praktis
Pelajaran, Praktik Baik, dan Rekomendasi
Praktik Baik
Rekomendasi
Hubungan dengan Tren Global dan Industri
Kritik dan Opini
Kelebihan
Kekurangan
Menuju Swedia Tangguh Iklim dan Inklusif
Laporan Adaptation Communication Sweden 2022 menunjukkan bahwa Swedia berada di jalur yang tepat dalam membangun masyarakat tahan iklim, namun tantangan besar tetap ada. Kunci keberhasilan ada pada inovasi, kolaborasi lintas sektor, penguatan kapasitas lokal, dan integrasi keadilan sosial dalam seluruh kebijakan. Dengan memperkuat praktik baik dan mempercepat adopsi solusi berbasis alam serta digitalisasi, Swedia dapat menjadi model global dalam adaptasi iklim yang inklusif dan berkelanjutan.
Sumber Artikel
Ministry of the Environment, Sweden. (2022). Sweden’s Adaptation Communication. A report to the United Nations Framework Convention on Climate Change, November 2022.