Seni Rupa dan Desain

Seni Botani: Berkarya dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Botani merupakan salah satu ilmu tertua di dunia. Namun seni botani belum banyak yang tahu. Era media sosial berhasil menghimpun seniman botani Indonesia untuk berkarya bersama sekaligus melestarikan kekayaan hayati Indonesia.

Seniman botani atau yang disebut dengan botani artist asal Indonesia yang tergabung dalam Indonesian Society of Botanical Artist (IDSBA) menggelar Pameran Ragam Flora Indonesia (RFI) yang keempat di Bandung bekerja sama dengan NuArt Sculpture Park mulai 19 Agustus hingga 1 Oktober 2023. Kegiatan ini bertujuan untuk merangkul masyarakat luas untuk mengenal dan memahami seni botani sekaligus merawat bersama-sama meratawat kekayaan hayati Indonesia.

Ketua IDSBA Grace Syariel menjelaskan, seni botani merupakan bagian dari seni lukis dua dimensi yang masuk ke ranah realis. Akan tetapi, tidak hanya sekadar menggamar sesuai aslinya. Semua bagian tanaman yang digambar harus sesuai dengan kajian botani. “Jadi ini gabungan daris seni dan sains,” ujarnya saat menjadi pembicara Bincang Seni Botani: Potret Cemerlang Keindahan Alam di NuArt Sculpture Park, Minggu, 20 Agustus 2023. Acara ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan RFI ke-4.

Seni botani bisa mendekatkan pengetahuan soal tanaman kepada masyarakat. Seringkali masyarakat tidak mendapatkan informasi secara menyeluruh terkait tanaman. “Tahu ya kluwek untuk membuat rawon, tapi tidak tahu buahnya seperti apa, pohonnya bagaimana. Belimbing wuluh tahu, tapi di pohonnya buahnya terletak di mana itu tidak banyak yang tahu,” katanya.

Ia menambahkan, seni botani menjadi salah satu cara konservasi tumbuhan lewat seni. Informasi tentang tumbuhan yang mulai punah akan lebih mudah dipahami masyarakat lewat seni.

Menyebarkan ilmu pengetahuan

Botani artist yang juga pendiri IDSBA Eunike Nugroho mengatakan, seni botani kini sedang bangkit. Berkat media sosial, para botani artist berkumpul dan berjejaring hingga terbentuklah IDSBA.

Sebelumnya, geliat botani artist bisa dilihat di Ameria Serikat, Inggris, juga Eropa. Tapi sekarang, Asia pun menunjukkan geliatnya. “IDSBA merupakan yang pertama di Asia Tenggara pada 2017. Sekarang perhimpunan seni botani ada juga di Singapura dan Thailand,” katanya.

Seni botani bukan sekadar seni menggambar bunga atau tanaman. Tidak semua lukisan tumbuhan bisa disebut sebagai seni botani. Seni botani haruslah menunjukkan gambar yang benar morfologisnya. “Jadi yang menilai adalah botanis. Sehingga botani artist yang baik harus jadi pembelajar yang tekun,” kata Eunike.

Botani artist tidak hanya menghasilkan karya seni. Ia juga memproduksi ilmu pengetahuan. Seorang ilustrator botani bahkan menjadi spesies baru. Kepekaan pada warnam struktur, dan tekstur membuatnya mampu mengenali spesies yang berbeda.

Eunike sendiri sudah membuktikan, karyanya tidak saja sebagai karyanya pribadi, tetapi juga bagian dari penyebaran ilmu pengetahuan. Karyanya pernah digunakan untuk jurnal ilmiah, gambar perangko, juga komersial.

Menurut dia, menjadi botani artist akan menumbuhkan kepedulian terhadap berbagai isu tentang tanaman dan lingkungan. Sadar akan persoalan perubahan iklim, ketahanan pangan, dan menumbuhkan jalinan erat dengan tumbuhan terutama yang menjadi obyek gambarnya. “Seni botani bukan hanya tentang seni tumbuhan saja, ini seni yang menumbuhkan,” ujarnya.

Menjadi botani artist tidak hanya ranah seniman atau mereka yang jago gambar. Anggota IDSBA sendiri terdiri dari beragam profesi, ada yang dosen, dokter, farmasi, dan lain sebagainya. Tidak perlu minder untuk bergabung dengan IDSBA. “Nanti saling mengajari. Iklimnya bukan kompetisi, tapi kolaborasi,” ujarnya.

Buta tanaman

Meski ilmu botani adalah yang tertua di dunia, nyatanya seni botani tidak cukup dikenal. Menurut kurator yang juga dosen seni rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Asep Topan, seni botani sempat mengalami penurunan, sebelum akhirnya bergeliat kembali. Salah satu pemicunya ialah semakin berkurang narasi alam. Selama periode revolusi industri, lalu urbanisasi, hubungan manusia dengan alam tidak lagi banyak dibicarakan.

Akibatnya, manusia jadi tidak terlalu mengapresiasi tanaman. Tidak menyadari kehadiran tanaman di sekitarnya. Bahkan, pengetahuan akan tanaman tidak sebanyak hewan.“Anak-anak sejak kecil dikenalkan, ini hewan apa, cirinya apa. Jarang dikenalkan pada tanaman,” ujarnya.

Manusia jadi tidak terlalu mengapresiasi tanaman. Itulah yang disebut dengan plant-blindness atau buta tanaman.

Seni botani bisa berfungsi sebagai upaya untuk memperbaiki situasi ini. Lewat seni botani, manusia kembali menghargai kekayaan flora.

“Di seni botani, bukan hanya senimannya yang ada di panggung. Tanamannya juga ada di panggung. Dia menjadi subyek juga,” katanya. Sebuah gestur kecil yang sangat penting, kata Asep, dalam pameran seni botani, nama tanaman diletakkan di atas senimannya.

Pameran 45 hari

Pameran RFI 4 yang bertajuk Spreading the Beauty of Nature dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus – 1 Oktober 2023 di NuArt Sculpture Park, Bandung.  Kegiatan seperti ini tergolong jarang diselenggarakan di Bandung.

Direktur NuArt Sculpture Park Putu Tania Madiadipoera mengatakan, NuArt sebagai kawasan memiliki tiga pilar program, seni, budaya, dan alam. “Berangkat dari tiga pilar program ini, kami mengajak masyarakat untuk belajar dan mengalami berbagai ekspresi seni, mengenali juga memahami ragam budaya, serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya alam bagi manusia,” katanya.

Pada pameran ini, pengunjung disuguhi sejarah seni botani, rekam jejak IDSBA sebagai komunitas seni botani di Indonesia, serta melihat lukisan ragam tetumbuhan nusantara sebagai subjek utama.

Terdapat 60 karya yang dipamerkan dari 32 orang seniman Indonesia maupun mancanegara. Karya-karya yang dipamerkan telah melalui proses seleksi yang teliti. Melibatkan tiga juri dengan disiplin ilmu yang berbeda, yakni Jenny A. Kartawinata (seniman botani & pendiri IDSBA), Destario Metusala (botanis & peneliti BRIN), dan Fahmy Al Ghiffari Siregar (kurator NuArt). Akurasi, keterampilan, komposisi, dan kekayaan informasi botani menjadi parameter utama dalam menilai, menginterpretasi, dan mengkurasi karya yang dipamerkan.

Terbuka untuk umum

NuArt Sculpture Park dan IDSBA juga mengajak publik untuk mengikuti rangkaian program yang beririsan dengan dunia botani dan terinspirasi oleh alam selama 45 hari pameran berlangsung. Rangkaian program publik ini bervariasi mulai dari lokakarya, open studio (demo), art jam, seminar dan talkshow, hingga art tour.

Ada juga sesi Open Studio dan Art Jam yang dilaksanakan di setiap hari Sabtu. Pada Open Studio, seniman botani akan ‘berpraktik’ langsung di ruang pamer dan pengunjung dapat menyaksikan bagaimana cara mereka bekerja. Art Jam menggandeng komunitas yang terhubung dengan seni rupa dan sains, antara lain Genbi (Generasi Biologi), Kolcai (Komunitas Lukis Cat Air), Komunitas Drawing Garis Hitam, Bandung Sketchwalk, dan KPA Biocita Formica untuk berbagi informasi sesuai keahliannya yang dilanjutkan dengan membuat karya kolaborasi bersama peserta.

Selain itu, Nuart Sculpture Park dan IDSBA juga mengundang kolaborator serta narasumber ahli untuk melaksanakan lokakarya maupun seminar, yang terbuka bagi publik. Di antaranya adalah LOKUS Foundation yang akan melaksanakan lokakarya perakitan Foldscope, basic kit mikroskop ekonomis tahan air, kemudian seminar oleh Nenun Ruang mengenai arsitektur berbasis tumbuhan bambu, dan masih banyak lagi. Jadwal selengkapnya bisa disimak di website RFI ke-4.

Sumber: https://digitalmama.id/

Selengkapnya
Seni Botani: Berkarya dan Menyebarkan Ilmu Pengetahuan

Seni Rupa dan Desain

Perkembangan Seni dalam Teknologi Global

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Seni Merupakan Suatu bagian dari kehidupan kita serta seni juga diartikan sebagai arti dari kehidupan dan kemunculan Teknologi menjadi Seni Semakin berkembang.

Perkembangan seni dalam teknologi global telah menjadi fenomena yang semakin relevan dan menarik perhatian banyak orang di seluruh dunia. Seiring dengan kemajuan teknologi, seniman memiliki akses yang lebih besar ke alat dan platform baru yang memungkinkan mereka untuk bereksperimen dan menciptakan karya yang inovatif.

Pada era digital ini, seni tidak lagi terbatas pada medium tradisional seperti cat, kertas, atau patung. Teknologi memberikan kemungkinan baru untuk bereksperimen, berkolaborasi, dan menyampaikan pesan melalui berbagai medium baru seperti seni digital, seni interaktif, seni virtual, dan seni media.

penggunaan media digital. Dapat menciptakan karya seni yang unik dan interaktif. Contohnya adalah seni komputer, seni pemrograman, seni virtual reality, dan seni berbasis aplikasi. Dengan bantuan teknologi, seniman dapat mengeksplorasi lebih dalam dalam menciptakan karya yang mencerminkan dunia digital dan mengaktifkan interaksi dengan pengguna.

Penggunaan teknologi dalam seni juga melibatkan instalasi interaktif, seni kinetik, dan seni elektronik. Seniman sering kali menggunakan sensor gerakan, suara, dan cahaya untuk menciptakan pengalaman artistik yang menarik dan memikat. Misalnya, instalasi dengan proyeksi visual yang merespon gerakan atau suara yang dilakukan oleh pengunjung, memberikan pengalaman multisensori yang khas.

Pergeseran ini dalam seni juga memengaruhi cara kita mengonsumsi dan berinteraksi dengan seni. Museum dan galeri yang memamerkan seni digital dan interaktif semakin populer. Pameran seni dengan teknologi juga sering diadakan di tempat-tempat umum dan festival, memungkinkan masyarakat umum untuk lebih mendekati seni dan memahami peran teknologi dalam penciptaan karya seni kontemporer.

Perkembangan seni dalam teknologi global juga telah membuka pintu bagi kolaborasi yang lebih luas antara seniman, pengembang, ilmuwan, dan perusahaan teknologi. Kerja sama ini memungkinkan pemerasan ide dan pertukaran pengetahuan, yang menghasilkan inovasi yang lebih baik dalam seni dan teknologi. Misalnya, seniman bisa bekerja sama dengan perusahaan teknologi untuk mengembangkan peralatan dan alat baru yang memungkinkan mereka untuk menciptakan karya seni yang lebih kompleks dan menarik.

Namun, meskipun teknologi telah memberikan banyak kemajuan dalam seni, ada juga tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah kesenjangan digital, di mana tidak semua seniman memiliki akses yang sama ke teknologi dan sumber daya yang diperlukan untuk menciptakan karya seni digital. Selain itu, penggunaan teknologi juga menimbulkan pertanyaan tentang privasi dan etika dalam seni.

Secara keseluruhan, perkembangan seni dalam teknologi global menghadirkan peluang baru dan tantangan yang menarik bagi seniman. Interaksi antara seni dan teknologi terus berlanjut dan membentuk wajah seni kontemporer saat ini. Perkembangan ini juga memberikan peluang bagi masyarakat umum untuk terlibat secara langsung dengan seni dan mengalami pengalaman artistik yang inovatif.

Pendapat Para Ahli

1. Dr. Aria Mulia, Ahli Seni Media:

Menurut Dr. Aria Mulia, teknologi telah menjadi katalisator dalam mengubah lanskap seni secara global. Ia berpendapat bahwa seniman modern harus menguasai teknologi agar bisa mengekspresikan diri mereka dengan cara baru. Dengan teknologi, seniman dapat menciptakan pengalaman yang lebih interaktif dan merangsang indera pengamat. Seni media, seperti seni instalasi interaktif atau seni virtual, memungkinkan pengamat untuk terlibat secara aktif dalam karya seni, menciptakan hubungan yang lebih personal dengan karya tersebut.

2. Prof. Bambang Santoso, Ahli Seni Digital:

Prof. Bambang Santoso berpendapat bahwa teknologi telah membawa paradigma baru dalam menciptakan dan menginterpretasikan seni. Ia menekankan bahwa seni digital bukan hanya mengenai alat atau medium, tetapi juga mempengaruhi cara pandang dan pemikiran seniman. Dengan seni digital, seniman memiliki lebih banyak kebebasan untuk bereksperimen, menciptakan efek visual yang rumit, dan menyampaikan pesan yang lebih kompleks. Seni digital juga memperluas batasan seni tradisional dengan menggabungkan berbagai disiplin ilmu seperti seni, matematika, dan teknologi komputer.

3. Dr. Maya Wijaya, Ahli Seni Virtual:

Dr. Maya Wijaya berpendapat bahwa seni virtual telah membuka jalan baru bagi seniman untuk mengeksplorasi realitas yang dihasilkan oleh teknologi. Melalui seni virtual, seniman dapat menciptakan dunia baru yang masih dalam batas-batas imajinasi mereka. Ia percaya bahwa seni virtual dapat memberikan pengalaman tak terbayangkan sebelumnya, memungkinkan pengamat untuk memasuki dan berinteraksi dengan dunia karya seni tersebut. Dengan seni virtual, seniman dapat menciptakan pengalaman sensorik yang kuat dan menghadirkan inovasi tak terduga dalam seni.

Kesimpulan

Perkembangan seni dalam teknologi global telah memungkinkan para seniman untuk bereksperimen dengan medium baru dan menciptakan pengalaman seni yang lebih interaktif dan inovatif. Pendapat para ahli seperti Dr. Aria Mulia, Prof. Bambang Santoso, dan Dr. Maya Wijaya menunjukkan bahwa teknologi telah mengubah cara seniman memahami dan menciptakan seni. Melalui seni digital, seni virtual, dan seni media, seni telah mengambil langkah maju dalam menciptakan koneksi yang unik antara seniman dan pengamat.

Sumber: https://geotimes.id/

Selengkapnya
Perkembangan Seni dalam Teknologi Global

Riset dan Inovasi

Benarkah Harimau Jawa Telah Punah? Peneliti BRIN Lakukan Analisis DNA Sampel Rambut Harimau Terbaru dari Sukabumi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengategorikan harimau Jawa Panthera tigris sondaica sejak 1980an, dan Harimau Bali P. tigris balica telah punah berdasarkan assesment pada 2008 dari IUCN. Penampakan terakhir Harimau Jawa terkonfirmasi di Meru Betiri Taman Nasional, Jawa Timur pada 1976. Sementara saat ini, hanya Harimau Sumatera P. tigris sumatrae yang masih tersisa di Indonesia.

Kini, setelah 43 tahun harapan baru muncul.  Wirdateti Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan adanya temuan sehelai rambut Harimau Jawa di pagar pembatas antara kebun rakyat dengan jalan desa Cipeundeuy, Sukabumi Selatan, Jawa Barat. 

“Rambut tersebut ditemukan oleh Kalih Reksasewu atas laporan Ripi Yanuar Fajar yang berpapasan dengan hewan mirip Harimau Jawa yang dikabarkan telah punah, pada malam hari 19 Agustus 2019. Ripi adalah seorang penduduk lokal yang berdomisili di desa Cipeundeuy, Sukabumi Selatan, Jawa Barat,” tutur Peneliti yang akrab disapa Teti tersebut kepada Humas BRIN pada Minggu (24/03).

Dari serangkaian analisis DNA komprehensif yang telah dilakukan, Teti dan tim menyimpulkan sampel rambut harimau yang ditemukan di Sukabumi Selatan adalah species Panthera tigris sondaica atau Harimau Jawa. Termasuk dalam kelompok yang sama dengan spesimen Harimau Jawa koleksi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) pada 1930. 

Menurut Teti, keyakinan tersebut diperkuat oleh prosedur ilmiah lainnya yang telah dilakukan. Selain menemukan rambut, dari lokasi tersebut juga ditemukan bekas cakaran mirip harimau yang semakin menguatkan Teti untuk melakukan observasi lanjutan.

Identifikasi awal Teti bersama tim adalah melakukan studi perbandingan sampel rambut harimau yang ditemukan di Sukabumi Selatan  dengan spesimen  Harimau Jawa koleksi MZB. Kemudian beberapa subspesies sampel harimau lain, yaitu Harimau Bengal, Amur dan Sumatra, serta Macan Tutul Jawa yang digunakan sebagai kontrol.

“Hasil perbandingan antara sampel rambut Harimau Sukabumi menunjukkan kemiripan sebesar 97,06 % dengan Harimau Sumatera, dan 96,87 dengan Harimau Benggala. Sedangkan  spesimen Harimau Jawa  koleksi MZB memiliki 98,23 kemiripan dengan Harimau Sumatera,” jelas Teti.

Sementara itu, hasil studi pohon filogenetik menunjukkan sampel rambut Harimau Sukabumi dan spesimen harimau koleksi MZB berada dalam kelompok yang sama, namun terpisah dari kelompok subspesies harimau lain. Selanjutnya, Macan Tutul Jawa berdasarkan sampel yang diperoleh dari spesimen MZB.

Untuk memperkuat observasinya, Teti bersama tim juga melakukan wawancara mendalam dengan Ripi Yanuar Fajar yang melihat harimau tersebut. Wawancara dilakukan saat survei pada 15-19 Juni 2022 pada lokasi ditemukannya sampel rambut.

Teti menjelaskan, analisis genetik DNA memiliki tingkat sensitifitas yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan konservasi dan mengklarifikasi ketidakpastian taksonomi. Berikutnya, merekonstruksi filogeografi dan demografi untuk menyelidiki nenek moyang genetik subspesies.

Teti juga menambahkan, ekstraksi DNA total yang dilakukan menggunakan Dneasy Blood & Tissue Kit sesuai protokol. Protokol tersebut telah dimodifikasi dengan menambahkan proteinase, karena tingginya kandungan protein pada rambut.

“Amplifikasi PCR seluruh sitokrom b mtDNA dilakukan dengan primer khusus untuk harimau. Selanjutnya, seluruh hasil sekuens nukleotida disimpan menggunakan BioEdit dan diserahkan ke GenBank. Urutan komplemen antara primer forward dan reverse diedit menggunakan Chromas Pro. Semua urutan nukelotida dugaan Harimau Jawa dibandingkan dengan data sekuen Genbank National Center for Biotechnology Information (NCBI). Penyelarasan DNA dilakukan menggunakan Clustal X dan data dianalisis menggunakan MEGA,” jelas Teti.

Harimau Jawa merupakan hewan endemik Pulau Jawa dan tersebar luas di hutan dataran rendah, semak belukar, dan perkebunan. Sayangnya, sejak hewan ini diburu karena dianggap hewan penganggu dan habitatnya diubah menjadi lahan pertanian dan infrastruktur, keberadaanya semakin hilang.

Lalu apakah harimau jawa masih ada di alam liar?  Teti menjawab kondisi tersebut masih perlu dikonfirmasi dengan studi genetik dan lapangan lebih lanjut.

Sumber: https://brin.go.id/

Selengkapnya
Benarkah Harimau Jawa Telah Punah? Peneliti BRIN Lakukan Analisis DNA Sampel Rambut Harimau Terbaru dari Sukabumi

Pertanian

Mengenal Kopi Lampung: Ini Wilayah Penghasil dan Merek Topnya

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Lampung termasuk wilayah penghasil kopi di Indonesia. Sejumlah kopi Lampung yang dihasilkan juga terkenal punya cita rasa yang khas dan nikmat.

Dilansir Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kopi Indonesia mencapai 794,8 ribu ton pada tahun 2022. Adapun Lampung merupakan provinsi penghasil kopi terbanyak kedua di Indonesia, dengan produksi kopinya sejumlah 124,5 ribu ton atau 15,6 persen dari total produksi kopi nasional.

Kopi bisa dibilang menjadi komoditas perkebunan unggulan Provinsi Lampung. Selain itu, sebagian besar biji kopi yang diproduksi, diekspor ke sejumlah negara-negara di dunia.

Wilayah penghasil kopi Lampung

Dengan produksi kopinya yang tak sedikit, Lampung punya area perkebunan kopi yang luas. Mengutip laman lampungprov.go.id, kebun kopi Lampung memiliki perkiraan luas 156.458 ha di tahun 2020. Berikut deretan wilayah sentra perkebunan kopi di Lampung:

1. Kabupaten Lampung Barat
Lampung Barat menjadi daerah yang punya perkebunan kopi rakyat terluas di Provinsi Lampung, yakni 54.106 ha atau sekitar 34,5 persen dari total luas perkebunan yang ada di provinsi ini.

Biji kopi yang dihasilkan wilayah Lampung Barat pun berjenis kopi robusta, dengan jumlah sebanyak 57.930 ton pada tahun 2020.

2. Kabupaten Tanggamus
Posisi kedua wilayah perkebunan kopi Lampung adalah Tanggamus. Di kabupaten ini, terdapat 41.510 ha area kebun kopi. Produksi kopi Kabupaten Tanggamus sejumlah 34.129 ton di tahun 2020.

3. Kabupaten Lampung Utara
Kabupaten Lampung Utara menyumbang produksi kopi 9.961 ton di tahun 2020. Adapun luas perkebunan kopi di Lampung Utara sebesar 25.679 ha.

4. Kabupaten Way Kanan
Way Kanan menjadi wilayah terbesar keempat penghasil kopi Lampung dengan total produksi 8.705 ton pada tahun 2020. Di kabupaten ini, area kebun kopi seluas 21.655 ha.

5. Kabupaten Pesisir Barat
Pesisir Barat juga termasuk wilayah sentra perkebunan kopi Lampung dengan kebun kopi yang ada seluas 6.704 ha, dan menghasilkan 3.466 ton kopi di tahun 2020.

Merek populer kopi Lampung

Untuk merek-merek kopi Lampung sendiri ada banyak. Tapi Pemprov Lampung sendiri memilih top 10 brand kopi bubuk robusta asli Lampung pada tahun 2022.

Masih dari laman lampungprov.go.id, kesepuluh merek kopi asli Lampung yang punya rasa dan kualitas yang terbaik, yakni Koptan, Mowning, Tugu Liwa, Naire, Kopi 49, De Lampoeng Coffee, Blikopi, DR. Koffie, Ratu Luwak, dan Lambarco.

Adapun merek Kopi Bubuk Sinar Baru Cap Bola Dunia, merupakan brand kopi Lampung kemasan tertua yang masih bertahan sejak tahun 1917. Kopi ini pula yang menjadi kebanggaan masyarakat lokal.

Selain itu, merek-merek lain seperti Kopi Robusta Semut, Kopi Lanang, Kopi Bubuk Cap Jempol Unggul, hingga EL'S Coffee juga menjadi kopi Lampung yang banyak digemari.

Itulah informasi lengkap mengenai kopi Lampung, semoga menjadi informasi bermanfaat!

Sumber: https://www.detik.com/


 

Selengkapnya
Mengenal Kopi Lampung: Ini Wilayah Penghasil dan Merek Topnya

Pertanian

Bintang Jatuh dan Kisah Tuan Kebun Belanda Sang Raja Teh

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Ki Topa, 106 tahun, warga Cianjur dekat selatan Bandung, Jawa Barat masih bugar saat menceritakan awal pembukaan Perkebunan Bintang di selatan Jawa Barat (Jabar).

Perkebunan Bintang di pekarangan rumahnya diambil dari nama kejadian 'bintang jatuh' atau meteor yang berhasil ditemukan kembali lokasinya di hutan pinus di sekitar Perkebunan Bintang, oleh CNBC Indonesia dan warga sekitar pada April 2023 lalu.

Ki Topa menceritakan bahwa kejadian 'bintang jatuh' terjadi pada era tuan kebun 'Adiwar' atau diduga sebagai Edward atau Eduard. Namun, Ki Topa hanya tahu nama itu sebagai pembuka lahan teh dan kina saat dugaan saat kejadian waktu meteor jatuh di Jabar selatan, di kampung halamannya.

CNBC Indonesia sulit memastikan siapa yang dimaksud Adiwar atau Edward/Eduard oleh Ki Topa. Namun, berdasarkan pencarian literasi sejarah soal perkebunan teh di selatan Jawa Barat pada masa silam, memang ditemukan keluarga tuan kebun bernama Eduard. Selain itu, pada periode akhir abad ke-19 (1885-1898), Kebun Kina Rancabali juga dibuka yang lokasinya berdekatan dengan situs kawah meteor. 

Di daerah Jawa Barat ada tiga nama keluarga kaya pemilik kebun teh terbesar, antara lain keluarga Holle yang memiliki Perkebunan Teh Waspada di daerah Garut, keluarga Bosscha yang mengembangkan Perkebunan Teh Malabar di daerah Pangalengan, dan keluarga Kerkhoven yang menguasai Perkebunan Teh Sinagar dan Parakan Salak di Sukabumi dan Perkebunan Teh Gambung dan Arjasari di Bandung.

Dua nama terakhir merupakan nama besar di sektor teh daerah Priangan. Bagaimana ceritanya?

Rudolf Eduard Kerkhoven (1848-1918) adalah paman dari Karel Albert Bosscha (1865-1928). Dalam buku biografi astronom Belanda Jacobus C. Kapteyn berjudul Pioneer of Galactic Astronomy (2021) diketahui, Kerkhoven sangat berjasa bagi perkembangan kebun teh Bosscha di Pangalangen.

Sebab, Kerkhoven menjadi orang Belanda pertama yang membuka perkebunan teh di Pangalengan. Dia membuka kebun teh karena keberhasilan ayahnya membuka kebun teh di daerah Banjaran pada 1869 dan Ciwidey pada 1873. 

Keberanian Kerkhoven membuka lahan teh sebagai pendatang baru di Hindia Belanda disebabkan karena dukungan kuat dari seorang tokoh besar bernama S. J. W Van Buuren dan bantuan dana dari firma John Peet dan Co. Ditambah lagi, saat itu pun sudah diberlakukan liberalisasi pertanian lewat UU Agraria 1870 yang membuat pihak swasta bebas membuka lahan baru untuk perkebunan.

Namun, peran Kerkhoven di daerah utara Bandung ini tidak lama. Dia hanya sebatas membuka perizinan lahan teh baru sebelum akhirnya diteruskan oleh sepupunya Bosscha. 

Dia kemudian fokus pada membangun kebun di daerah Jawa Barat Selatan dan sekitar Bandung. Beruntung berkat UU Agraria itu, dia mendapat hak erfpacht yang membuat bisa menambah luas tanah dari tahun ke tahunnya. Jadi, tak heran kalau Kerkhoven punya banyak kebun teh dan mampu mendirikan kerajaan bisnis bernama, Kerkhoven dan  Co.

Setelah meninggal pada 1918 dan dimakamkan di Gambung, Ciwidey, kerajaan bisnis teh itu kemudian diteruskan oleh anak-cucunya. Khusus jabatan komisaris, selalu dipegang turun-temurun oleh keluarga Kerkhoven. Siti Julaeha dalam Perkebunan Teh di Hindia Belanda Studi Kasus Perkebunan Teh Malabar (2010) mencatat, secara bergantian A.R.W Kerkhoven, Johannes Kerkhoven, dan Eduard Julis Kerkhoven.

Mereka inilah yang kemudian mengurus perkebunan dalam situasi sulit, seperti ketidakseimbangan harga dan tingkat produksi teh di pasaran global, serta depresi ekonomi 1930-an. Beban pengelolaan ini berkurang ketika kebun tehnya mulai diambil alih pemerintah kolonial yang kemudian berlanjut dipegang pemerintahan republik.

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/

Selengkapnya
Bintang Jatuh dan Kisah Tuan Kebun Belanda Sang Raja Teh

Pertanian

Punya Potensi Besar: Penelitian Sawit Pantas Dilirik

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Indonesia memiliki lahan perkebunan kelapa sawit seluas 16,8 juta ha (berdasarkan audit tahun 2022), dengan hasil sawit yang bisa digunakan baik untuk pangan, kesehatan, kecantikan, hingga bahan bakar. Luasnya area perkebunan dan banyaknya turunan pada kelapa sawit membuat komoditas perkebunan strategis nasional ini pantas dilirik, terutama dari sisi penelitian dan pengembangan.

Penelitian dan pengembangan/riset sawit dibutuhkan untuk mengembangkan industri kelapa sawit nasional yang berkelanjutan maupun sebagai bahan pengambil kebijakan dan melawan kampanye hitam terhadap sawit. Diketahui, masih banyak isu negatif bertebaran terkait sawit dan melawan kampanye hitam terhadap sawit. Diketahui, masih banyak isu negatif bertebaran terkait sawit dan salah satu yang bisa menangkal isu tersebut adalah dengan pembuktian dari hasil riset dan penelitian. Karena sesungguhnya, masih banyak kebaikan- kebaikan sawit yang belum diketahui banyak orang dan itu bisa dimunculkan dengan adanya penelitian dan pengembangan.

Melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang berdiri sejak 2015, penelitian dan pengembangan sawit pun mendapat dukungan. Menurut Direktur Utama BPDPKS, Eddy Abdurrachman Program Penelitian dan Pengembangan Sawit merupakan salah satu upaya BPDPKS untuk melakukan penguatan, pengembangan dan peningkatan pemberdayaan perkebunan dan industri sawit yang saling bersinergi di sektor hulu dan hilir.

"Kami mulai dari mahasiswa Indonesia agar minat meneliti kelapa sawit ditumbuhkembangkan sejak dini demi terwujudnya industri sawit nasional yang tangguh dan berkelanjutan," kata Eddy saat membuka Pekan Riset Sawit Indonesia 2023 (PERISAI 2023) yang berlangsung di Surabaya 25-26 Oktober 2023.

Untuk menarik minat mahasiswa atau generasi milenial agar mau meriset dan meneliti sawit, BPDPKS rutin menggelar Lomba Riset Sawit Tingkat Mahasiswa (LRSTM). Sementara untuk tahan (LRSTM). Sementara untuk tahap selanjutnya dengan dukungan dana penelitian yang lebih fantastis, tersedia Grant Riset Sawit (GRS) yang terdiri dari jalur seleksi dan jalur inisiatif.

"Program GRS telah dilaksanakan sejak tahun 2015 dimana BPDPKS telah mendanai sebanyak 329 kontrak perjanjian kerjasama dengan 88 lembaga litbang dengan keterlibatan 1.202 peneliti yang tersebar di 19 provinsi," kata Eddy.

Program GRS, lanjut Eddy, merupakan program untuk penelitian dan pengembangan Kelapa Sawit yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dilaksanakan dengan memperhatikan aspek-aspek peningkatan produktivitas/efisiensi, peningkatan aspek sustainability, mendorong penciptaan produk/pasar baru dan peningkatan kesejahteraan petani.

Melanjuti program GRS, BPDPKS bekerja sama dengan Asosiasi Inventor Indonesia (AII) melaksanakan Valuasi Kesiapan Teknologi untuk Komersialisasi terhadap invensi hasil riset. Terdapat 30 invensi hasil riset GRS yang siap komersialisasi dan beberapa sudah mendapatkan pernyataan minat dari investor dengan komitmen dalam bentuk Letter of Intent (LoI) dan/atau perjanjian kerahasiaan teknologi berupa non-disclosure agreement (NDA). Komersialisasi itu pun diselenggarakan melalui kegiatan PERISAI.

"Diharapkan dari kegiatan PERISAI menciptakan kolaborasi antara pemerintah, industri, lembaga penelitian/perguruan tinggi dan seluruh pemangku kepentingan untuk mewujudkan industri kelapa sawit Indonesia yang ramah lingkungan dan berkelanjutan demi tercapainya Sustainable Development Goals (SDG's)," kata Eddy.

Ketua Umum Asosiasi Inventor Indonesia Prof (R). Ir. H. Didiek Hadjar Goenadi, M.Sc., Ph.D., APU., INV mengatakan, penelitian kelapa sawit tergolong yang paling maju. Hal ini dikarenakan sejak 1911 Belanda telah mendirikan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) di Medan, Sumatera Utara.

Namun, jika dulu lebih banyak peneliti di PPKS yang tertarik meneliti sawit, ketika BPDPKS berdiri tahun 2015 salah satu mandatnya adalah melakukan kegiatan riset untuk bisa mendorong terciptanya penguatan daya saing dari industri sawit nasional. "Nawaitu-nya itu untuk membuka peluang periset Indonesia tertarik untuk meneliti tentang kelapa sawit."

Maka, kata Didiek, disosialisasikanlah ke perguruan tinggi-perguruan tinggi untuk melihat sawit sebagai bahan penelitian dan dapat mengembangkan industri yang tangguh. "Yang dimaksud industri tidak hanya pengelolaan, tapi juga termasuk Termasuk perkebunan dan petaninya."

Dengan adanya GRS, ketertarikan untuk meriset sawit naik signifikan. "Memang masih belum sampai ke empat digit, masih tiga digit. Tetapi dari tahun ke tahun minat mereka cukup menggembirakan," kata Didiek.

Koordinator Komite Penelitian dan Pengembangan BPDPKS ini menuturkan, apa yang ditawarkan oleh komoditas kelapa sawit sangat luar biasa luasnya. Mulai dari pemanfaatan minyak yang terdiri dari minyak sawit dan minyak inti sawit. "Biomassa misalnya, tidak hanya dalam bentuk aspek bioenergy bahan bakar biomassa, tapi juga bisa diproses untuk menghasilkan berbagai macam produk turunan termasuk misalnya dimanfaatkan sebagai bahan pengganti kapas. Bikin baju itu nanti bisa dari limbah kelapa sawit, dari tandan kosong kelapa sawit."

Tandan kosong kelapa sawit juga dapat saat mengajukan proposal, peneliti juga memikirkan hasil penelitian bermanfaat bagi industri. "Di dalam pendanaan riset kelapa sawit itu agak unik. Pertama komoditinya satu tidak berdasarkan keilmuan dan berdasarkan komoditi. Kemudian kedua yang dituntut itu selain scientific merit juga scientific approach itu adalah azas manfaat," ucap Didiek.

Hal itu dikarenakan dana riset diperoleh dari himpunan dana yang dikumpulkan dari para pelaku industri kelapa sawit nasional termasuk petani, sehingga riset yang dihasilkan itu harus mengacu pada manfaat para pelaku industri sawit. "Tujuan utamanya adalah memanfaatkan dana perkebunan kelapa sawit itu untuk kemajuan industri sawit nasional."

Sementara PERISAI, merupakan platform program riset untuk menampilkan hasil-hasil riset yang tampak prospektif. "Risetnya belum selesai tetapi menunjukkan arah bahwa ini berpotensi secara komersial khususnya kepada yang mengarah teknologi. Itu coba kita tampilkan."

BPDPKS, kata Didiek, mengundang para industri untuk mencermati dan mempersiapkan kalau mereka tertarik dengan teknologi tertentu, mereka sudah punya ancang-ancang. Para periset yang tampil tidak mengajukan proposal, tetapi berdasarkan monitoring dan evaluasi dari Komite Litbang.

BPDPKS juga melakukan Kerjasama dengan AII yang bertugas mengevaluasi hasil riset-riset yang sudah dilakukan oleh para periset di BPDPKS untuk bisa digandengkan dengan industri. "Kami mengevaluasi teknologi-teknologi kemudian kita carikan industri mana yang cocok. Akhirnya nanti mereka akan mengarah kepada lisensi teknologinya."

Sementara itu, sebagai seorang peneliti, Prof. Dr. Ir. Erliza Hambali, M.Si menilai sawit bisa dijadikan apa saja. Meneliti sawit sejak 1998, Erliza memulainya dengan membuat sabun dari sawit. Setelah itu penelitiannya berkembang ke surfaktan hingga membuat Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi di Institut Pertanian Bogor.

Sebelum ada BPDPKS, dia kerap mendapatkan pendanaan dari Kemenristek, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Kemendikbud, dan bahkan Pertamina. Dia pun bersyukur, ketika BPDPKS berdiri, hasil pengembangan penelitiannya terkait surfaktan pun diberikan pendanaan.

"BPDPKS itu senangnya memberi dana kalau ada mitra industri, patnernya. Saya sudah terbiasa, riset selalu menggandeng mitra industri, karena kan selalu mencari siapa sih pengguna riset ini nantinya, jadi pendanaan mudah dan enggak susah," kata dia.

Menurut dia, semakin banyak dana periset yang didapatkan untuk pengembangan sawit, semakin bagus. "Dari riset itu 5-10 persen saja yang berhasil dikomersialkan lebih bagus. Riset itu perjalanannya panjang, tidak bisa instan."

"Bayangkan kita ingin menggantikan semua produk-produk turunan yang basisnya minyak bumi kemudian diganti sawit. Jadi tidak usah khawatir kalau produksi over, kitanya yang harus giat riset," tambah dia.

Sebagian besar mahasiswa Indonesia, kata perempuan yang memiliki julukan Ratu Peneliti Hilir Sawit ini, memilih limbah sawit sebagai penelitiannya. "Limbah memang perlu dipikirkan, tapi yang perlu utama dipikirkan, minyaknya ini diproses menjadi apa saja. Sebenarnya bagus sih, tetapi terkadang anak-anak lupa yang utamanya."

Dia pun berharap, para perguruan tinggi memasukkan tambahan kurikulum terkait turunan sawit yaitu oleokimia terutama perguruan tinggi yang berada di daerah penghasil sawit. 

"Banyak universitas mau negeri mau swasta atau sekolah vokasi, itu harus ditambah mata kuliahnya tentang oleokimia," kata dia.

Dalam kegiatan PERISAI di Surabaya, dia pun berkesempatan memaparkan hasil penelitian terkait oleokimia kepada industri. "Adanya kegiatan PERISAI, membantu peneliti untuk sisi komersialisasi."

Sumber: https://koran.tempo.co/

Selengkapnya
Punya Potensi Besar: Penelitian Sawit Pantas Dilirik
« First Previous page 565 of 1.113 Next Last »