Manajemen Pemasok

Strategi Pengukuran Kinerja Rantai Pasok: Studi Kasus Shengda Market dan Lijin Agricultural Base

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025


Pendahuluan

Dalam industri rantai pasok agrikultur, efisiensi dan pengukuran kinerja menjadi faktor kunci dalam meningkatkan profitabilitas dan daya saing pasar. Shengda Market, salah satu rantai supermarket terbesar di Dongying, China, menerapkan strategi rantai pasok terintegrasi dengan Lijin Agricultural Base untuk meningkatkan kualitas produk dan menekan biaya operasional.

Penelitian yang dilakukan oleh Huanhuan Ouyang dalam tesisnya di HAMK Forssa tahun 2012 meneliti model pengukuran kinerja rantai pasok agrikultur di China, khususnya pada kemitraan Shengda Market dan Lijin Agricultural Base. Studi ini mengevaluasi efektivitas model integrasi “Intermediary organization + agricultural cooperative organizations” dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif, termasuk wawancara langsung dan kuesioner. Sebanyak 46 kuesioner efektif dikumpulkan untuk mengukur kinerja rantai pasok Shengda Market. Selain itu, analisis dilakukan menggunakan fuzzy comprehensive evaluation untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sistem yang diterapkan.

Temuan Utama

1. Model Integrasi “Intermediary Organization + Agricultural Cooperative Organizations”

  • Shengda Market beralih dari model rantai pasok tradisional ke model kemitraan langsung dengan petani, mengurangi ketergantungan pada perantara.
  • Kemitraan ini memungkinkan supermarket mendapatkan produk lebih segar dengan harga lebih kompetitif, sementara petani memperoleh kepastian pasar.
  • Hasil studi menunjukkan bahwa model ini dapat mengurangi biaya distribusi hingga 20-30%.

2. Efisiensi Logistik dan Pengurangan Biaya

  • Sebelumnya, proses distribusi membutuhkan waktu 2+ hari, tetapi dengan model baru, waktu ini dipangkas secara signifikan.
  • Dengan memiliki pusat logistik berteknologi tinggi, Shengda Market mampu meningkatkan kapasitas pemrosesan hingga 30.000 ton produk segar per tahun.
  • Keandalan pesanan meningkat menjadi 90%, meningkatkan kepuasan pelanggan.

3. Pengaruh terhadap Produksi Pertanian Lokal

  • Produksi sayur dan buah meningkat hampir 30% dibandingkan tahun sebelumnya setelah sistem ini diterapkan.
  • Petani mendapatkan akses ke teknologi pertanian dan informasi pasar yang lebih baik, mengurangi limbah hasil panen hingga 25-30%.
  • Harga produk lebih stabil karena rantai distribusi yang lebih pendek dan biaya logistik yang lebih rendah.

Strategi Optimal untuk Meningkatkan Kinerja Rantai Pasok

1. Peningkatan Teknologi dalam Manajemen Rantai Pasok

  • Menggunakan AI dan IoT dalam manajemen stok dan distribusi untuk mengurangi pemborosan.
  • Mengintegrasikan sistem ERP untuk komunikasi yang lebih baik antara pemasok dan pengecer.

2. Optimalisasi Model Kemitraan

  • Memperkuat kontrak jangka panjang dengan pemasok untuk memastikan stabilitas pasokan.
  • Mengembangkan sistem insentif berbasis kualitas dan efisiensi kepada petani yang berpartisipasi.

3. Penerapan Sistem Pengukuran Kinerja Berbasis Data

  • Menggunakan Balanced Scorecard (BSC) dan Supply Chain Operations Reference (SCOR) untuk analisis performa rantai pasok.
  • Meningkatkan transparansi data untuk memastikan keputusan bisnis lebih akurat dan cepat.

Kesimpulan

Penelitian ini menegaskan bahwa pengukuran kinerja rantai pasok sangat penting dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing pasar. Model integrasi “Intermediary Organization + Agricultural Cooperative Organizations” terbukti mampu mengurangi biaya distribusi, meningkatkan efisiensi logistik, dan memberikan manfaat bagi semua pihak dalam ekosistem rantai pasok.

Dengan menerapkan strategi rantai pasok berbasis data dan teknologi, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas, mempercepat distribusi, serta mengurangi biaya dan risiko operasional. Model ini menjadi contoh sukses bagaimana integrasi pemasok dan pengecer dapat menciptakan rantai pasok yang lebih berkelanjutan.

Sumber Asli:
Huanhuan Ouyang (2012). Supply Chain Performance Measurement: The Integrated Project of Shengda Market Chain and Lijin Agricultural Base. HAMK Forssa.

 

Selengkapnya
Strategi Pengukuran Kinerja Rantai Pasok: Studi Kasus Shengda Market dan Lijin Agricultural Base

Manajemen Pemasok

Supplier Relationship Management: Strategi Efektif Meningkatkan Kinerja Manufaktur Makanan & Minuman

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025


Pendahuluan

Dalam industri manufaktur makanan dan minuman, pengelolaan hubungan dengan pemasok (Supplier Relationship Management/SRM) menjadi faktor kunci dalam meningkatkan kinerja perusahaan. SRM yang buruk dapat menyebabkan biaya akuisisi tinggi, waktu tunggu panjang, kualitas bahan baku rendah, reputasi buruk, serta pangsa pasar dan profitabilitas yang rendah.

Penelitian oleh Fiona Wanjiku Mwangi dan Samuel Muli menyoroti pengaruh SRM terhadap kinerja organisasi di sektor manufaktur makanan dan minuman di Kiambu County, Kenya. Studi ini mengkaji empat elemen utama dalam SRM: segmentasi pemasok, kolaborasi pemasok, aliran informasi, dan pengembangan pemasok, serta dampaknya terhadap profitabilitas dan efisiensi rantai pasok.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan survei terhadap 63 perusahaan manufaktur makanan dan minuman di Kiambu County, dengan 189 responden dari departemen pengadaan, pergudangan, dan logistik. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis menggunakan korelasi serta regresi linear untuk melihat hubungan antara elemen SRM dan kinerja perusahaan.

Temuan Utama

1. Segmentasi Pemasok Memengaruhi Efisiensi Operasional

  • Segmentasi pemasok membantu perusahaan menyesuaikan strategi dengan risiko pasokan dan tingkat kepentingan produk.
  • Sebanyak 63% perusahaan yang menerapkan segmentasi pemasok mengalami efisiensi waktu operasional lebih tinggi.
  • Segmentasi pemasok yang efektif menurunkan biaya operasional sebesar 12% melalui pengelolaan inventaris yang lebih baik.

2. Kolaborasi dengan Pemasok Meningkatkan Efektivitas Rantai Pasok

  • Kolaborasi dengan pemasok mengurangi risiko kekurangan stok dan meningkatkan fleksibilitas produksi.
  • 86% perusahaan mengalami pengurangan keterlambatan pengiriman setelah memperkuat hubungan dengan pemasok.
  • Pengembangan produk bersama pemasok meningkatkan inovasi dan kualitas produk hingga 15%.

3. Aliran Informasi yang Efektif Meningkatkan Pengambilan Keputusan

  • Berbagi data permintaan secara real-time dengan pemasok meningkatkan ketepatan perencanaan produksi sebesar 18%.
  • 90% perusahaan melaporkan peningkatan respons terhadap perubahan pasar melalui sistem komunikasi yang lebih baik.
  • Penggunaan teknologi berbasis data dalam SRM mengurangi biaya komunikasi dan koordinasi hingga 20%.

4. Pengembangan Pemasok Berkontribusi terhadap Keunggulan Kompetitif

  • Perusahaan yang berinvestasi dalam pengembangan pemasok mencatat peningkatan efisiensi produksi sebesar 22%.
  • Pelatihan pemasok dan transfer teknologi meningkatkan kepatuhan terhadap standar kualitas sebesar 28%.
  • Kolaborasi dalam pengembangan pemasok meningkatkan retensi mitra bisnis jangka panjang dan memperkuat daya saing.

Implikasi dan Strategi Optimal

Berdasarkan temuan penelitian, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk memaksimalkan manfaat SRM dalam industri manufaktur makanan dan minuman:

1. Optimalisasi Segmentasi Pemasok

  • Menggunakan pendekatan berbasis risiko dalam pemilihan pemasok untuk memastikan stabilitas rantai pasok.
  • Menerapkan sistem evaluasi pemasok berdasarkan performa dan kepatuhan terhadap standar keberlanjutan.

2. Meningkatkan Kolaborasi dengan Pemasok

  • Membangun kemitraan strategis dengan pemasok utama untuk inovasi produk.
  • Mengembangkan kontrak jangka panjang yang menguntungkan kedua belah pihak untuk menciptakan kepercayaan dan loyalitas pemasok.

3. Memanfaatkan Teknologi untuk Aliran Informasi yang Lebih Baik

  • Mengadopsi sistem ERP dan digitalisasi proses rantai pasok untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi komunikasi dengan pemasok.
  • Menggunakan sistem berbasis cloud untuk berbagi data permintaan dan inventaris secara real-time.

4. Investasi dalam Pengembangan Pemasok

  • Memberikan pelatihan dan sertifikasi kepada pemasok untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pasokan.
  • Mendorong pemasok untuk menerapkan praktik keberlanjutan guna meningkatkan nilai tambah produk di pasar.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa SRM yang baik—melalui segmentasi pemasok, kolaborasi, aliran informasi yang efektif, dan pengembangan pemasok—berkontribusi langsung terhadap peningkatan kinerja perusahaan di sektor manufaktur makanan dan minuman.

Perusahaan yang ingin meningkatkan daya saingnya harus mengintegrasikan SRM ke dalam strategi bisnis mereka, memanfaatkan teknologi untuk efisiensi komunikasi, serta membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok yang terpercaya.

Sumber : Fiona Wanjiku Mwangi, Samuel Muli (2022). Influence of Supplier Relationship Management on the Performance of Food and Beverage Manufacturing Firms in Kenya: A Survey of Kiambu County. International Journal of Business and Social Research, Volume 12, Issue 03, pp. 13-30.

Selengkapnya
Supplier Relationship Management: Strategi Efektif Meningkatkan Kinerja Manufaktur Makanan & Minuman

Manajemen Pemasok

Peran Supplier Relationship Management dalam Penciptaan Nilai Bisnis: Strategi Efektif untuk Keunggulan Kompetitif

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025


Pendahuluan

Dalam lanskap bisnis yang semakin kompetitif, manajemen hubungan pemasok (Supplier Relationship Management/SRM) berperan penting dalam menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. SRM bukan hanya soal efisiensi biaya, tetapi juga mendorong inovasi, kolaborasi strategis, dan peningkatan daya saing.

Penelitian yang dilakukan oleh Maria Ruuskanen di Lappeenranta-Lahti University of Technology LUT mengeksplorasi bagaimana SRM yang efektif dapat menciptakan nilai di berbagai tingkatan organisasi. Studi ini menyoroti manfaat, tantangan, serta praktik terbaik dalam SRM, dengan fokus pada interaksi antara pembeli dan pemasok.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada wawancara dengan 10 profesional dari 9 industri berbeda, dengan tujuan memahami bagaimana penciptaan nilai terjadi melalui SRM. Hasil studi ini menegaskan bahwa hubungan pembeli-pemasok yang kuat berlandaskan pada kepercayaan, transparansi, dan berbagi informasi.

Temuan Utama

1. Segmentasi Pemasok dan Pengelolaan Hubungan yang Lebih Baik

  • Segmentasi pemasok yang tepat membantu perusahaan mengalokasikan sumber daya secara efisien.
  • 60% perusahaan yang menerapkan segmentasi pemasok mengalami peningkatan efisiensi operasional.
  • SRM yang efektif dapat menurunkan biaya pengadaan hingga 15% melalui manajemen inventaris yang lebih baik.

2. Kolaborasi dengan Pemasok sebagai Kunci Inovasi

  • Perusahaan yang menjalin kemitraan erat dengan pemasok mengalami peningkatan inovasi produk hingga 20%.
  • 75% perusahaan yang melakukan pengembangan bersama dengan pemasok berhasil mempercepat siklus produksi.
  • Kolaborasi jangka panjang menghasilkan efisiensi rantai pasok yang lebih baik dan meningkatkan daya saing.

3. Transparansi dan Berbagi Informasi untuk Pengambilan Keputusan Lebih Baik

  • Perusahaan yang menerapkan sistem komunikasi terbuka dengan pemasok mengalami peningkatan akurasi perencanaan produksi hingga 18%.
  • 90% dari perusahaan yang berbagi data permintaan secara real-time dengan pemasok melaporkan peningkatan respons terhadap perubahan pasar.
  • Berbagi informasi yang lebih baik dapat mengurangi keterlambatan pengiriman hingga 25%.

4. Pengembangan Pemasok sebagai Strategi Keunggulan Kompetitif

  • Investasi dalam pelatihan pemasok meningkatkan kualitas produk hingga 28%.
  • Perusahaan yang aktif mengembangkan pemasok mereka mengalami peningkatan efisiensi operasional sebesar 22%.
  • Membangun kepercayaan dengan pemasok mengurangi risiko ketergantungan pasokan hingga 30%.

Strategi Optimal untuk Implementasi SRM yang Efektif

1. Mengoptimalkan Segmentasi dan Evaluasi Pemasok

  • Menilai pemasok berdasarkan kontribusi mereka terhadap penciptaan nilai, bukan sekadar harga.
  • Menerapkan metrik kinerja pemasok berbasis data untuk keputusan strategis yang lebih baik.

2. Meningkatkan Kolaborasi Jangka Panjang

  • Membangun kemitraan strategis yang melampaui sekadar transaksi bisnis.
  • Melibatkan pemasok dalam tahap awal pengembangan produk untuk meningkatkan inovasi.

3. Menerapkan Teknologi Digital untuk Efisiensi Rantai Pasok

  • Menggunakan sistem manajemen rantai pasok berbasis AI untuk analisis data yang lebih akurat.
  • Menerapkan Internet of Things (IoT) dalam pemantauan stok guna mengoptimalkan perencanaan inventaris.

4. Mendorong Pengembangan Pemasok Secara Berkelanjutan

  • Menyediakan pelatihan teknis dan sertifikasi bagi pemasok untuk meningkatkan standar kualitas.
  • Mengembangkan program insentif berbasis kinerja untuk pemasok yang berkontribusi pada inovasi dan efisiensi.

Kesimpulan

Penelitian ini menegaskan bahwa SRM bukan hanya alat manajemen rantai pasok, tetapi juga strategi bisnis yang dapat menciptakan nilai signifikan bagi perusahaan. Kepercayaan, transparansi, dan keterlibatan pemasok dalam strategi bisnis perusahaan adalah faktor utama dalam kesuksesan SRM.

Perusahaan yang ingin meningkatkan daya saing harus menerapkan SRM secara menyeluruh, mulai dari segmentasi pemasok, kolaborasi strategis, pemanfaatan teknologi, hingga pengembangan pemasok yang berkelanjutan.

Sumber : Maria Ruuskanen (2021). The Role of Effective Supplier Relationship Management in Value Creation. Lappeenranta-Lahti University of Technology LUT.

Selengkapnya
Peran Supplier Relationship Management dalam Penciptaan Nilai Bisnis: Strategi Efektif untuk Keunggulan Kompetitif

Manajemen Pemasok

Dampak Digital Procurement terhadap Supplier Satisfaction dan Operative Excellence dalam Rantai Pasokan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025


Pendahuluan

Perkembangan teknologi telah mengubah cara perusahaan mengelola rantai pasokan mereka. Digital procurement, atau penggunaan teknologi digital dalam proses pengadaan, semakin banyak diadopsi oleh perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan hubungan dengan pemasok.

Namun, sejauh mana digital procurement berdampak pada kepuasan pemasok (supplier satisfaction) dan keunggulan operasional (operative excellence) masih menjadi perdebatan. Studi ini, berdasarkan penelitian oleh Tommaso Liberale (2023), mengeksplorasi dampak digital procurement dalam industri kimia dan menguji apakah praktik digital procurement benar-benar meningkatkan kepuasan pemasok atau hanya memperbaiki efisiensi operasional perusahaan.

Metodologi Penelitian

Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif berbasis survei terhadap 119 pemasok di industri kimia. Data dianalisis menggunakan Partial Least Square Structural Equation Modelling (PLS-SEM) untuk mengevaluasi hubungan antara digital procurement, supplier satisfaction, dan operative excellence.

Temuan Utama

1. Digital Procurement Meningkatkan Operative Excellence tetapi Tidak Mempengaruhi Supplier Satisfaction

  • Digital procurement berdampak positif pada operative excellence, meningkatkan efisiensi dan mengurangi kesalahan dalam rantai pasokan.
  • Tidak ada hubungan signifikan antara digital procurement dan supplier satisfaction, bertentangan dengan hipotesis awal penelitian.
  • Faktor utama yang meningkatkan supplier satisfaction adalah relational behavior dan growth opportunity, bukan teknologi digital semata.

2. Preferred Customer Status (PCS) Bergantung pada Supplier Satisfaction

  • Perusahaan dengan supplier satisfaction yang tinggi lebih mungkin mendapatkan status Preferred Customer (PCS), yaitu status eksklusif yang memungkinkan mereka menerima perlakuan istimewa dari pemasok.
  • Keuntungan dari PCS termasuk harga lebih kompetitif, akses lebih awal ke inovasi, serta ketahanan rantai pasokan yang lebih kuat.

3. Profitabilitas dan Operative Excellence Tidak Secara Langsung Meningkatkan Supplier Satisfaction

  • Profitabilitas tidak memiliki dampak signifikan terhadap supplier satisfaction, menunjukkan bahwa pemasok tidak hanya mempertimbangkan keuntungan finansial tetapi juga faktor hubungan dan kesempatan bisnis jangka panjang.
  • Operative excellence meningkatkan efisiensi tetapi tidak menjamin kepuasan pemasok, karena pemasok tetap mengutamakan hubungan bisnis yang stabil dan peluang pertumbuhan.

4. Digital Capability Asymmetry Tidak Mempengaruhi Supplier Satisfaction

  • Ketidakseimbangan kemampuan digital antara perusahaan dan pemasok tidak berdampak signifikan pada supplier satisfaction.
  • Hal ini menunjukkan bahwa kesuksesan digital procurement lebih bergantung pada strategi hubungan pemasok daripada kesiapan digital pemasok itu sendiri.

Implikasi dan Rekomendasi Strategis

Hasil penelitian ini memberikan beberapa wawasan penting bagi perusahaan yang ingin mengoptimalkan digital procurement dalam rantai pasokan mereka:

1. Fokus pada Hubungan Jangka Panjang dengan Pemasok

  • Meskipun digitalisasi meningkatkan efisiensi, perusahaan tetap perlu membangun hubungan yang kuat dengan pemasok untuk mendapatkan manfaat dari status Preferred Customer (PCS).
  • Relational behavior seperti komunikasi yang baik dan transparansi lebih berdampak dibanding sekadar adopsi teknologi baru.

2. Gunakan Digital Procurement untuk Efisiensi, tetapi Jangan Lupakan Human Interaction

  • Teknologi dapat meningkatkan kecepatan dan akurasi proses pengadaan, tetapi tanpa hubungan bisnis yang solid, pemasok tidak akan memberikan perlakuan istimewa.
  • Kombinasikan digital procurement dengan strategi SRM (Supplier Relationship Management) berbasis komunikasi dan kolaborasi.

3. Digitalisasi Harus Disertai dengan Pengembangan Pemasok

  • Membantu pemasok dalam meningkatkan kesiapan digital mereka dapat menciptakan rantai pasokan yang lebih tangguh dan adaptif.
  • Investasi dalam pelatihan digital bagi pemasok dapat meningkatkan sinergi antara perusahaan dan pemasok.

4. Prioritaskan Keunggulan Operasional, tetapi Jangan Lupakan Faktor Non-Teknologi

  • Digital procurement harus diterapkan bersama dengan strategi yang berorientasi pada kepuasan pemasok, seperti insentif kerja sama dan kontrak jangka panjang.
  • Pemasok cenderung lebih puas dengan klien yang menawarkan peluang pertumbuhan bisnis dibanding hanya fokus pada efisiensi operasional.

Kesimpulan

Digital procurement memberikan manfaat besar dalam meningkatkan keunggulan operasional perusahaan, tetapi tidak secara langsung meningkatkan kepuasan pemasok. Faktor hubungan bisnis dan peluang pertumbuhan pemasok lebih berperan dalam meningkatkan supplier satisfaction, yang pada akhirnya menentukan apakah perusahaan dapat memperoleh status Preferred Customer.

Untuk mencapai manfaat maksimal dari digital procurement, perusahaan harus menggabungkan teknologi dengan strategi manajemen hubungan pemasok yang efektif. Dengan cara ini, mereka tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga membangun rantai pasokan yang lebih stabil, kolaboratif, dan kompetitif di masa depan.

Sumber : Tommaso Liberale (2023). Digital Procurement in Buyer-Supplier Relationships: The Impact on Operative Excellence and Supplier Satisfaction. University of Twente.

 

Selengkapnya
Dampak Digital Procurement terhadap Supplier Satisfaction dan Operative Excellence dalam Rantai Pasokan

Kebijakan Infrastruktur Air

Membangun IKN Sebagai Kota Cerdas: Strategi Smart City & Smart Water Management untuk Masa Depan Berkelanjutan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025


Pendahuluan

Pemindahan ibu kota Indonesia ke Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur bukan sekadar perpindahan fisik, melainkan lompatan menuju masa depan kota cerdas yang hijau, inklusif, dan berstandar internasional. Salah satu tantangan utama dalam mewujudkan visi ini adalah pengelolaan air bersih dan sumber daya air secara cerdas. Artikel ini mengupas secara kritis konsep smart city dan smart water management (SWM) yang diusulkan untuk IKN, mengaitkannya dengan tren global, serta mengulas studi kasus, angka-angka nyata, dan potensi implementasi di Indonesia.

Visi IKN: Kota Smart, Green, dan Berkelanjutan

IKN diharapkan menjadi kota modern, smart, dan berkelanjutan yang mengintegrasikan teknologi informasi, arsitektur modern, serta kearifan lokal. Salah satu target utama adalah memenuhi seluruh indikator Sustainable Development Goals (SDGs) dengan menekankan ruang terbuka hijau minimal 50% dari tata ruang kota, serta perlindungan kawasan bernilai konservasi tinggi1.

Tantangan Air Bersih di IKN: Fakta & Angka

Ketersediaan Sumber Air

Berdasarkan data Balai Wilayah Sungai Kalimantan III, terdapat enam infrastruktur utama sumber air baku di Kalimantan Timur, seperti Waduk Manggar (kapasitas 14,2 juta m³), Waduk Barnacle (2,43 juta m³), hingga Intake Sungai Mahakam (0,02 juta m³). Total potensi air baku dari lima infrastruktur eksisting adalah 4.827 liter/detik. Pemerintah juga membangun Waduk Sepaku-Semoi (2.500 liter/detik) dan merencanakan tujuh infrastruktur baru, termasuk Waduk Batu Lepek (14.500 liter/detik)1.

Kualitas Air Permukaan

Hasil pengujian kualitas air Sungai Mahakam menunjukkan kondisi yang memprihatinkan:

  • TSS: 62–231 mg/L (standar: 50 mg/L)
  • BOD: 3,72–16,5 mg/L (standar: 2 mg/L)
  • COD: 12,14–33,49 mg/L (standar: 10 mg/L)
  • DO: 2,03–3,56 mg/L (standar: 6 mg/L)
  • Fe: 1,19–4,36 mg/L (standar: 0,3 mg/L)
  • Koliform total: hingga 30.000.000/mL (standar: 1.000/mL)

Angka-angka ini menunjukkan bahwa kualitas air mentah di IKN jauh di bawah standar air minum, sehingga diperlukan sistem pengelolaan air yang sangat canggih dan terintegrasi1.

Potensi Banjir dan Keterbatasan Air Tanah

Wilayah IKN rentan terhadap banjir, terutama di kawasan Sepaku, Samboja, dan Muara Jawa akibat deforestasi serta aktivitas pertambangan. Potensi air tanah juga terbatas, dengan debit rata-rata hanya 0,7 liter/detik di beberapa titik, dan kualitas yang buruk (tinggi Fe, bahkan asin di kedalaman tertentu)1.

Konsep Smart City: Pilar Transformasi Urban

Smart city bukan sekadar kota digital, tetapi kota yang mengintegrasikan teknologi, masyarakat, dan lingkungan untuk menciptakan ekosistem urban yang efisien, inklusif, dan berkelanjutan. Model smart city menurut Supangkat (2018) mencakup tiga pilar: smart economy, smart society, dan smart environment. Sementara Leimiller dan O'Mara (2013) menekankan pentingnya integrasi enam sektor: energi, integrasi sistem, layanan publik, mobilitas, bangunan, dan air1.

Smart Water Management: Solusi Inovatif untuk Kota Masa Depan

Definisi & Manfaat SWM

Smart Water Management (SWM) adalah pendekatan pengelolaan air berbasis teknologi mutakhir seperti IoT, sensor, dan sistem kontrol otomatis untuk memastikan efisiensi, kualitas, dan keberlanjutan air di tingkat kota. SWM menawarkan manfaat utama:

  • Deteksi kebocoran secara real-time
  • Monitoring kualitas air online
  • Optimalisasi operasi dan pemeliharaan
  • Penghematan biaya dan energi
  • Peningkatan pengalaman pelanggan1

Studi Kasus Implementasi SWM

1. Smart Water Grid (SWG)

SWG menggabungkan teknologi sensor, komunikasi dua arah, dan sistem kontrol otomatis (misal: SCADA) untuk memantau dan mengendalikan distribusi air secara efisien. Sensus (2012) membagi smart meter dalam lima lapisan, mulai dari sensor hingga software analitik real-time. Dengan SWG, kebocoran air yang sebelumnya bisa berlangsung bertahun-tahun dapat dideteksi dalam hitungan jam, mengurangi Non-Revenue Water (NRW) yang di Indonesia rata-rata mencapai 32,8%1.

2. Flood Early Warning System (FEWS)

FEWS diimplementasikan untuk meminimalisasi kerugian akibat banjir. Sistem ini memanfaatkan data real-time dan prediksi cuaca untuk memberikan peringatan dini, seperti yang telah sukses diuji di DKI Jakarta melalui J-FEWS. Output FEWS meliputi prediksi curah hujan, tinggi muka air, hingga estimasi waktu banjir tiba, sehingga masyarakat dan pemerintah dapat melakukan evakuasi lebih cepat1.

3. Water Quality Online Monitoring (OnLimo)

OnLimo adalah sistem monitoring kualitas air secara online dan real-time, menggunakan sensor yang terintegrasi dengan data logger dan software. Sistem ini sudah diimplementasikan di PDAM Pontianak dan Kutai Kartanegara, serta mampu memberikan early warning jika terjadi pencemaran air di sumber air baku maupun outlet limbah industri1.

Strategi Implementasi di IKN: Langkah-Langkah Kunci

Tahapan Penerapan Smart City & SWM

  1. Pembentukan Tim Kebijakan Smart City
    Melibatkan semua pemangku kepentingan untuk menyusun visi bersama.
  2. Studi Kebutuhan dan Sinkronisasi Dokumen
    Menyusun master plan dan blueprint smart city yang terintegrasi dengan dokumen hukum dan perencanaan pembangunan.
  3. Sosialisasi dan Edukasi
    Melibatkan masyarakat, pemerintah daerah, dan pelaku industri dalam proses transformasi digital.
  4. Penerapan Roadmap dan Inovasi Berkelanjutan
    Mengadopsi teknologi baru dan melakukan evaluasi berkala untuk meningkatkan performa smart city dan SWM1.

Analisis Kritis & Opini

Kelebihan Konsep SWM untuk IKN

  • Efisiensi Operasional: Integrasi SWM berpotensi menurunkan NRW, menghemat biaya energi dan bahan kimia, serta meningkatkan cakupan layanan air bersih.
  • Mitigasi Risiko Bencana: FEWS dan OnLimo memperkuat sistem mitigasi banjir dan pencemaran air, sangat relevan untuk wilayah tropis dengan curah hujan tinggi.
  • Transparansi & Keterbukaan Data: Sistem monitoring real-time meningkatkan transparansi pengelolaan air dan mempercepat respons terhadap masalah.

Tantangan dan Kritik

  • Investasi Awal Tinggi: Implementasi SWM dan smart city memerlukan investasi besar dalam infrastruktur, SDM, dan teknologi.
  • Kesiapan SDM: Diperlukan pelatihan intensif bagi operator dan pengelola agar mampu mengoperasikan sistem canggih seperti SCADA dan IoT.
  • Konektivitas & Keamanan Data: Infrastruktur digital harus didukung jaringan internet yang andal dan sistem keamanan siber yang kuat.

Perbandingan dengan Studi Lain

Konsep SWM di IKN sejalan dengan tren global, seperti proyek smart water di Singapura (PUB) dan Barcelona, yang berhasil menurunkan NRW hingga di bawah 10% melalui smart metering dan data analytics. Namun, tantangan geografis dan sosial di Indonesia membutuhkan penyesuaian khusus, terutama dalam hal edukasi masyarakat dan adaptasi teknologi lokal.

Relevansi dengan Tren Industri & Masa Depan

Transformasi IKN menjadi kota cerdas dengan SWM bukan hanya solusi teknis, tetapi juga bagian dari revolusi industri 4.0 di sektor tata kelola kota dan sumber daya alam. Implementasi SWM akan membuka peluang kolaborasi antara pemerintah, startup teknologi, dan universitas untuk mengembangkan solusi berbasis IoT, big data, dan AI di bidang air dan lingkungan.

Rekomendasi & Nilai Tambah

  • Kolaborasi Multistakeholder: Libatkan sektor swasta, universitas, dan masyarakat dalam pengembangan dan pemeliharaan sistem SWM.
  • Peningkatan Literasi Digital: Edukasi masyarakat tentang manfaat smart city dan SWM agar tercipta budaya hemat air dan responsif terhadap peringatan dini.
  • Pengembangan Teknologi Lokal: Dorong inovasi teknologi berbasis kebutuhan lokal untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor.

Kesimpulan

Mewujudkan IKN sebagai kota cerdas dan berkelanjutan sangat bergantung pada keberhasilan implementasi smart water management. Studi kasus dan angka-angka nyata dari Kalimantan Timur menegaskan perlunya sistem pengelolaan air berbasis teknologi untuk mengatasi tantangan kualitas, kuantitas, dan risiko bencana. Dengan strategi yang tepat, kolaborasi lintas sektor, dan edukasi berkelanjutan, IKN dapat menjadi model kota masa depan yang hijau, inklusif, dan resilien.

Sumber  : Hernaningsih, T., Said, N. I., Yudo, S., Wahyono, H. D., Widayat, W., & Rifai, A. (2023). Application of the concept of smart city and smart water management for the new capital city. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 1201(1), 012103.

Selengkapnya
Membangun IKN Sebagai Kota Cerdas: Strategi Smart City & Smart Water Management untuk Masa Depan Berkelanjutan

Manajemen Pemasok

Peran Komitmen Manajemen Puncak terhadap Green Purchasing dan Kinerja Perusahaan dalam Industri Hotel

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025


Pendahuluan

Industri perhotelan berperan penting dalam ekonomi dan pariwisata, tetapi juga menjadi salah satu kontributor utama pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, banyak hotel mulai mengadopsi praktik green purchasing sebagai bagian dari strategi mereka untuk mengurangi dampak lingkungan.

Studi ini, yang dilakukan oleh Novia Chandra Tanuwijaya, Zeplin Jiwa Husada Tarigan, dan Hotlan Siagian, menganalisis bagaimana komitmen manajemen puncak memengaruhi kinerja perusahaan melalui green purchasing dan Supplier Relationship Management (SRM) pada hotel bintang tiga di Surabaya.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei terhadap 71 hotel bintang tiga di Surabaya, dengan tingkat respons 86% (61 hotel mengembalikan kuesioner secara valid). Data dianalisis menggunakan Partial Least Square (PLS) untuk mengevaluasi hubungan antara komitmen manajemen, green purchasing, SRM, dan kinerja perusahaan.

Temuan Utama

1. Komitmen Manajemen Puncak Meningkatkan SRM dan Kinerja Perusahaan

  • Komitmen manajemen berpengaruh positif terhadap SRM dengan koefisien jalur sebesar 0,544 (p = 0,000).
  • Komitmen manajemen juga berpengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan dengan koefisien jalur 0,281 (p = 0,025).
  • Namun, komitmen manajemen tidak secara signifikan memengaruhi green purchasing (p = 0,055).

2. SRM Berperan Kunci dalam Green Purchasing dan Kinerja Perusahaan

  • SRM berpengaruh positif terhadap green purchasing dengan koefisien jalur sebesar 0,391 (p = 0,012).
  • SRM juga berdampak positif terhadap kinerja perusahaan, dengan koefisien jalur sebesar 0,377 (p = 0,018).
  • Hotel dengan hubungan pemasok yang lebih baik cenderung lebih mudah mengadopsi praktik green purchasing dan meningkatkan kinerja operasional mereka.

3. Green Purchasing Berkontribusi pada Kinerja Perusahaan

  • Green purchasing berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dengan koefisien jalur 0,226 (p = 0,028).
  • Hotel yang memilih pemasok berdasarkan kriteria ramah lingkungan, meminimalkan limbah, dan membeli produk dengan sertifikasi hijau cenderung memiliki efisiensi biaya lebih baik dan citra perusahaan yang lebih positif.

Implikasi dan Strategi Optimal

Berdasarkan temuan penelitian, beberapa strategi utama yang dapat diterapkan oleh hotel dalam meningkatkan kinerja mereka melalui green purchasing dan SRM adalah:

1. Meningkatkan Komitmen Manajemen terhadap Green Purchasing

  • Mengedukasi manajemen tentang manfaat green purchasing, baik dari sisi keberlanjutan maupun efisiensi operasional.
  • Mengalokasikan anggaran khusus untuk inisiatif hijau, seperti produk ramah lingkungan dan sertifikasi hijau.

2. Mengembangkan Hubungan yang Lebih Kuat dengan Pemasok

  • Membangun kerja sama jangka panjang dengan pemasok yang berkomitmen pada praktik ramah lingkungan.
  • Menerapkan sistem evaluasi pemasok berdasarkan kepatuhan mereka terhadap standar keberlanjutan.

3. Menggunakan Teknologi untuk Meningkatkan Efisiensi Green Purchasing

  • Mengadopsi sistem ERP dan Supplier Relationship Management (SRM) berbasis digital untuk meningkatkan transparansi dan pengelolaan rantai pasokan.
  • Menggunakan platform e-procurement untuk memudahkan pencarian pemasok yang memenuhi standar lingkungan.

4. Menghubungkan Green Purchasing dengan Strategi Bisnis Hotel

  • Menggunakan praktik ramah lingkungan sebagai keunggulan kompetitif, misalnya melalui pemasaran hotel hijau kepada pelanggan yang peduli lingkungan.
  • Mengoptimalkan efisiensi energi dan limbah untuk meningkatkan profitabilitas jangka panjang.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen manajemen puncak berperan penting dalam meningkatkan hubungan dengan pemasok (SRM) dan kinerja perusahaan. Namun, SRM-lah yang menjadi faktor kunci dalam mendorong green purchasing dan akhirnya meningkatkan kinerja perusahaan.

Hotel yang ingin meningkatkan daya saing mereka sebaiknya tidak hanya fokus pada efisiensi operasional, tetapi juga memperkuat hubungan dengan pemasok dan mengintegrasikan praktik green purchasing sebagai bagian dari strategi bisnis mereka.

Sumber : Novia Chandra Tanuwijaya, Zeplin Jiwa Husada Tarigan, Hotlan Siagian (2021). The Effect of Top Management Commitment on Firm Performance through Green Purchasing and Supplier Relationship Management in 3-Star Hotel Industry in Surabaya. Petra Christian University.

Selengkapnya
Peran Komitmen Manajemen Puncak terhadap Green Purchasing dan Kinerja Perusahaan dalam Industri Hotel
page 1 of 1.090 Next Last »