Green Supply Chain Management

Penerapan Green Supply Chain Management pada UMKM Sektor Makanan dan Minuman di Pasuruan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini membahas penerapan Green Supply Chain Management (GSCM) pada UMKM sektor makanan dan minuman di Kabupaten Pasuruan. Penelitian menyoroti bagaimana orientasi strategis dan regulasi pemerintah memengaruhi implementasi GSCM, serta dampaknya terhadap kinerja lingkungan. Dengan pendekatan kuantitatif berbasis SEM (Structural Equation Modeling) menggunakan SmartPLS 3.0, studi ini menjadi panduan penting untuk memahami hubungan antara variabel anteseden dan konsekuensi GSCM.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 114 UMKM sektor makanan dan minuman di Kabupaten Pasuruan menggunakan metode cluster sampling. Variabel utama yang dianalisis:

  1. Strategic Orientation (X1): Filosofi manajerial untuk menyesuaikan hubungan perusahaan dengan lingkungan.
  2. Government Regulation (X2): Kebijakan pemerintah yang mendukung praktik ramah lingkungan.
  3. Green Supply Chain Management (Y1): Konsep rantai pasok hijau, termasuk pembelian hijau, produksi hijau, dan distribusi hijau.
  4. Environmental Performance (Y2): Indikator keberlanjutan lingkungan seperti pengurangan emisi dan limbah.

Temuan Utama

1. Pengaruh Orientasi Strategis terhadap GSCM
Orientasi strategis memiliki pengaruh positif signifikan terhadap implementasi GSCM (59%). Contoh, perusahaan dengan komitmen tinggi terhadap kesadaran lingkungan berhasil meningkatkan penggunaan energi terbarukan dalam produksi.

2. Peran Regulasi Pemerintah terhadap GSCM
Regulasi pemerintah juga berpengaruh signifikan (32%). Peraturan lokal, seperti pengelolaan limbah berbasis Perda Pasuruan Nomor 3 Tahun 2010, menjadi pendorong utama praktik ramah lingkungan.

3. Dampak GSCM terhadap Kinerja Lingkungan
Implementasi GSCM meningkatkan kinerja lingkungan sebesar 88,9%, termasuk pengurangan emisi karbon dan limbah padat. Studi kasus menunjukkan bahwa distribusi ramah lingkungan menurunkan konsumsi bahan bakar hingga 20%.

4. Hubungan Tidak Langsung
Orientasi strategis dan regulasi pemerintah juga berdampak pada kinerja lingkungan melalui GSCM, masing-masing sebesar 52,4% dan 28,4%.

Studi Kasus

UMKM di Kecamatan Sukorejo, Pasuruan

  • Praktik GSCM: Menggunakan bahan baku daur ulang dan produksi dengan energi minimal.
  • Dampak: Penurunan limbah cair hingga 25%, dengan peningkatan efisiensi produksi sebesar 15%.

Pengusaha Kerupuk di Bangil

  • Praktik GSCM: Implementasi kemasan biodegradable.
  • Dampak: Pengurangan penggunaan plastik sebesar 30%, meningkatkan permintaan konsumen.

Rekomendasi Strategis

  1. Peningkatan Edukasi dan Kesadaran: Pelatihan untuk pengelola UMKM tentang pentingnya GSCM.
  2. Kolaborasi Pemerintah dan UMKM: Penguatan regulasi dan pemberian insentif untuk adopsi teknologi hijau.
  3. Teknologi Hijau Terjangkau: Fasilitas pembiayaan untuk inovasi berkelanjutan seperti penggunaan energi terbarukan.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa orientasi strategis dan regulasi pemerintah merupakan faktor utama keberhasilan GSCM. Dengan implementasi yang baik, perusahaan dapat meningkatkan kinerja lingkungan sekaligus efisiensi operasional. Untuk mendukung hal ini, diperlukan dukungan kebijakan yang lebih kuat, kolaborasi antar pemangku kepentingan, dan inovasi teknologi.

Sumber:
Antin Rakhmawati, Kusdi Rahardjo, Andriani Kusumawati (2019). Faktor Anteseden dan Konsekuensi Green Supply Chain Management. Jurnal Sistem Informasi Bisnis.

 

Selengkapnya
Penerapan Green Supply Chain Management pada UMKM Sektor Makanan dan Minuman di Pasuruan

Green Supply Chain Management

Penggerak Sustainable Supply Chain Management: Praktik untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel "Drivers of Sustainable Supply Chain Management: Practices to Alignment with UN Sustainable Development Goals" oleh Dominik Zimon, Jonah Tyan, dan Robert Sroufe, yang diterbitkan di International Journal of Quality Research pada tahun 2020, membahas tentang kondisi dan hambatan terkait implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) dalam rantai pasok. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menekankan hubungan antara praktik Sustainable Supply Chain Management (SSCM) dan UN SDGs, serta mengembangkan model yang mendukung implementasi UN SDGs dalam SSCM.

Latar Belakang dan Motivasi

Citra rantai pasok modern tak terpisahkan dari perhatian terhadap aspek ekologis dan pembangunan berkelanjutan. Pengejaran SSCM muncul dari kebutuhan dunia modern, di mana efisiensi dan perhatian terhadap sumber daya alam berkontribusi tidak hanya pada peningkatan citra, tetapi juga pada pengurangan limbah, inovasi, menghasilkan keuntungan, dan membangun keunggulan kompetitif. Globalisasi kegiatan dan kenaikan harga bahan baku memerlukan implementasi solusi berkelanjutan dalam rantai pasok.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah:

  1. Mengkaji kondisi dan hambatan terkait implementasi SDGs dalam rantai pasok.
  2. Mengidentifikasi dan menekankan hubungan antara praktik SSCM dan UN SDGs.
  3. Mengembangkan model yang mendukung implementasi UN SDGs dalam SSCM.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan konseptual dengan tinjauan literatur untuk mengidentifikasi praktik SSCM dan menghubungkannya dengan UN SDGs. Penelitian ini juga mengembangkan model tiga fase untuk implementasi inisiatif SSCM yang sukses.

Kerangka Teoretis

Artikel ini membahas konsep-konsep kunci berikut:

  • Sustainable Supply Chain Management (SSCM): Pengelolaan rantai pasok yang mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan masa depan.
  • UN Sustainable Development Goals (SDGs): 17 tujuan global yang diadopsi oleh PBB pada tahun 2015 sebagai agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan.
  • Drivers of SSCM: Faktor-faktor yang memotivasi perusahaan untuk mengadopsi praktik SSCM.
  • SSCM Practices: Aktivitas dan strategi yang digunakan untuk mengelola rantai pasok secara berkelanjutan.

Hasil dan Diskusi

Hubungan Antara SSCM Practices dan UN SDGs

Penelitian ini mengidentifikasi hubungan antara praktik SSCM dan UN SDGs, seperti:

  • Sustainable Supplier Management: Berkontribusi pada SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) dan SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab).
  • Sustainable Operations and Risk Management: Berkontribusi pada SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur) dan SDG 13 (Tindakan Iklim).
  • Corporate Social Responsibility: Berkontribusi pada SDG 5 (Kesetaraan Gender) dan SDG 16 (Perdamaian, Keadilan, dan Lembaga yang Kuat).

Model Implementasi UN SDGs dalam SSCM

Penelitian ini mengembangkan model tiga fase untuk implementasi UN SDGs dalam SSCM:

  1. Fase 1: Perencanaan: Menetapkan tujuan SSCM yang selaras dengan UN SDGs.
  2. Fase 2: Implementasi: Menerapkan praktik SSCM yang mendukung pencapaian tujuan.
  3. Fase 3: Evaluasi: Mengukur dan mengevaluasi kinerja SSCM terhadap tujuan yang ditetapkan.

Studi Kasus dan Angka

Artikel ini tidak menyajikan studi kasus atau angka spesifik. Namun, artikel ini merujuk pada penelitian yang menunjukkan potensi SSCM untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi risiko, dan menciptakan nilai bagi perusahaan dan masyarakat.

Kesimpulan

Artikel ini menyimpulkan bahwa implementasi UN SDGs dalam SSCM dapat membantu perusahaan mencapai tujuan keberlanjutan mereka. Model implementasi yang diusulkan memberikan panduan yang berguna bagi perusahaan dalam mengintegrasikan SDGs ke dalam strategi SSCM mereka.

Implikasi Manajerial

Artikel ini menawarkan implikasi manajerial berikut:

  • Perusahaan harus mengadopsi pendekatan holistik untuk SSCM yang mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.
  • Perusahaan harus menetapkan tujuan SSCM yang selaras dengan UN SDGs.
  • Perusahaan harus berinvestasi dalam praktik SSCM yang mendukung pencapaian tujuan.
  • Perusahaan harus mengukur dan mengevaluasi kinerja SSCM terhadap tujuan yang ditetapkan.

Penelitian Masa Depan

Penelitian masa depan dapat fokus pada:

  • Studi empiris untuk menguji model implementasi UN SDGs dalam SSCM.
  • Penelitian tentang dampak implementasi UN SDGs pada kinerja rantai pasok.
  • Pengembangan alat dan teknik untuk mengukur dan mengelola kinerja SSCM.

Sumber Artikel: Zimon, D., Tyan, J., & Sroufe, R. (2020). Drivers of sustainable supply chain management: practices to alignment with UN sustainable development goals. International Journal of Quality Research, 14(1), 219-234.

Selengkapnya
Penggerak Sustainable Supply Chain Management: Praktik untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB

Green Supply Chain Management

Tinjauan Green Supply Chain Management: Sourcing Berkelanjutan dan Distribusi Ramah Lingkungan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini memberikan tinjauan komprehensif tentang Green Supply Chain Management (GSCM) dengan fokus pada sourcing berkelanjutan dan distribusi ramah lingkungan. Penelitian mencakup analisis 266 artikel yang dipublikasikan antara 1997 hingga 2024. Studi ini menyoroti peran penting teknologi seperti IoT, blockchain, dan kecerdasan buatan (AI), serta konsep ekonomi sirkular dalam mendukung rantai pasok berkelanjutan.

Tujuan Penelitian

Artikel ini bertujuan untuk:

  1. Mengidentifikasi prinsip inti GSCM untuk mendukung praktik berkelanjutan.
  2. Membedakan sourcing dan distribusi berkelanjutan, serta faktor pendorongnya.
  3. Mengeksplorasi inovasi terbaru dalam sourcing dan distribusi.
  4. Mengidentifikasi tantangan dan hambatan implementasi GSCM.

Temuan Utama

1. Prinsip Inti GSCM Prinsip utama GSCM mencakup pengurangan limbah, konservasi sumber daya, dan penggunaan material ramah lingkungan. Pendekatan seperti closed-loop supply chain memungkinkan daur ulang material dan produk untuk mengurangi dampak lingkungan.

2. Sourcing Berkelanjutan

  • Inovasi Material: Penggunaan bioplastik dan material daur ulang meningkatkan efisiensi sumber daya.
  • Teknologi: Blockchain dan IoT memastikan transparansi dalam rantai pasok.
  • Kolaborasi Pemasok: Edukasi dan insentif bagi pemasok mendukung tujuan keberlanjutan.

3. Distribusi Berkelanjutan

  • Logistik Hijau: Penggunaan kendaraan listrik dan rute optimasi mengurangi emisi karbon.
  • Kemasan Ramah Lingkungan: Material biodegradable mengurangi limbah.
  • Reverse Logistics: Sistem pengembalian dan daur ulang memperpanjang siklus hidup produk.

4. Tantangan Implementasi

  • Hambatan Finansial: Investasi awal pada teknologi hijau menjadi tantangan bagi banyak perusahaan.
  • Keterbatasan Infrastruktur: Sistem lama sulit mendukung teknologi modern.
  • Resistensi Budaya: Kurangnya kesadaran tentang pentingnya keberlanjutan menghambat perubahan.

Studi Kasus

Walmart

  • Praktik: Menggunakan blockchain untuk transparansi sumber bahan makanan laut.
  • Hasil: Pengurangan emisi karbon pada rantai pasok hingga 15%.

IKEA

  • Praktik: Fokus pada pengemasan ramah lingkungan dan sumber bahan baku berkelanjutan.
  • Hasil: Penurunan limbah produksi hingga 20%.

Unilever

  • Praktik: Efisiensi energi dalam rantai pasok melalui teknologi hemat energi.
  • Hasil: Penghematan air hingga 30%.

Kesimpulan

Praktik GSCM menunjukkan potensi besar dalam mengintegrasikan keberlanjutan di seluruh rantai pasok. Teknologi mutakhir, kolaborasi pemasok, dan inovasi material menjadi kunci keberhasilan. Meski tantangan seperti hambatan finansial dan resistensi budaya masih ada, adopsi GSCM dapat memberikan keuntungan operasional, reputasi merek, dan kontribusi signifikan terhadap tujuan keberlanjutan global.

Sumber: Hariyani, D., Hariyani, P., Mishra, S., Sharma, M.K. (2024). A literature review on green supply chain management for sustainable sourcing and distribution. Waste Management Bulletin, 2, 231–248.

 

Selengkapnya
Tinjauan Green Supply Chain Management: Sourcing Berkelanjutan dan Distribusi Ramah Lingkungan

Green Supply Chain Management

Analisis Praktik Sustainable Supply Chain Management: Kategori, Solusi, dan Kendala di Berbagai Industri

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini memberikan analisis sistematis komprehensif terhadap praktik Sustainable Supply Chain Management (SSCM) di berbagai industri. Berdasarkan analisis 86 studi yang mencakup 789 praktik, penelitian ini mengkategorikan SSCM menjadi 38 sub-praktik dalam 11 kategori utama. Artikel ini tidak hanya membahas solusi yang diterapkan di berbagai sektor industri tetapi juga memberikan framework terkini untuk pengembangan keberlanjutan dalam supply chain.

Metodologi Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan systematic literature review melalui database Scopus. Sebanyak 86 artikel terpilih dianalisis berdasarkan frekuensi sitasi dan relevansi terhadap SSCM. Proses analisis terdiri dari empat tahap:

  1. Pemilihan studi berdasarkan kata kunci seperti "supply chain management" dan "sustainability."
  2. Analisis deskriptif terhadap praktik-praktik yang ditemukan.
  3. Penyusunan framework untuk mengklasifikasi praktik keberlanjutan.
  4. Evaluasi praktik dan industri terkait.

Temuan Utama

1. Framework Kategori Utama SSCM
Praktik keberlanjutan diklasifikasikan ke dalam 11 kategori, antara lain:

  • Manufaktur Hijau: Pengurangan energi dan limbah melalui teknologi modern.
  • Desain Berkelanjutan: Produk ramah lingkungan dan proses minim emisi.
  • Logistik Hijau: Penggunaan energi terbarukan dalam transportasi.
  • Manajemen Informasi: Pemanfaatan teknologi seperti IoT dan blockchain.
  • Etika dan Tanggung Jawab Sosial: Fokus pada hak asasi manusia dan keadilan dalam rantai pasokan.

2. Distribusi Praktik Berdasarkan Industri
Sebagian besar praktik SSCM diterapkan pada industri manufaktur (33%), tekstil (22%), dan otomotif (12%). Industri makanan, minyak, dan gas juga memberikan kontribusi signifikan. India (15 studi) menjadi negara dengan kontribusi tertinggi, diikuti oleh Cina, Inggris, dan Jerman.

3. Solusi dan Kendala SSCM
Studi mengidentifikasi solusi seperti:

  • Lean Manufacturing: Penurunan waktu tunggu produksi hingga 15%.
  • Penerapan ISO 14000: Standar lingkungan yang mengurangi limbah industri.
    Namun, kendala seperti kurangnya sumber daya finansial dan keterbatasan teknologi sering menghambat implementasi SSCM di negara berkembang.

Studi Kasus

Industri Tekstil di Asia

  • Praktik: Penggunaan pewarna alami dan pengurangan bahan kimia.
  • Hasil: Penurunan polusi air hingga 30% dan peningkatan reputasi merek.

Industri Otomotif Eropa

  • Praktik: Penggunaan IoT untuk pelacakan karbon di transportasi.
  • Hasil: Efisiensi logistik meningkat hingga 20%.

Kesimpulan

Framework SSCM yang dikembangkan dalam artikel ini menyediakan panduan strategis untuk transformasi rantai pasokan menjadi lebih berkelanjutan. Integrasi teknologi, seperti blockchain dan IoT, serta dukungan regulasi pemerintah menjadi kunci keberhasilan. Namun, penelitian masa depan perlu memperluas fokus ke sektor yang kurang terwakili, seperti rumah tangga dan farmasi.

Sumber:
Shekarian, E., Ijadi, B., Zare, A., Majava, J. (2022). Sustainable Supply Chain Management: A Comprehensive Systematic Review of Industrial Practices. Sustainability, 14, 7892.

 

Selengkapnya
Analisis Praktik Sustainable Supply Chain Management: Kategori, Solusi, dan Kendala di Berbagai Industri

Green Supply Chain Management

Faktor Pendorong dan Hambatan dalam Implementasi Green Supply Chain Management di UKM Ritel Makanan di Inggris: Dampak pada Kinerja Organisasi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Artikel ini mengeksplorasi faktor pendorong dan hambatan dalam implementasi Green Supply Chain Management (GSCM) di UKM, dengan fokus pada sektor ritel makanan di Inggris. Penelitian ini mengidentifikasi elemen-elemen utama GSCM, seperti manajemen lingkungan internal, pembelian hijau, dan kerja sama dengan pelanggan, serta bagaimana hal-hal tersebut memengaruhi efisiensi operasional, citra merek, dan profitabilitas.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data dari 84 UKM yang terlibat dalam praktik GSCM. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner berbasis skala Likert 5 poin, dengan variabel utama meliputi:

  1. Internal Drivers (ID): Dukungan manajemen senior, nilai perusahaan, dan potensi keuntungan bisnis.
  2. External Pressures (EP): Regulasi pemerintah, tekanan pasar, dan ekspektasi pelanggan.
  3. Praktik GSCM: Pengelolaan lingkungan internal, desain ramah lingkungan, dan kerja sama pelanggan.
  4. Kinerja Organisasi: Efisiensi operasional, citra merek, dan profitabilitas.

Analisis data dilakukan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) berbasis Partial Least Squares (PLS).

Temuan Utama

1. Faktor Pendorong Internal Lebih Signifikan daripada Tekanan Eksternal

  • Faktor internal, seperti dukungan manajemen senior dan nilai perusahaan, memiliki pengaruh signifikan terhadap adopsi GSCM (R² = 87,9%).
  • Sebaliknya, tekanan eksternal seperti regulasi pemerintah dan ekspektasi pelanggan tidak menunjukkan dampak signifikan terhadap praktik GSCM di UKM (R² rendah).

2. Dampak GSCM pada Kinerja Organisasi
Praktik GSCM berkontribusi positif terhadap:

  • Efisiensi Operasional: Penurunan waktu tunggu produksi hingga 15%.
  • Citra Merek: Peningkatan kepercayaan pelanggan sebesar 25%.
  • Profitabilitas: Pengurangan biaya hingga 20%, serta peningkatan penjualan yang signifikan.

3. Hambatan Implementasi GSCM

  • Keterbatasan Keuangan: Sebagian besar UKM menghadapi kesulitan dalam mengakses teknologi hijau.
  • Kurangnya Pengetahuan: Minimnya pelatihan membuat adopsi teknologi ramah lingkungan sulit dilakukan.
  • Skala Usaha: Karena ukurannya yang kecil, UKM tidak mengalami tekanan kompetitif yang sama seperti perusahaan besar.

Studi Kasus: UKM Ritel Makanan di Inggris

UKM A

  • Praktik Hijau: Menggunakan bahan daur ulang dalam proses pengemasan.
  • Dampak: Penurunan limbah produksi sebesar 20%, dengan peningkatan kepuasan pelanggan.

UKM B

  • Manajemen Lingkungan Internal: Mengurangi konsumsi energi melalui efisiensi proses.
  • Dampak: Penurunan biaya energi sebesar 15%.

Rekomendasi Strategis

  1. Fokus pada Pendorong Internal:
    UKM perlu memanfaatkan komitmen internal dari manajemen senior untuk memulai praktik GSCM.
  2. Dukungan Pemerintah dan Insentif:
    Pemerintah dapat memberikan subsidi atau insentif pajak untuk mendorong adopsi teknologi ramah lingkungan.
  3. Pelatihan dan Edukasi:
    Meningkatkan kesadaran dan keterampilan karyawan melalui pelatihan khusus tentang keberlanjutan dan teknologi hijau.

Kesimpulan

Praktik GSCM terbukti meningkatkan efisiensi, citra merek, dan profitabilitas UKM meskipun terdapat hambatan seperti keterbatasan dana dan kurangnya pengetahuan. Faktor internal menjadi pendorong utama dalam mengadopsi GSCM. Untuk memaksimalkan potensi ini, UKM perlu dukungan dari pemerintah dan mitra bisnis.

Sumber:
Priyanka Yadav, Oshin Yadav (2024). A Study on Green Supply Chain Management System: Drivers and Challenges in SME. International Journal of Management, Vol. 15(1), pp. 294–307.

 

Selengkapnya
Faktor Pendorong dan Hambatan dalam Implementasi Green Supply Chain Management di UKM Ritel Makanan di Inggris: Dampak pada Kinerja Organisasi

Green Supply Chain Management

Faktor Pendorong dan Penghambat Implementasi Green Supply Chain Management di Industri Manufaktur Mozambik: Tinjauan Kualitatif

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Artikel "Drivers and barriers of green supply chain management implementation in the Mozambican manufacturing industry" oleh W Niemann, T Kotze, dan F Adamo, yang diterbitkan di Journal of Contemporary Management pada tahun 2016, membahas tentang faktor-faktor pendorong (drivers) dan penghambat (barriers) implementasi Green Supply Chain Management (GSCM) di industri manufaktur Mozambik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi penerapan praktik GSCM di industri manufaktur Mozambik melalui studi kualitatif.

Latar Belakang dan Motivasi

Dalam dua dekade terakhir, isu-isu terkait rantai pasok hijau atau Green Supply Chain Management (GSCM) menjadi fokus perhatian banyak peneliti. GSCM bertujuan untuk mengurangi limbah dan polusi dengan mengintegrasikan pemikiran lingkungan ke dalam desain produk dan manajemen akhir masa pakai. Implementasi rantai pasok hijau dipengaruhi oleh faktor pendorong (drivers) dan penghambat (barriers). Pemahaman tentang berbagai faktor pendorong dan penghambat yang terlibat dalam GSCM sangat penting, terutama bagi industri manufaktur yang bertujuan untuk meminimalkan limbah dan polusi.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah:

  1. Mengidentifikasi faktor pendorong yang memotivasi implementasi GSCM di industri manufaktur Mozambik.
  2. Mengidentifikasi faktor penghambat yang mencegah implementasi GSCM di industri manufaktur Mozambik.
  3. Menentukan faktor pendorong dan penghambat mana yang memiliki dampak terbesar/terkecil pada implementasi praktik GSCM di industri manufaktur Mozambik.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif eksploratif. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur dengan manajer senior di delapan organisasi yang berbeda di industri manufaktur Mozambik. Data dianalisis menggunakan analisis tematik.

Kerangka Teoretis

Artikel ini membahas konsep-konsep kunci berikut:

  • Green Supply Chain Management (GSCM): Proses menggunakan input rantai pasok yang ramah lingkungan dan mengubah input ini menjadi output yang dapat direklamasi dan digunakan kembali pada akhir siklus hidupnya, sehingga menciptakan rantai pasok yang berkelanjutan.
  • Faktor Pendorong (Drivers): Kekuatan yang memotivasi organisasi untuk mengimplementasikan rantai pasok hijau.
  • Faktor Penghambat (Barriers): Kekuatan yang menghambat implementasi rantai pasok hijau.
  • Corporate Social Responsibility (CSR): Tanggung jawab sosial perusahaan.
  • Organizational Culture: Budaya organisasi.

Hasil dan Diskusi

Faktor Pendorong Implementasi GSCM

Hasil penelitian mengidentifikasi empat faktor pendorong utama implementasi GSCM di industri manufaktur Mozambik:

  1. Corporate Social Responsibility (CSR): Perusahaan semakin bertanggung jawab atas dampak lingkungan mereka dan mendapat tekanan dari pemangku kepentingan.
  2. Internal Organizational Policies: Organisasi dengan kebijakan internal yang kuat tentang manajemen lingkungan lebih mungkin untuk menerapkan praktik GSCM.
  3. Board and Top Management Support: Dukungan dari dewan direksi dan manajemen puncak sangat penting untuk menyediakan sumber daya dan menciptakan budaya kesadaran lingkungan dalam organisasi.
  4. Green Image and Competitive Advantage: Citra hijau yang baik dan keunggulan kompetitif.

Faktor Penghambat Implementasi GSCM

Hasil penelitian juga mengidentifikasi delapan faktor penghambat utama implementasi GSCM di industri manufaktur Mozambik:

  1. Organizational Culture: Banyak organisasi di Mozambik memiliki budaya tradisional yang tidak menghargai keberlanjutan lingkungan.
  2. Corruption: Korupsi dapat menyebabkan persaingan tidak sehat, kurangnya transparansi, dan pengabaian terhadap peraturan lingkungan.
  3. Costs: Implementasi rantai pasok hijau membutuhkan investasi yang signifikan dalam teknologi dan proses baru, serta pelatihan karyawan.
  4. Government Legislations: Peraturan pemerintah dapat menciptakan ketidakpastian karena sering berubah dan sulit ditafsirkan.
  5. Lack of Awareness and Knowledge: Banyak organisasi mungkin tidak menyadari manfaat GSCM atau tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengimplementasikannya.
  6. Supply Chain Complexity: Kompleksitas rantai pasok dapat mempersulit koordinasi dan pengendalian kinerja lingkungan di seluruh rantai pasok.
  7. Lack of Resources: Banyak organisasi mungkin tidak memiliki sumber daya keuangan, sumber daya manusia, atau sumber daya teknologi yang diperlukan untuk mengimplementasikan praktik GSCM.
  8. Lack of Top Management Commitment: Kurangnya komitmen dari manajemen puncak.

Statistik Penting

  • Penelitian ini menggunakan sampel kecil yang terdiri dari delapan organisasi, yang membatasi kemampuan generalisasi temuan.
  • Penelitian ini hanya berfokus pada industri manufaktur, yang berarti bahwa temuan tersebut mungkin tidak berlaku untuk industri lain.
  • Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif, yang berarti bahwa temuan tersebut tidak dapat digeneralisasikan secara statistik.

Kesimpulan

Penelitian ini menyimpulkan bahwa implementasi GSCM di industri manufaktur Mozambik didorong oleh faktor-faktor seperti CSR, kebijakan organisasi internal, dan dukungan manajemen puncak. Namun, implementasi GSCM juga dihambat oleh faktor-faktor seperti budaya organisasi, korupsi, biaya, dan peraturan pemerintah.

Implikasi Manajerial

Artikel ini menawarkan implikasi manajerial berikut:

  • Perusahaan harus berfokus pada promosi budaya organisasi yang mendukung keberlanjutan lingkungan.
  • Perusahaan harus berupaya mengurangi korupsi dan meningkatkan transparansi dalam operasi mereka.
  • Perusahaan harus bersedia berinvestasi dalam teknologi dan proses baru yang ramah lingkungan.
  • Pemerintah harus menyediakan peraturan yang jelas dan konsisten untuk mendorong implementasi GSCM.
  • Organisasi harus meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang manfaat GSCM.
  • Perusahaan harus mengatasi kompleksitas rantai pasok mereka untuk meningkatkan kinerja lingkungan.
  • Perusahaan harus memastikan bahwa mereka memiliki sumber daya yang memadai untuk mengimplementasikan praktik GSCM.
  • Manajemen puncak harus berkomitmen untuk mendukung inisiatif GSCM.

Penelitian Masa Depan

Penelitian masa depan dapat fokus pada:

  • Menggunakan ukuran sampel yang lebih besar untuk meningkatkan kemampuan generalisasi temuan.
  • Berfokus pada industri lain untuk menentukan apakah temuan tersebut berlaku untuk konteks lain.
  • Menggunakan desain penelitian kuantitatif untuk menguji hubungan antara faktor pendorong dan penghambat implementasi GSCM.

Sumber : Niemann, W., Kotze, T., & Adamo, F. (2016). Drivers and barriers of green supply chain management implementation in the Mozambican manufacturing industry. Journal of Contemporary Management, 13, 977-1013.

Selengkapnya
Faktor Pendorong dan Penghambat Implementasi Green Supply Chain Management di Industri Manufaktur Mozambik: Tinjauan Kualitatif
« First Previous page 651 of 1.142 Next Last »