Manajemen Proyek
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Mei 2025
Mengurai Risiko Proyek Migas untuk Masa Depan yang Berkelanjutan
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil migas (minyak dan gas bumi) dengan cadangan besar yang tersebar di berbagai wilayah. Salah satu wilayah yang sangat strategis adalah Blok Cepu di Bojonegoro, Jawa Timur. Wilayah ini telah menjadi fokus utama dalam pengembangan energi nasional sejak eksplorasi intensif dimulai pada 2005. Namun, proyek-proyek migas, terutama yang terkait dengan pembangunan infrastruktur pendukung seperti waduk dan jaringan pipa, tidak terlepas dari tantangan risiko yang tinggi.
Faktor risiko dalam proyek konstruksi di sektor migas bukan hanya menyangkut masalah teknis seperti kesalahan desain atau kendala operasional. Risiko juga mencakup aspek sosial, politik, hukum, hingga ancaman terhadap lingkungan hidup. Artikel ilmiah yang ditulis oleh Nova Nevila Rodhi, Nadjadji Anwar, dan I Putu Artama Wiguna mengulas secara mendalam berbagai faktor risiko ini dan bagaimana teknik penilaian risiko bisa digunakan untuk mengelola proyek dengan lebih berkelanjutan.
Studi yang menjadi dasar resensi ini mengangkat proyek migas di Bojonegoro sebagai contoh nyata. Proyek eksplorasi di Blok Cepu dimulai pada 2005 oleh salah satu perusahaan minyak besar, yang kemudian berhasil mencapai produksi 28.000 barel minyak mentah per hari pada 2007. Target puncak produksi sebesar 165.000 barel per hari awalnya diharapkan tercapai pada 2013, namun mundur hingga 2015.
Menariknya, pencapaian target produksi ini sangat bergantung pada pasokan air sebesar 0,944 meter kubik per detik, yang harus disuplai dari Sungai Bengawan Solo. Ketergantungan terhadap sumber daya alam ini membuka risiko baru yang berkaitan dengan lingkungan dan sosial, mulai dari kekeringan, konflik air, hingga degradasi ekosistem.
Klasifikasi Risiko: Internal dan Eksternal
Dalam literatur yang dianalisis oleh penulis, risiko proyek dibagi menjadi dua kategori utama: risiko internal dan risiko eksternal.
Risiko internal mencakup elemen yang berada dalam kendali langsung proyek, seperti:
Sedangkan risiko eksternal mencakup elemen-elemen yang sulit dikendalikan, seperti:
Pentingnya memahami kedua jenis risiko ini tidak bisa diabaikan. Jika salah satu dari elemen ini tidak diantisipasi sejak awal, proyek dapat mengalami pembengkakan biaya, keterlambatan, atau bahkan pembatalan total.
Risiko Lingkungan: Masalah yang Sering Diremehkan
Dalam sektor migas, risiko lingkungan menjadi aspek yang sangat kritis. Aktivitas eksplorasi dan produksi migas, apalagi di wilayah daratan seperti Blok Cepu, memiliki potensi mencemari air tanah, merusak ekosistem sungai, dan menghasilkan limbah berbahaya.
Ironisnya, banyak studi dan kebijakan masih terlalu fokus pada aspek teknis atau keuangan, dan mengabaikan pentingnya perlindungan lingkungan. Padahal, risiko lingkungan justru memiliki dampak jangka panjang yang sulit dipulihkan. Oleh karena itu, pendekatan penilaian risiko yang terintegrasi sangat diperlukan—yang tidak hanya menghitung dampak langsung terhadap proyek, tetapi juga terhadap keberlanjutan lingkungan dan sosial.
Teknik Penilaian Risiko: Dari Teori hingga Aksi Nyata
Penulis melakukan tinjauan mendalam terhadap teknik penilaian risiko yang digunakan secara global dalam proyek konstruksi, khususnya yang relevan untuk industri migas. Salah satu pendekatan yang sering direkomendasikan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Teknik ini bekerja dengan membagi kompleksitas risiko menjadi hierarki sederhana, kemudian memberi bobot prioritas berdasarkan dampaknya.
Pendekatan lain yang cukup populer adalah Decision Tree Analysis (DTA), di mana berbagai skenario risiko dianalisis secara grafis untuk mengevaluasi kemungkinan hasil yang berbeda. Kombinasi antara AHP dan DTA memberikan hasil yang lebih akurat dalam menentukan strategi mitigasi.
Model-model berbasis statistik seperti Monte Carlo Simulation juga disebutkan sebagai alat bantu penting untuk mengevaluasi probabilitas risiko dalam kondisi ketidakpastian tinggi. Sementara itu, penggunaan teori Fuzzy Logic dapat membantu mengakomodasi ketidakjelasan data atau informasi yang bersifat kualitatif, seperti opini ahli atau persepsi masyarakat.
Tantangan Utama: Jarak antara Teori dan Praktik
Salah satu temuan paling penting dari studi ini adalah adanya kesenjangan besar antara teori penilaian risiko dan implementasi di lapangan. Meskipun tersedia banyak model dan perangkat penilaian, sangat sedikit proyek konstruksi migas di Indonesia yang benar-benar mengimplementasikannya secara menyeluruh.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
Padahal, ketika penilaian risiko dilakukan dengan baik, proyek tidak hanya menjadi lebih aman dan efisien, tetapi juga lebih diterima oleh masyarakat dan ramah lingkungan.
Rekomendasi: Menuju Model Penilaian Risiko Terpadu
Penulis menyarankan agar ke depan dikembangkan model penilaian risiko yang sederhana, terintegrasi, dan mudah diimplementasikan oleh praktisi di lapangan. Model ini harus mencakup:
Model seperti ini akan sangat bermanfaat untuk membantu pemangku kebijakan dan manajer proyek dalam mengambil keputusan yang seimbang antara keuntungan ekonomi dan tanggung jawab sosial-lingkungan.
Menuju Keberlanjutan: Bukan Lagi Pilihan, Tapi Keharusan
Dalam konteks perubahan iklim global dan meningkatnya kesadaran publik terhadap dampak lingkungan proyek industri, manajemen risiko bukan lagi sekadar alat teknis. Ia telah menjadi strategi utama untuk memastikan keberlanjutan. Industri migas, yang sering kali dianggap sebagai industri "kotor", kini dituntut untuk berubah menjadi lebih transparan, adaptif, dan berorientasi pada masa depan.
Hal ini bisa dicapai jika pendekatan penilaian risiko yang menyeluruh benar-benar diadopsi sejak tahap awal proyek. Tidak cukup hanya dengan memenuhi regulasi minimum; proyek-proyek harus mampu menjadi contoh bagi penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) yang sesungguhnya.
Penutup: Membangun Masa Depan dengan Mengelola Risiko Hari Ini
Resensi ini menegaskan bahwa memahami risiko bukan hanya tentang menghindari kerugian, tetapi juga tentang membuka peluang. Ketika proyek migas direncanakan dengan mempertimbangkan risiko sosial, lingkungan, dan operasional secara seimbang, hasilnya bukan hanya proyek yang sukses secara teknis, tetapi juga berkelanjutan secara sosial dan ekologis.
Model manajemen risiko yang diusulkan dalam studi ini bukan sekadar alat pengukur bahaya, melainkan juga kompas penunjuk arah dalam merancang masa depan industri konstruksi yang lebih bertanggung jawab.
Referensi Asli:
Rodhi, Nova Nevila; Anwar, Nadjadji; Wiguna, I Putu Artama. Studi Literatur terhadap Faktor Risiko Proyek Konstruksi dalam Industri Migas untuk Mencapai Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Saintek, Vol. 15, No. 2, Desember 2018, hlm. 71–75.
Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Keselamatan kebakaran di fasilitas medis menjadi perhatian utama, terutama karena tingginya kadar oksigen di rumah sakit yang dapat mempercepat penyebaran api. Selain itu, mobilitas terbatas pasien juga meningkatkan risiko dalam proses evakuasi darurat. Paper ini mengeksplorasi simulasi kebakaran dan evakuasi untuk menilai Required Safe Evacuation Time (RSET) dan Available Safe Evacuation Time (ASET) menggunakan perangkat lunak Fire Dynamic Simulator (FDS) dan Pathfinder. Penelitian ini menemukan bahwa kadar oksigen yang lebih tinggi dapat mengurangi waktu aman evakuasi hingga kurang dari 150 detik, menjadikan tindakan mitigasi sangat penting untuk keselamatan pasien dan tenaga medis.
Penelitian ini menggunakan pendekatan berbasis simulasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Dalam lingkungan normal, kadar oksigen atmosfer adalah 21%, namun di rumah sakit, terutama di ruang operasi atau ruang perawatan intensif, kadar ini bisa meningkat hingga 25%. Studi ini menemukan bahwa:
Paper ini membandingkan Required Safe Evacuation Time (RSET) dan Available Safe Evacuation Time (ASET):
Simulasi menunjukkan bahwa jika ASET lebih kecil dari RSET, maka penghuni tidak akan memiliki cukup waktu untuk melarikan diri.
Penelitian ini juga menguji berbagai skenario keterlambatan evakuasi (delay time), yang mencakup:
Hasilnya menunjukkan bahwa:
Penelitian ini menggunakan model simulasi jalur evakuasi Pathfinder untuk menguji efektivitas berbagai jalur keluar. Hasilnya menunjukkan bahwa:
Salah satu kejadian nyata yang diangkat dalam penelitian ini adalah ledakan tangki oksigen di rumah sakit Baghdad pada April 2021, yang menyebabkan 82 kematian dan ratusan korban luka.
Kasus ini menggarisbawahi pentingnya sistem mitigasi oksigen berlebih dan protokol evakuasi yang lebih efisien untuk fasilitas medis.
Berdasarkan temuan penelitian, beberapa langkah mitigasi yang direkomendasikan untuk meningkatkan keselamatan kebakaran di rumah sakit meliputi:
1. Kontrol Kadar Oksigen
2. Meningkatkan Sistem Deteksi Kebakaran
3. Optimalisasi Jalur Evakuasi
4. Penggunaan Teknologi dalam Evakuasi
Penelitian ini menunjukkan bahwa fasilitas medis dengan kadar oksigen tinggi memiliki risiko kebakaran yang jauh lebih besar dibandingkan bangunan biasa.
Dengan menerapkan rekomendasi ini, rumah sakit dapat mengurangi dampak kebakaran, meningkatkan efisiensi evakuasi, serta melindungi pasien dan tenaga medis dari risiko yang tidak perlu.
Sumber
Shaikh, M. A., Karim, R., Daniel, N. M., & Khan, M. A. (2024). Fire Safety Status and Evacuation of Medical Facility Considering Elevated Oxygen Concentrations. Heliyon, 10, e36847.
Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Keselamatan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana merupakan aspek yang sangat penting dalam operasional perusahaan. Banyak perusahaan mengalami kesulitan untuk kembali beroperasi setelah mengalami gangguan akibat bencana, sebagaimana hasil penelitian University of Minnesota yang menunjukkan bahwa 90% perusahaan tidak dapat bangkit setelah 10 hari mengalami kegagalan sistem kritis. Paper ini meneliti implementasi sistem tanggap darurat di PT. LG Electronics Indonesia berdasarkan standar National Fire Protection Association (NFPA) 1600, yang merupakan standar internasional untuk keberlanjutan bisnis, kesiapsiagaan darurat, dan manajemen krisis.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan triangulasi data, yang mencakup:
Teknik purposive sampling digunakan untuk memilih responden utama, yang terdiri dari General Manager, Koordinator Tim Tanggap Darurat, dan Ahli K3 perusahaan. Dari 194 elemen indikator NFPA 1600, hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Beberapa aspek yang sudah sesuai meliputi manajemen program, perencanaan, pelatihan, serta pengujian sistem tanggap darurat. Namun, masih ada kekurangan dalam perencanaan pemulihan pasca-bencana (recovery) dan kelengkapan fasilitas darurat. Penelitian mengungkapkan bahwa PT. LG Electronics Indonesia memiliki area berisiko tinggi, seperti:
Sepanjang tahun 2019, terjadi beberapa kebakaran kecil di area produksi vacuum forming, dengan total kerugian sebesar Rp131.964.000. Kebakaran ini berhasil dipadamkan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR), tetapi menunjukkan perlunya peningkatan dalam pengelolaan risiko kebakaran. Perusahaan telah membentuk tim tanggap darurat, dengan prosedur evakuasi yang jelas. Namun, ada beberapa kelemahan yang ditemukan:
Sebagai perbandingan, penerapan sistem tanggap darurat di Jepang setelah gempa dan tsunami 2011 menunjukkan bahwa perusahaan dengan sistem tanggap darurat yang matang dapat pulih lebih cepat. Penelitian oleh Nanto (2011) menunjukkan bahwa industri manufaktur Jepang mengalami kerugian hingga $309 miliar, tetapi perusahaan yang memiliki perencanaan pemulihan yang baik mampu melanjutkan produksi lebih cepat dibandingkan yang tidak memiliki sistem pemulihan.
Kesimpulan
Saran
Sumber Artikel
Fairuz Nabila Asfarisya, Herry Koesyanto. Implementasi Sistem Tanggap Darurat berdasarkan National Fire Protection Association (NFPA) 1600 di PT. LG Electronics Indonesia. Indonesian Journal of Public Health and Nutrition, Vol. 1, No. 2, 2021, 223-233.
Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Keselamatan kebakaran merupakan bagian integral dari mitigasi risiko bencana, terutama bagi anak-anak yang sering kali kurang memiliki pemahaman yang memadai mengenai bahaya api. Penelitian ini menggunakan metode rapid evidence assessment, yaitu teknik analisis literatur yang mengumpulkan dan menganalisis berbagai penelitian ilmiah yang relevan dengan topik edukasi keselamatan kebakaran untuk anak-anak. Dari 90 sumber yang diidentifikasi, sebanyak 51 studi memenuhi kriteria inklusi, yang mencakup:
Hasil penelitian ini mengungkapkan 25 praktik berbasis bukti yang dikategorikan dalam tujuh tema utama: teori perubahan, target, pendekatan, konten, sumber daya, implementasi, dan evaluasi. Program keselamatan kebakaran berbasis sekolah umumnya didasarkan pada asumsi bahwa anak-anak memiliki kapasitas terbatas dalam memahami risiko kebakaran dan bereaksi secara rasional dalam keadaan darurat. Oleh karena itu, pendidikan keselamatan kebakaran bertujuan untuk meningkatkan kesadaran anak-anak akan bahaya api dan mendorong mereka mengambil tindakan yang benar saat menghadapi situasi kebakaran.
Studi menunjukkan bahwa pendekatan yang paling efektif adalah menyesuaikan materi edukasi dengan tahap perkembangan anak. Misalnya:
Pendekatan yang Efektif dalam Program Keselamatan Kebakaran
Materi keselamatan kebakaran yang berfokus pada perubahan perilaku lebih efektif dibandingkan pendekatan berbasis teori semata. Beberapa strategi yang digunakan meliputi:
Efektivitas edukasi keselamatan kebakaran dapat ditingkatkan dengan penggunaan alat bantu yang lebih nyata, seperti:
Program keselamatan kebakaran yang berhasil harus menjadi bagian dari kegiatan rutin di sekolah dan tidak hanya dilakukan sekali atau dua kali dalam setahun.
Paper ini menekankan pentingnya pengukuran dampak program edukasi keselamatan kebakaran. Beberapa metode evaluasi yang direkomendasikan meliputi:
Beberapa negara telah menerapkan pendekatan berbasis bukti dalam edukasi keselamatan kebakaran:
Kesimpulan
Saran
Sumber Artikel
Kamarah Pooley, Sonia Nunez, Mark Whybro. Evidence-based Practices of Effective Fire Safety Education Programming for Children. Australian Journal of Emergency Management, Vol. 36, No. 2, April 2021.
Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Kebakaran di terminal petikemas merupakan ancaman serius yang dapat menyebabkan kerugian besar, baik dari segi aset, proses kerja, maupun keselamatan pekerja. PT. Nilam Port Terminal Indonesia (NPTI) sebagai salah satu terminal petikemas di Tanjung Perak, Surabaya, memiliki potensi bahaya kebakaran yang tinggi akibat berbagai faktor seperti muatan berbahaya, lingkungan kerja yang ekstrem, dan instalasi listrik yang kompleks. Paper yang ditulis oleh Imroatul Husna dan Ekka Pujo Ariesanto Akhmad ini membahas sistem tanggap darurat kebakaran di PT. Nilam Port Terminal Indonesia, mengevaluasi implementasi sistem tersebut, serta memberikan rekomendasi untuk peningkatan efektivitasnya.
Menurut penelitian ini, sistem tanggap darurat kebakaran yang efektif mencakup aspek pencegahan, penanggulangan, serta rehabilitasi pasca kebakaran. Sistem yang diterapkan harus sesuai dengan regulasi yang berlaku, seperti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/2008 dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 186/1999.
Sistem ini melibatkan:
PT. NPTI telah memasang 25 unit APAR di area lapangan penumpukan. Setiap unit RTG (Rubber Tyred Gantry) dilengkapi dengan 5 unit APAR dari jenis powder dan foam. Namun, penempatan beberapa APAR ditemukan tidak sesuai standar, seperti digantung di pagar pembatas tanpa pengaman yang kuat. Selain itu, pemeliharaan APAR hanya dilakukan secara formalitas, tanpa pengecekan mendetail terhadap kondisi fisik dan tekanan alat. Paper ini mencatat bahwa PT. NPTI memiliki empat unit hidran yang terletak di pinggir lapangan penumpukan. Pengujian hidran dilakukan setiap bulan, namun ditemukan kendala berupa kotak hidran yang dikunci. Hal ini dapat memperlambat respons dalam keadaan darurat karena kunci harus dibuka terlebih dahulu, yang bertentangan dengan peraturan keselamatan kerja.
Pelatihan atau simulasi tanggap darurat dilakukan setiap tiga bulan sekali, sesuai dengan standar Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 186/MEN/1999. Namun, penelitian ini mencatat bahwa tidak semua pekerja aktif berpartisipasi dalam pelatihan, yang dapat mengurangi efektivitas respons dalam keadaan darurat. PT. NPTI telah membentuk tim ERT yang terdiri dari staf kantor, petugas keamanan, operator RTG, dan mekanik. Tim ini bertugas menangani insiden kebakaran di lapangan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dan kesiapan tim masih perlu ditingkatkan melalui pelatihan yang lebih intensif.
Paper ini juga menyoroti bahwa lapangan penumpukan berisi berbagai jenis muatan, termasuk bahan berbahaya (Dangerous Goods), yang memiliki potensi tinggi untuk menyebabkan kebakaran. Faktor lingkungan seperti cuaca panas ekstrem dan sumber daya listrik dari mesin-mesin berat semakin meningkatkan risiko kebakaran. Secara keseluruhan, sistem tanggap darurat kebakaran di PT. Nilam Port Terminal Indonesia telah berjalan sesuai regulasi, namun masih memiliki beberapa kekurangan dalam implementasi yang perlu segera diperbaiki. Beberapa aspek yang perlu ditingkatkan adalah:
Penelitian ini memberikan wawasan yang sangat berharga dalam memahami bagaimana sebuah terminal petikemas dapat meningkatkan kesiapsiagaannya terhadap kebakaran. Di era modern ini, penting bagi perusahaan untuk terus memperbarui sistem keselamatan mereka dengan teknologi terbaru, seperti penggunaan sistem deteksi otomatis yang lebih canggih dan integrasi dengan perangkat pintar untuk pemantauan jarak jauh.
Kesimpulan
Paper ini menyajikan analisis yang komprehensif tentang sistem tanggap darurat kebakaran di PT. Nilam Port Terminal Indonesia. Meskipun perusahaan telah menerapkan berbagai langkah mitigasi, masih terdapat beberapa aspek yang harus diperbaiki agar sistem tanggap darurat lebih efektif. Dengan perbaikan dalam penempatan alat pemadam kebakaran, peningkatan kesadaran pekerja, serta optimalisasi pelatihan dan prosedur, PT. NPTI dapat meminimalisir risiko kebakaran di lapangan penumpukan mereka.
Sumber Artikel
Imroatul Husna, Ekka Pujo Ariesanto Akhmad. Analisis Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Lapangan Penumpukan Terminal Petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia Tanjung Perak Surabaya. Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 11, Nomor 1, September 2020. DOI: 10.30649/japk.v11i1.64.
Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Keselamatan kerja dalam industri peleburan besi menjadi perhatian utama mengingat tingginya potensi bahaya yang dapat terjadi, terutama ledakan dan kebakaran. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional menggunakan pendekatan observasional kuantitatif. Sampel penelitian terdiri dari 72 orang tim tanggap darurat, yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Responden terdiri dari empat staf Safety Health Environment (SHE), satu penanggung jawab Electric Arc Furnace (EAF), serta enam anggota tim darurat. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi lapangan, serta analisis dokumen internal perusahaan terkait sistem tanggap darurat.
Evaluasi kesiapan tanggap darurat dilakukan dengan mengacu pada International Safety Rating System (ISRS), yang mencakup beberapa elemen:
Dari 670 poin harapan dalam ISRS, PT. X memperoleh skor 620 poin (92,5%), menunjukkan bahwa sistem tanggap darurat perusahaan telah cukup baik, namun masih memerlukan perbaikan pada beberapa aspek. Rincian hasil evaluasi adalah sebagai berikut:
Penelitian ini mengidentifikasi beberapa faktor risiko utama yang berpotensi menyebabkan ledakan dan kebakaran di area Electric Arc Furnace (EAF), antara lain:
Pada tahun 2004, terjadi ledakan besar di area peleburan besi PT. X yang menyebabkan 13 pekerja mengalami luka berat, satu di antaranya meninggal dunia. Insiden ini disebabkan oleh scrap yang mengandung kadar air tinggi, yang bereaksi dengan logam cair dan menghasilkan gas hidrogen yang mudah meledak. Selain itu, banyak pekerja saat itu tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan standar keselamatan. Setelah kejadian tersebut, perusahaan mulai menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berbasis OHSAS 18001, yang terintegrasi dengan ISO 14001 dan ISO 9001. Perusahaan juga meningkatkan prosedur tanggap darurat dengan latihan evakuasi berkala dan pemantauan suhu furnace secara real-time.
Saat ini, pelatihan bagi tim tanggap darurat di PT. X sudah cukup baik, tetapi perlu ditingkatkan dalam beberapa aspek:
Salah satu kelemahan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kurangnya sistem komunikasi darurat yang efektif dengan masyarakat sekitar. Perusahaan perlu mengembangkan:
Beberapa rambu dan alat proteksi di PT. X mengalami kerusakan dan perlu diperbaiki. Rekomendasi dalam aspek ini meliputi:
Kesimpulan
Sumber Artikel
Putri Anggitasari, M. Sulaksmono. Penilaian Emergency Response Preparedness untuk Proteksi Ledakan pada Area Peleburan Besi pada PT. X. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1, Jan-Jun 2014, 71-81.