Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025
Mata Air Sebagai Sumber Kehidupan di Desa Tolnaku
Air merupakan elemen vital bagi kehidupan manusia, terutama air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Di banyak daerah pedesaan, mata air menjadi sumber utama air bagi masyarakat. Namun, mata air rentan terhadap pencemaran akibat aktivitas manusia dan faktor alam. Penelitian oleh Susanti Y. Manune, Kristina Moi Nono, dan Demak E. R. Damanik (2019) meneliti kualitas air pada tiga sumber mata air penting di Desa Tolnaku, Kecamatan Fatule’u, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, yaitu mata air Betmanu, Oelmela, dan Oelekam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air dan sumber pencemar berdasarkan parameter fisik, kimia, dan biologi, serta membandingkannya dengan standar baku mutu air bersih.
Pengambilan Sampel dan Analisis Laboratorium
Penelitian dilakukan pada Desember 2017–Januari 2018 dengan metode survei deskriptif. Sampel air diambil dari tiga sumber mata air pada empat stasiun berbeda: titik mata air, 10 meter dari mata air, dan 20 meter dari mata air (untuk mata air terbuka Betmanu dan Oelmela), serta titik mata air saja (untuk mata air tertutup Oelekam). Pengukuran bau, suhu, pH, dan Total Dissolved Solid (TDS) dilakukan langsung di lokasi (in-situ) selama tiga hari. Analisis kualitas air (Total Suspended Solid/TSS, Chemical Oxygen Demand/COD, dan bakteri) dilakukan di Laboratorium FKIP Biologi dan Kimia, Undana Kupang. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Desa Tolnaku memiliki topografi bervariasi dengan iklim tropis kering. Mata air berada di tengah perkebunan masyarakat yang didominasi pohon kelapa dan pinang. Terdapat perbedaan pada penampungan mata air: Oelekam memiliki penutup dan pipa penyalur air bersih, sedangkan Betmanu dan Oelmela masih terbuka. Aktivitas masyarakat seperti mandi, mencuci, dan memberi minum hewan ternak dilakukan di sekitar mata air terbuka.
Parameter Fisika
Parameter Kimia
Parameter Biologi
Analisis dan Diskusi: Faktor Pencemaran dan Risiko Kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mata air Betmanu memenuhi syarat sebagai air minum berdasarkan parameter fisik dan kimia, namun semua mata air tercemar secara mikrobiologis. Parameter COD pada mata air Oelmela dan Oelekam juga melampaui ambang batas.
Faktor pencemaran utama adalah:
Kondisi ini berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat Desa Tolnaku yang seringkali langsung meminum air tanpa direbus terlebih dahulu.
Perbandingan dengan Penelitian Lain dan Implikasi
Penelitian serupa di mata air Lahurus, Kabupaten Belu, NTT, juga menemukan nilai pH yang rendah dan keberadaan fecal coliform 34. Studi lain mengenai kualitas air tanah di Kupang menemukan bahwa aktivitas masyarakat dapat mencemari lingkungan sumber air 5. Hasil ini menggarisbawahi bahwa perlindungan dan pengelolaan sumber mata air secara berkelanjutan sangat penting untuk menjamin ketersediaan air bersih yang aman bagi masyarakat.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Mata air Betmanu, Oelmela, dan Oelekam di Desa Tolnaku memenuhi syarat air minum berdasarkan parameter fisik (bau, suhu, TDS, TSS) dan pH, namun tidak memenuhi syarat karena tingginya kandungan bakteri coliform dan COD pada mata air Oelmela dan Oelekam12. Sumber pencemar berasal dari sampah organik, aktivitas manusia, dan kotoran hewan12.
Penelitian ini merekomendasikan:
Dengan pengelolaan yang baik, mata air di Desa Tolnaku dapat terus menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat setempat.
Sumber Asli Artikel
Manune, S. Y., Nono, K. M., & Damanik, D. E. R. (2019). Analisis Kualitas Air pada Sumber Mata Air di Desa Tolnaku Kecamatan Fatule’u Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur. Jurnal Biotropikal Sains, 16(1), 40-5312.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025
Tantangan Kualitas Air Sungai Ciliwung
Sungai Ciliwung merupakan sungai terbesar yang melintasi wilayah Jakarta dan sekitarnya, memiliki peran penting sebagai sumber air untuk rekreasi, budidaya perikanan, dan penghijauan. Namun, kualitas airnya cenderung menurun akibat limbah domestik dan industri yang dibuang ke sungai tanpa pengolahan memadai. Metode konvensional pemantauan kualitas air yang dilakukan dengan pengambilan sampel manual dan analisis laboratorium memiliki keterbatasan waktu dan cakupan data. Oleh karena itu, penelitian oleh Mohammad Haekal dan Wahyu Catur Wibowo (2023) mengadopsi pendekatan sains data dan pembelajaran mesin untuk memprediksi kualitas air Sungai Ciliwung secara lebih efektif dan akurat.
Pemanfaatan Teknologi ONLIMO dan Model Machine Learning
Penelitian menggunakan data hasil pemantauan kualitas air Sungai Ciliwung selama satu tahun penuh (1 Januari–31 Desember 2018) yang diperoleh melalui teknologi Online Monitoring (ONLIMO) dari BPPT (sekarang BRIN). Data yang dikumpulkan sebanyak 5.476 poin pengukuran dengan interval satu jam, meliputi delapan parameter utama: pH, Dissolved Oxygen (DO), Nitrat, Kekeruhan, Total Dissolved Solids (TDS), Salinitas, Konduktivitas Listrik (DHL), dan Suhu.
Untuk memprediksi kualitas air, empat model pembelajaran mesin diuji, yaitu:
Data dibagi menjadi 80% untuk pelatihan dan 20% untuk pengujian, dengan pembersihan data anomali sekitar 0,67%.
Performa Model dan Evaluasi Akurasi
Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
Model JST diuji dengan 1, 3, 5, 7, dan 9 hidden layer, masing-masing dengan 3 node per layer. Model dengan 5 hidden layer menunjukkan performa terbaik dengan:
Model ini mampu memprediksi kategori kualitas air “memenuhi” dan “tidak memenuhi” baku mutu dengan tingkat kesalahan paling rendah dibanding konfigurasi lain.
Support Vector Machine (SVM)
Model SVM menunjukkan akurasi lebih rendah, yaitu 79,3%, dengan nilai recall 63,3% dan precision 56,7%. Hal ini menunjukkan SVM kurang optimal pada dataset besar dan kompleks seperti data kualitas air Ciliwung.
Random Forest
Random Forest memberikan hasil terbaik secara keseluruhan dengan akurasi mencapai 99,7%, recall dan specificity 100%, precision 99%, dan F1 Score 99,5%. Model ini sangat efektif mengklasifikasikan data kualitas air dengan kesalahan minimal (false positive dan false negative sangat kecil).
Naive Bayes
Naive Bayes memiliki akurasi 89,5%, recall 99,3%, dan precision 64,8%, menunjukkan performa cukup baik namun masih kalah dari JST dan Random Forest.
Studi Kasus: Prediksi Kualitas Air Sungai Ciliwung
Data pemantauan menunjukkan variasi kualitas air dengan beberapa titik waktu yang tidak memenuhi baku mutu, terutama pada parameter kekeruhan dan DO. Model Random Forest dan JST 5 hidden layer mampu memprediksi kondisi ini dengan sangat baik, memberikan peluang untuk pengelolaan sungai yang lebih responsif dan tepat waktu.
Analisis Kritis dan Nilai Tambah
Penelitian ini membuktikan bahwa metode pembelajaran mesin, terutama Random Forest dan JST, sangat efektif untuk memprediksi kualitas air sungai berdasarkan data pemantauan real-time. Pendekatan ini mengatasi keterbatasan metode konvensional yang lambat dan kurang responsif terhadap perubahan kualitas air secara dinamis.
Dibandingkan dengan studi lain, hasil ini konsisten dengan temuan bahwa Random Forest unggul dalam menangani dataset besar dan kompleks, sedangkan SVM kurang optimal pada skala data tersebut. Penelitian ini juga mengadopsi teknologi ONLIMO yang memungkinkan pengumpulan data berkala dan real-time, menjadikan prediksi lebih akurat dan aplikatif.
Kritik dan Saran Pengembangan
Kesimpulan
Model pembelajaran mesin Random Forest dan Jaringan Syaraf Tiruan dengan 5 hidden layer memiliki potensi besar untuk memprediksi kualitas air Sungai Ciliwung dengan akurasi tinggi, di atas 89%. Pendekatan ini dapat menjadi alat bantu penting bagi pengambil kebijakan dan pengelola lingkungan dalam menjaga kualitas air sungai secara berkelanjutan. Penelitian ini membuka peluang pengembangan sistem monitoring kualitas air yang lebih canggih dan responsif di masa depan.
Sumber Asli Artikel
Haekal, M., & Wibowo, W. C. (2023). Prediksi Kualitas Air Sungai Menggunakan Metode Pembelajaran Mesin: Studi Kasus Sungai Ciliwung. Jurnal Teknologi Lingkungan, 24(2), 273-282.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025
Tantangan Kualitas Air di Danau Toba
Danau Toba, danau vulkanik terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, memiliki peranan penting sebagai sumber daya ekologis dan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Namun, aktivitas manusia seperti limbah domestik, pertanian, perikanan, industri, dan pariwisata memberikan tekanan besar terhadap kualitas air danau ini. Penurunan kualitas air yang terjadi mengancam ekosistem dan kenyamanan masyarakat serta wisatawan. Oleh karena itu, pemantauan kualitas air secara kontinyu dan real-time sangat dibutuhkan untuk mendukung pengelolaan yang berkelanjutan.
Penelitian oleh Damayanti et al. (2022) memanfaatkan teknologi ONLIMO (Online Monitoring) yang dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk memantau kualitas air Danau Toba secara online dan real-time. Studi ini bertujuan mengukur dan menganalisis status mutu air di dua stasiun pengamatan di Kabupaten Toba, yaitu di Desa Marom (STO11) dan Desa Pardamean Ajibata (STO12).
Teknologi ONLIMO dan Parameter Pengukuran
Pemantauan dilakukan pada bulan Desember 2017 dengan pengambilan data setiap satu jam selama 24 jam penuh. Teknologi ONLIMO menggunakan multiprobe sensor yang mampu mengukur berbagai parameter penting kualitas air, yaitu:
Data yang dikumpulkan oleh sensor disimpan dalam data logger dan dikirim secara otomatis ke server pusat melalui jaringan GSM untuk dianalisis menggunakan metode STORET. Metode ini membandingkan data kualitas air dengan baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990.
Status Mutu Air di Dua Stasiun
Suhu dan pH
Dissolved Oxygen (DO)
Kekeruhan (Turbidity)
Daya Hantar Listrik (DHL) dan Total Dissolved Solids (TDS)
Nitrat dan Amonia
Analisis Status Mutu Air Menggunakan Metode STORET
Berdasarkan skor STORET, status mutu air di stasiun 1 (Marom) tergolong kelas B (cemar ringan) dengan skor antara -10 hingga -5, tanpa perubahan signifikan selama pengamatan. Sedangkan di stasiun 2 (Ajibata) status mutu air bervariasi antara kelas A (baik), B (cemar ringan), dan C (cemar sedang) dengan skor antara 0 hingga -15, menunjukkan penurunan kualitas air selama periode pengamatan.
Parameter yang paling berkontribusi terhadap pencemaran di stasiun 1 adalah DO dan kekeruhan, sementara di stasiun 2 adalah kekeruhan, DO, dan amonia.
Studi Kasus dan Implikasi
Stasiun 2 yang berada di kawasan pariwisata dan pelabuhan Ajibata menunjukkan kualitas air yang lebih buruk dibandingkan stasiun 1 di Marom. Tingginya kekeruhan dan amonia di Ajibata kemungkinan besar disebabkan oleh aktivitas manusia seperti limbah domestik, pariwisata, dan transportasi air. Kondisi ini mengancam ekosistem dan kenyamanan wisatawan, serta berpotensi merusak habitat biota air.
Nilai Tambah dan Kritik
Penelitian ini menawarkan pendekatan modern dengan teknologi ONLIMO yang memungkinkan pemantauan kualitas air secara online, real-time, dan kontinyu. Hal ini mengatasi kendala pemantauan manual seperti jarak lokasi ke laboratorium, biaya tinggi, dan keterlambatan pelaporan.
Namun, keterbatasan penelitian adalah cakupan waktu yang hanya satu bulan dan hanya dua stasiun, sehingga belum menggambarkan dinamika musiman dan spasial secara menyeluruh. Penambahan titik pengamatan dan periode monitoring yang lebih panjang akan meningkatkan representasi data.
Hubungan dengan Tren Global dan Industri
Pemanfaatan teknologi telemetri dan sensor multiparameter untuk monitoring kualitas air sesuai dengan tren global dalam pengelolaan sumber daya air berkelanjutan. Sistem seperti ONLIMO mendukung tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) terutama target air bersih dan sanitasi. Selain itu, data real-time membantu pengambil kebijakan dan pengelola lingkungan dalam mengambil tindakan cepat untuk mencegah pencemaran lebih lanjut.
Kesimpulan
Kualitas air Danau Toba di Kabupaten Toba pada bulan Desember 2017 secara umum tergolong tercemar ringan, terutama di kawasan Ajibata yang dipengaruhi aktivitas manusia dan pariwisata. Parameter DO, kekeruhan, dan amonia menjadi indikator utama pencemaran. Teknologi ONLIMO terbukti efektif untuk monitoring kualitas air secara online dan real-time, memberikan data yang akurat dan cepat. Pengembangan dan perluasan sistem ini sangat direkomendasikan untuk pengelolaan dan konservasi Danau Toba yang lebih baik.
Sumber Asli Artikel
Damayanti, A. A., Wahjono, H. D., & Santoso, A. D. (2022). Pemantauan Kualitas Air Secara Online dan Analisis Status Mutu Air di Danau Toba, Sumatera Utara. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 9(3), 113-120.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025
Pentingnya Kualitas Air Sungai untuk Kehidupan Masyarakat Tasikmalaya
Kabupaten Tasikmalaya, dengan populasi hampir 2 juta jiwa, menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sumber daya air, khususnya kualitas air sungai yang menjadi sumber utama air baku bagi kebutuhan domestik, pertanian, dan sanitasi. Aktivitas manusia seperti industri, pertanian, dan pemukiman yang belum terkelola dengan baik menyebabkan penurunan kualitas air yang berdampak pada kesehatan dan ekosistem. Penelitian oleh Vita Meylani, Frista Mutiara, dan Farhan Fuadi Muslim (2024) ini bertujuan memantau dan menganalisis kualitas air di sembilan titik sungai di Kabupaten Tasikmalaya dengan menguji parameter fisik, kimia, dan mikrobiologi, serta membandingkan hasilnya dengan baku mutu nasional.
Metodologi: Sampling dan Pengujian Parameter Kualitas Air
Penelitian menggunakan metode grab sampling di sembilan titik strategis yang mewakili hulu dan hilir sungai di lima DAS utama Kabupaten Tasikmalaya. Pengujian dilakukan secara in situ menggunakan alat portable dan ex situ di laboratorium Dinas Lingkungan Hidup. Parameter yang diuji meliputi:
Baku mutu yang dijadikan acuan adalah Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 (fisik dan kimia) dan Permenkes No. 02 Tahun 2023 (mikrobiologi).
Hasil Studi: Gambaran Kualitas Air di Kabupaten Tasikmalaya
Parameter Fisik
Parameter Kimia
Parameter Mikrobiologi
Dampak Aktivitas Manusia dan Kondisi Lingkungan
Analisis Kritis dan Nilai Tambah Penelitian
Penelitian ini memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi kualitas air sungai di Tasikmalaya dengan pendekatan multidisiplin dan data primer yang kuat. Hasilnya menegaskan bahwa sebagian besar sungai masih memenuhi baku mutu untuk kelas II (irigasi, peternakan), tetapi belum aman untuk kebutuhan sanitasi dan hygiene rumah tangga karena kontaminasi mikrobiologis dan parameter fisik yang melampaui standar.
Dibandingkan dengan penelitian lain di wilayah serupa, pola pencemaran yang dominan berasal dari limbah domestik dan aktivitas pertambangan, yang merupakan tantangan umum di daerah semi-urban dan rural Indonesia. Penelitian ini juga relevan dengan tren global mengenai pentingnya pengelolaan sumber daya air secara terpadu dan berbasis data.
Rekomendasi dan Implikasi Kebijakan
Kesimpulan
Kualitas air sungai di Kabupaten Tasikmalaya secara umum masih memenuhi baku mutu kelas II untuk irigasi, peternakan, dan beberapa kebutuhan rumah tangga, tetapi belum aman untuk sanitasi dan hygiene karena pencemaran mikrobiologis dan fisik yang tinggi. Dua titik sungai di hilir menunjukkan kondisi paling buruk akibat aktivitas manusia dan industri. Penelitian ini menegaskan perlunya tindakan terpadu dan berkelanjutan untuk menjaga kualitas air demi kesehatan masyarakat dan kelestarian ekosistem.
Sumber Asli Artikel
Meylani, V., Mutiara, F., & Muslim, F.F. (2024). Pemantauan Kualitas Air Sungai di Kabupaten Tasikmalaya. Journal of Natural Sciences, 5(1), 64–76.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025
Sungai Cimanuk sebagai Sumber Daya Air Strategis
Sungai Cimanuk merupakan salah satu sungai utama di Jawa Barat yang memiliki potensi besar sebagai sumber air baku untuk berbagai keperluan, mulai dari air minum, irigasi, hingga industri dan perikanan. Dengan aliran sepanjang 180 km dan daerah pengaliran seluas 3.557 km² yang melintasi lima kabupaten, sungai ini sangat vital bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Namun, perkembangan aktivitas manusia seperti industri, permukiman, dan pertanian berpotensi menurunkan kualitas air sungai. Oleh karena itu, pemantauan kualitas air secara berkesinambungan dan penilaian terhadap kesesuaian air dengan peruntukannya menjadi sangat penting.
Pengambilan Sampel dan Evaluasi Kualitas Air
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel air di empat titik strategis sepanjang sungai, mulai dari hulu (Bayongbong) hingga hilir (Jatibarang). Pengukuran parameter kualitas air dilakukan di lapangan dan laboratorium, meliputi parameter fisika (suhu, pH, DO), kimia (BOD, COD, detergen, amonia, logam berat), dan biologi (kolitinja). Penilaian mutu air menggunakan metode STORET yang membandingkan hasil pengujian dengan baku mutu air sesuai Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dan SK Gubernur Jawa Barat No. 38 Tahun 1991.
Kondisi Kualitas Air dari Hulu ke Hilir
Oksigen Terlarut (DO) dan Indikator Organik
Parameter Kimia dan Logam Berat
Parameter Biologi: Kolitinja
Penilaian Status Mutu Air
Diskusi: Implikasi dan Tantangan Pengelolaan
Penelitian ini menegaskan bahwa meskipun kualitas air di hulu relatif baik, penurunan kualitas di hilir cukup signifikan terutama akibat limbah industri dan domestik. Parameter BOD, COD, amonia, detergen, logam berat, dan kolitinja menjadi indikator utama pencemaran yang harus mendapat perhatian serius.
Fenomena ini sejalan dengan kondisi sungai besar lain di Jawa Barat seperti Citarum dan Cisadane, yang juga mengalami pencemaran berat akibat aktivitas manusia. Penanganan limbah dan pengelolaan daerah aliran sungai yang terpadu menjadi kunci keberhasilan menjaga kualitas air.
Rekomendasi dan Upaya Perbaikan
Kesimpulan
Kualitas air Sungai Cimanuk secara umum masih memenuhi persyaratan untuk berbagai pemanfaatan di hulu, namun mengalami penurunan mutu menuju hilir akibat pencemaran organik, kimia, dan mikrobiologis. Status mutu air bervariasi dari cemar ringan hingga cemar berat tergantung lokasi dan klasifikasi baku mutu yang digunakan. Upaya pengelolaan terpadu dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian sumber daya air ini demi keberlangsungan sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Sumber Asli Artikel
Armaita Sutriati. “Penilaian Kualitas Air Sungai dan Potensi Pemanfaatannya Studi Kasus: Sungai Cimanuk.” Pusat Litbang Sumber Daya Air, Bandung.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025
Pentingnya Pemantauan Kualitas Air Danau Toba
Danau Toba, danau vulkanik terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, memiliki peranan penting dalam ekonomi regional melalui sektor perikanan, pariwisata, dan penyediaan air bersih. Namun, urbanisasi dan perubahan iklim telah memengaruhi kualitas air danau ini, sehingga pemantauan dan prediksi kualitas air menjadi sangat penting untuk pengelolaan sumber daya berkelanjutan. Penelitian oleh Parulian et al. (2024) bertujuan melakukan monitoring kualitas air Danau Toba dengan menggunakan citra satelit Landsat 8 dan MODIS dari Januari 2014 hingga April 2024, serta membandingkan metode peramalan univariat untuk memprediksi variabel kualitas air selama 12 bulan ke depan.
Studi Kasus dan Variabel Kualitas Air
Penelitian ini memfokuskan pada empat variabel utama kualitas air yang dapat dipantau melalui citra satelit:
Data time series dari 124 bulan ini dianalisis untuk mengidentifikasi pola dan tren, serta dilakukan uji stasioneritas untuk memastikan validitas model peramalan.
Metode Peramalan yang Digunakan
Penelitian membandingkan tiga metode peramalan deret waktu univariat:
Data dibagi menjadi 90% untuk pelatihan dan 10% untuk pengujian. Evaluasi model menggunakan metrik RMSE dan MAE menunjukkan ARIMA/SARIMA rata-rata memiliki performa terbaik secara keseluruhan.
Hasil Peramalan dan Interpretasi
Peramalan selama 12 bulan ke depan (Mei 2024–April 2025) menunjukkan:
Analisis Kritis dan Nilai Tambah Penelitian
Penelitian ini menggabungkan teknologi penginderaan jauh dengan metode statistik dan machine learning untuk memberikan gambaran komprehensif tentang kualitas air Danau Toba. Penggunaan citra satelit memungkinkan pemantauan luas dan berkala tanpa biaya tinggi pengambilan sampel lapangan.
Perbandingan metode peramalan memberikan insight penting bahwa metode klasik ARIMA/SARIMA masih sangat relevan dan kompetitif dibandingkan metode machine learning, terutama untuk data musiman dan stasioner. Namun, LSTM dan Prophet menawarkan keunggulan pada variabel dengan pola non-linear dan fluktuasi kompleks.
Kritik dan Saran Pengembangan
Relevansi dengan Tren Global dan Industri
Pemantauan kualitas air menggunakan citra satelit dan model peramalan merupakan tren global dalam pengelolaan sumber daya air berkelanjutan. Integrasi teknologi ini mendukung tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya target air bersih dan sanitasi. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah dan pengelola sumber daya di Danau Toba dan wilayah serupa dalam perencanaan konservasi dan mitigasi dampak perubahan iklim.
Kesimpulan
Kualitas air Danau Toba selama 2014–2024 masih dalam kategori baik berdasarkan variabel DO, pH, LST, dan NDTI. Metode ARIMA/SARIMA, Prophet, dan LSTM efektif dalam meramalkan kualitas air dengan keunggulan masing-masing. Prediksi 12 bulan ke depan menunjukkan tren positif untuk DO dan stabilitas pada variabel lain. Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam monitoring dan pengelolaan kualitas air danau menggunakan teknologi satelit dan metode statistik modern.
Sumber Asli Artikel
Firman Emmanuel Declarantius Parulian, Hasna Arifah Nur Fatih, Wimbi Uelsan Gurusinga, Robert Kurniawan. 2024. Peramalan Kualitas Air Danau Toba Melalui Citra Satelit dengan Model Peramalan Univariat. Seminar Nasional Sains Data 2024 (SENADA 2024), UPN “Veteran” Jawa Timur.