Sistem Informasi Akademik

Resensi Konseptual dan Reflektif: The Effects of TQM Practices on Performance of Organizations: A Case of Selected Manufacturing Industries in Saudi Arabia

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 08 September 2025


Pendahuluan

Artikel “The Effects of TQM Practices on Performance of Organizations: A Case of Selected Manufacturing Industries in Saudi Arabia” (Harith Yasa, Alanoud Bandar Alsaud, Hajar Ahmed Almaghrabi, Amani Ahmed Almaghrabi, dan Bestoon Othman, 2021) diterbitkan dalam Management Science Letters. Studi ini menelaah bagaimana Total Quality Management (TQM) dan praktik pemasaran berkontribusi terhadap kinerja organisasi, khususnya di sektor manufaktur Saudi Arabia. Dengan data dari 289 responden dan analisis menggunakan SPSS serta korelasi Pearson, penulis menyajikan temuan empiris yang memperkuat pentingnya TQM dalam meningkatkan daya saing global.

Resensi ini memparafrasekan isi artikel, menyoroti kerangka teori yang digunakan, menguraikan hasil numerik, dan memberikan refleksi kritis atas metodologi serta narasi argumentatif yang ditawarkan.

Kerangka Teoretis

Teori Kontinjensi

Studi ini berlandaskan pada teori kontinjensi struktural (Donaldson, 1996). Inti dari teori ini adalah bahwa tidak ada satu struktur organisasi yang ideal untuk semua situasi. Sebaliknya, organisasi harus menyesuaikan diri dengan faktor-faktor kontinjensi seperti teknologi, ukuran perusahaan, tingkat ketidakpastian, dan akuntabilitas.

Penulis mengadopsi model SARFIT (Structural Adaptation to Regain Fit) dengan lima tahap:

  1. Organisasi berada dalam kondisi fit dengan lingkungannya.

  2. Terjadi perubahan faktor kontinjensi.

  3. Organisasi masuk ke kondisi misfit, kinerja menurun.

  4. Organisasi menyesuaikan struktur untuk mengatasi misfit.

  5. Tercapai fit baru, kinerja meningkat kembali.

Refleksi saya: teori ini relevan dengan konteks manufaktur Saudi, yang menghadapi tekanan globalisasi. TQM diinterpretasikan sebagai mekanisme adaptasi struktural untuk mempertahankan fit.

Konsep TQM dan Pemasaran

TQM dipahami sebagai seperangkat praktik manajerial: keterlibatan karyawan, fokus pada pelanggan, dan peningkatan berkelanjutan. Pemasaran ditempatkan sebagai pendukung TQM, karena kualitas produk harus dikomunikasikan kepada pasar. Secara konseptual, penulis menyatukan dua ranah: proses internal (TQM) dan orientasi eksternal (pemasaran) sebagai determinan kinerja.

Metodologi

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan survei online (SurveyMonkey). 289 karyawan dari berbagai industri manufaktur di Saudi dipilih secara acak. Ukuran sampel dihitung dengan formula Kish, menghasilkan jumlah tepat 289.

Teknik Analisis

  • Deskriptif statistik: menggambarkan profil responden.

  • Korelasi Pearson: menilai hubungan antara TQM, pemasaran, dan kinerja.

  • Hipotesis diuji: keterlibatan karyawan, fokus pelanggan, pemasaran → kinerja organisasi.

Refleksi metodologis: pendekatan ini cukup standar untuk riset manajemen. Namun, penggunaan korelasi saja membatasi inferensi kausalitas; hasil hanya menunjukkan asosiasi.

Hasil Empiris

Profil Responden

  • Usia dominan: 26–34 tahun (48,9%).

  • Mayoritas pria: 71,1%.

  • Jabatan: 52% manajer, 48% pemilik.

  • Skala usaha bervariasi: karyawan <5 hingga >75 orang; omzet <500 ribu hingga >1 juta riyal.

Interpretasi: sampel merepresentasikan spektrum luas industri manufaktur Saudi, namun dengan bias gender signifikan (maskulin).

Analisis TQM

  • Keterlibatan karyawan: 48% responden sangat setuju bahwa keterlibatan karyawan berpengaruh positif; hanya 7% ragu.

  • Fokus pelanggan: 43% sangat setuju bahwa fokus pada pelanggan meningkatkan kinerja; 11% ragu.

  • Pemasaran: 91% sangat setuju bahwa strategi pemasaran memengaruhi kinerja, tanpa ada yang menolak.

Korelasi Statistik

  • Keterlibatan karyawan ↔ kinerja: r = 0,247; p = 0,011.

  • Fokus pelanggan ↔ kinerja: r = 0,214; p = 0,025.

  • Pemasaran ↔ kinerja: r = 0,431; p = 0,021.

Interpretasi: pemasaran ternyata memiliki kekuatan hubungan lebih tinggi dibanding dimensi TQM lainnya. Hal ini menyoroti pentingnya aspek eksternal dalam performa.

Diskusi Reflektif

Kekuatan Studi

  • Mengintegrasikan teori kontinjensi dengan praktik TQM.

  • Menyediakan bukti empiris dari konteks Saudi yang relatif jarang diteliti.

  • Menampilkan hasil numerik yang jelas (r, p-value) sebagai basis analisis.

Kritik Metodologi

  1. Keterbatasan korelasi: asosiasi tidak sama dengan kausalitas.

  2. Variabel terbatas: hanya menyoroti keterlibatan, pelanggan, pemasaran. Dimensi TQM lain (misalnya proses, sistem terintegrasi) diabaikan.

  3. Bias responden: dominasi pria dan manajer dapat membentuk persepsi positif yang tidak mencerminkan realitas karyawan operasional.

  4. Reduksi kompleksitas: pemasaran diperlakukan homogen, padahal strategi bisa beragam (digital, konvensional, relasi pelanggan).

Refleksi Teoretis

Narasi artikel menegaskan bahwa kualitas internal harus dipadukan dengan komunikasi eksternal. Dalam kerangka kontinjensi, TQM memberi fit internal, sementara pemasaran menjaga fit eksternal dengan lingkungan pasar. Hubungan positif yang ditemukan memperkuat argumen bahwa keberhasilan organisasi adalah hasil dari interaksi keduanya.

Implikasi Ilmiah dan Praktis

Implikasi Ilmiah

  • Konfirmasi relevansi teori kontinjensi dalam konteks manufaktur Saudi.

  • Memberikan bukti empiris bahwa pemasaran tidak boleh dipisahkan dari TQM.

  • Menawarkan model sederhana keterkaitan antara keterlibatan, pelanggan, pemasaran, dan kinerja.

Implikasi Praktis

  • Manajer manufaktur perlu memperkuat program keterlibatan karyawan (pelatihan, partisipasi keputusan).

  • Fokus pelanggan harus berbasis riset pasar dinamis.

  • Pemasaran strategis terbukti sebagai pengungkit utama performa.

Kesimpulan

Artikel ini menyimpulkan bahwa TQM dan pemasaran memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi manufaktur di Saudi Arabia. Keterlibatan karyawan dan fokus pelanggan penting, tetapi strategi pemasaran terbukti paling kuat. Secara konseptual, karya ini menekankan pentingnya menyesuaikan struktur organisasi dengan faktor internal dan eksternal (kontinjensi) agar tercapai kinerja optimal.

Meski terbatas dalam lingkup variabel dan metodologi, kontribusinya nyata: menunjukkan sinergi TQM dan pemasaran sebagai fondasi keberhasilan organisasi dalam era globalisasi.

DOI resmi: https://doi.org/10.5267/j.msl.2020.9.017

Selengkapnya
Resensi Konseptual dan Reflektif: The Effects of TQM Practices on Performance of Organizations: A Case of Selected Manufacturing Industries in Saudi Arabia

Sistem Informasi Akademik

Resensi Konseptual dan Reflektif: Innovative Performance in the CEE Countries: A Cross-Country Study Using Fuzzy-Set Theory oleh Peter Johansson

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 03 September 2025


Pendahuluan

Tesis “Innovative Performance in the CEE Countries: A Cross-Country Study Using Fuzzy-Set Theory” karya Peter Johansson (Lund University, 2001–2002) membahas dinamika kinerja inovatif di tujuh negara Eropa Tengah dan Timur (CEE-7): Bulgaria, Republik Ceko, Hungaria, Polandia, Rumania, Slovakia, dan Slovenia. Dengan memanfaatkan metode fuzzy-set social science, Johansson berupaya menjawab pertanyaan mendasar: bagaimana inovasi terbentuk dalam konteks transformasi pasca-1989, sejauh mana ia terkait dengan kekuatan masyarakat sipil, dan bagaimana letak geografis berperan dalam memperkuat atau melemahkan performa inovatif.

Tulisan ini akan menguraikan tesis tersebut dengan pendekatan konseptual (membedah kerangka teori) dan reflektif (memberi interpretasi serta kritik). Fokus utama ialah kontribusi ilmiah, argumentasi teoretis, hasil empiris, serta potensi implikasi bagi kajian inovasi dan transformasi sosial.

Kerangka Teori: Dari Risiko hingga Inovasi

Risiko dan Pengangguran

Johansson menempatkan risiko pengangguran sebagai latar belakang utama. Ia mengutip definisi risiko sebagai probabilitas efek disfungsional terhadap sistem sosial. Inovasi, dalam kerangka ini, dipandang sebagai sarana mengurangi risiko pengangguran baik jangka pendek (menyerap tenaga kerja) maupun jangka panjang (menciptakan fleksibilitas ekonomi). Refleksi saya: pendekatan ini menegaskan inovasi bukan sekadar agenda ekonomi, melainkan strategi perlindungan sosial.

Globalisasi sebagai Kerangka

Globalisasi diterima sebagai fakta empiris. Johansson mengacu pada dimensi teknologi, ekonomi, politik, dan budaya yang saling mengikat. Negara-negara CEE berada di persimpangan: mereka harus membuka pasar untuk modal asing, tetapi juga menghadapi risiko social dumping dan kompetisi global. Kritiknya tepat: globalisasi menghadirkan peluang dan ancaman, sementara posisi geografis menentukan intensitas tekanan.

Pertumbuhan Ekonomi dan Teori Kesenjangan Teknologi

Neo-klasik cenderung melihat biaya tenaga kerja sebagai faktor utama pertumbuhan. Johansson menolak pandangan ini dengan menekankan teknologi dan inovasi. Ia mengadopsi teori technology-gap, yaitu ketimpangan inovasi antara negara pelopor dan negara pengejar. CEE-7 dilihat sebagai pengejar: difusi teknologi asing penting, tetapi tanpa inovasi domestik mereka tetap tertinggal.

Konsep Inovasi

Mengutip Schumpeter, inovasi dipahami sebagai kombinasi baru: produk, proses, organisasi, atau pasar. Johansson menolak pemisahan inovasi dan difusi; imitasi pun dianggap inovasi karena memerlukan perubahan tindakan. Dua indikator dipilih: Foreign Direct Investment (FDI) sebagai faktor eksternal, dan Research & Development (R&D) sebagai kapasitas internal.

Metodologi Fuzzy-Set: Menjembatani Teori dan Data

Mengapa Fuzzy-Set?

Penelitian sosial sering terjebak antara kuantitatif (N besar) dan kualitatif (N kecil). Johansson memilih fuzzy-set Qualitative Comparative Analysis (fs/QCA) untuk menangani N menengah (7 negara). Metode ini memungkinkan negara diberi skor keanggotaan (0–1) dalam suatu set, misalnya “negara inovatif” atau “negara paternalistik”.

Prinsip Dasar

  • Negasi: jika negara X 0,8 dalam “inovatif”, maka ia 0,2 dalam “statis”.

  • Minimum (AND): hasil ditentukan oleh faktor terlemah.

  • Maksimum (OR): hasil ditentukan oleh faktor terkuat.

Refleksi saya: pendekatan ini membantu memvisualisasi spektrum, bukan dikotomi. Namun, tantangannya ialah subjektivitas penetapan skor fuzzy yang sangat bergantung pada peneliti.

Ideal Types

Johansson menyusun ideal type:

  • Negara inovatif (FDI tinggi + R&D tinggi).

  • Negara statis (FDI rendah + R&D rendah).

  • Masyarakat sipil kuat vs paternalistik.

  • Geografis Barat vs Geografis Timur.

Dengan ini, ia menilai sejauh mana masing-masing negara CEE masuk atau keluar dari set.

Analisis Empiris: Inovasi di CEE-7

FDI sebagai Indikator

Data FDI per kapita (1989–2000) menunjukkan perbedaan tajam:

  • Republik Ceko (2.102 USD) & Hungaria (1.935 USD) → skor 1,0 (paling inovatif via FDI).

  • Slovenia (768 USD) & Polandia (751 USD) → skor menengah (0,59–0,60).

  • Slovakia (669 USD) → borderline (0,50).

  • Bulgaria (407 USD) → skor rendah (0,17).

  • Rumania (303 USD) → hampir nol (0,01).

Refleksi saya: angka ini mengungkap pola klasterisasi barat–timur. Negara dekat inti Eropa menerima lebih banyak modal, sementara Balkan tetap tertinggal.

R&D sebagai Indikator

Proporsi R&D terhadap PDB memperkuat pola:

  • Slovenia (1,42%) → hampir penuh (0,92).

  • Slovakia (1,18%) & Ceko (1,16%) → cukup tinggi (0,73–0,74).

  • Hungaria (0,74%) & Polandia (0,72%) → menengah (0,50).

  • Bulgaria (0,52%) & Rumania (0,58%) → rendah (0,33–0,38).

Interpretasi: kapasitas penelitian domestik masih terbatas, terutama di Rumania dan Bulgaria. FDI tanpa R&D lokal berisiko hanya menciptakan ketergantungan.

Skor Gabungan Inovasi

Dengan menggabungkan FDI dan R&D, Johansson menyimpulkan:

  • Ceko & Hungariafully capable.

  • Slovenia & Polandiamore or less capable.

  • Slovakiaborderline.

  • Bulgaria & Rumaniaincapable.

Refleksi saya: hasil ini menunjukkan spektrum diferensiasi kapitalisme di CEE, mendukung tesis varieties of capitalism. Transformasi pasca-1989 tidak seragam.

Masyarakat Sipil dan Geografi

Masyarakat Sipil

Johansson berargumen bahwa masyarakat sipil yang kuat berfungsi sebagai pondasi institusional inovasi. Data dari Nations in Transit dipakai untuk mengukur kekuatan CS. Negara dengan tradisi organisasi sipil (misalnya Polandia dengan sejarah Solidarność) lebih siap menyerap inovasi. Refleksi saya: indikator CS cukup valid, namun terlalu agregat—dinamika internal (Polandia A vs Polandia B) tidak tercakup.

Faktor Geografis

Geografi dipandang sebagai variabel moderasi: semakin ke timur, semakin lemah fondasi inovatif dan sipil. Johansson menyajikan pola linear: barat (Slovenia, Ceko, Hungaria) lebih maju, timur (Bulgaria, Rumania) lebih tertinggal. Kritik saya: geografi di sini lebih berfungsi sebagai proksi bagi faktor historis-politik ketimbang variabel mandiri.

Narasi Argumentatif dan Logika

Alur Argumentasi

  1. Transformasi pasca-1989 menimbulkan tantangan struktural.

  2. Inovasi menjadi kunci menghadapi pengangguran dan globalisasi.

  3. Inovasi dipahami melalui FDI + R&D.

  4. Hubungan inovasi dengan masyarakat sipil diuji lewat fuzzy-set.

  5. Geografi memperkuat pola klasterisasi.

Kekuatan

  • Integrasi teori Schumpeter, globalisasi, dan varieties of capitalism.

  • Pemakaian fuzzy-set sebagai metodologi alternatif.

  • Data empiris konkret (FDI, R&D, skor CS).

Kelemahan

  • Penentuan skor fuzzy cukup subjektif.

  • Faktor politik negara (kebijakan industri, stabilitas) kurang dibahas.

  • Geografi diperlakukan terlalu simplistik.

Refleksi saya: Johansson berhasil membuka ruang diskusi baru dengan fs/QCA, namun perlu kehati-hatian agar tidak terjebak pada simplifikasi metodologis.

Kritik Metodologis

  1. Indikator terbatas: hanya FDI & R&D, padahal inovasi juga terkait pendidikan, regulasi, dan kultur organisasi.

  2. Data agregat nasional: mengabaikan disparitas regional (misalnya, perbedaan Polandia barat vs timur).

  3. Fuzzy scoring: meskipun transparan, tetap rentan pada bias peneliti.

  4. Asumsi linearitas geografis: padahal sejarah kolonial, relasi Uni Soviet, dan integrasi UE juga berperan.

Namun demikian, penggunaan fuzzy-set sebagai “jembatan” antara teori dan data merupakan kontribusi metodologis signifikan, terutama untuk studi dengan N menengah.

Implikasi Ilmiah

Tesis ini memberikan beberapa implikasi penting:

  • Konseptual: memperluas pemahaman inovasi sebagai kombinasi faktor eksternal (FDI) dan internal (R&D), terkait erat dengan masyarakat sipil.

  • Metodologis: memperkenalkan fs/QCA sebagai alternatif bagi studi perbandingan lintas negara dengan N menengah.

  • Empiris: menegaskan pola barat–timur dalam performa inovatif CEE, mendukung gagasan “varieties of capitalism”.

  • Kebijakan: menunjukkan perlunya memperkuat masyarakat sipil dan R&D domestik agar FDI memberi efek jangka panjang.

Kesimpulan

Peter Johansson melalui tesis ini berhasil menggabungkan teori globalisasi, inovasi, dan transformasi sosial dengan metode fuzzy-set untuk menganalisis kinerja inovatif negara-negara CEE. Hasilnya menunjukkan diferensiasi tajam antarnegara, di mana kedekatan geografis dengan Eropa Barat dan kekuatan masyarakat sipil menjadi faktor penting.

Secara ilmiah, kontribusinya terletak pada penggunaan fs/QCA untuk menghubungkan konsep abstrak dengan data empiris. Walau terdapat keterbatasan metodologis, karya ini tetap menjadi referensi penting untuk memahami inovasi dalam konteks transformasi pasca-sosialis.

Selengkapnya
Resensi Konseptual dan Reflektif: Innovative Performance in the CEE Countries: A Cross-Country Study Using Fuzzy-Set Theory oleh Peter Johansson

Sistem Informasi Akademik

Menakar Keberhasilan Sistem Informasi Akademik Berbasis Website di ITN Malang dengan Model ISSM & SQM

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025


Di tengah derasnya arus digitalisasi, perguruan tinggi di Indonesia berlomba-lomba mengadopsi Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) berbasis website. Sistem ini bukan hanya alat administrasi, tetapi juga jantung pengelolaan data dan layanan akademik. Namun, seberapa sukseskah implementasi SIAKAD di kampus? Bagaimana cara mengukurnya secara objektif dan komprehensif?

Artikel berjudul “Analysis of Academic Information System Using Information System Success Model and System Quality Model Case Study of Institut Teknologi Nasional Malang” karya Setyowati, Chamidy, dan Faisal (2024) memberikan jawaban ilmiah atas pertanyaan tersebut. Dengan menggabungkan dua model evaluasi populer—Information System Success Model (ISSM) dan System Quality Model (SQM)—penelitian ini mengupas tuntas faktor-faktor penentu keberhasilan SIAKAD di Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang.

Ringkasan Paper: Tujuan, Metode, dan Fokus Analisis

Latar Belakang dan Tujuan

Transformasi digital di dunia pendidikan menuntut sistem informasi yang andal, mudah diakses, dan mampu memberikan manfaat nyata bagi penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk:

  • Mengidentifikasi faktor-faktor utama yang memengaruhi keberhasilan SIAKAD berbasis website di ITN Malang.
  • Mengukur sejauh mana kualitas sistem, kualitas informasi, dan kualitas layanan berpengaruh terhadap niat penggunaan, kepuasan pengguna, serta manfaat bersih (net benefit) dari SIAKAD.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan survei kepada 100 pengguna aktif SIAKAD ITN Malang. Para responden diminta menilai tiga aspek utama:

  1. Kualitas Sistem (System Quality/SQ): Seberapa baik performa teknis, keandalan, dan kemudahan penggunaan sistem.
  2. Kualitas Informasi (Information Quality/IQ): Akurasi, kelengkapan, dan relevansi informasi yang disajikan.
  3. Kualitas Layanan (Service Quality/SeQ): Dukungan teknis, kecepatan respons, dan keramahan layanan IT.

Analisis dilakukan dengan menguji hubungan antara ketiga aspek tersebut dengan niat penggunaan (intention to use), kepuasan pengguna (user satisfaction), dan manfaat bersih (net benefit) yang dirasakan.

Studi Kasus: Implementasi SIAKAD di ITN Malang

Deskripsi Sistem

SIAKAD ITN Malang adalah sistem berbasis website yang mengelola seluruh aktivitas akademik—mulai dari pendaftaran mata kuliah, pengisian nilai, hingga pengelolaan data mahasiswa dan dosen. Sistem ini dirancang untuk meminimalisir kesalahan administrasi, mempercepat proses pelayanan, dan meningkatkan transparansi data akademik.

Temuan Utama dari Survei

Hasil survei terhadap 100 pengguna aktif SIAKAD di ITN Malang menunjukkan bahwa:

  • Kualitas Informasi menjadi faktor paling dominan dalam memengaruhi kepuasan pengguna dan manfaat bersih. Pengguna merasa informasi yang disajikan oleh SIAKAD sangat akurat, relevan, dan mudah diakses.
  • Kualitas Sistem berpengaruh kuat terhadap niat penggunaan. Sistem yang responsif, mudah dipahami, dan minim gangguan teknis membuat pengguna semakin yakin untuk terus memanfaatkannya.
  • Kualitas Layanan juga berperan penting dalam meningkatkan kepuasan pengguna, terutama dalam hal dukungan teknis dan kecepatan respons tim IT.
  • Manfaat Bersih (Net Benefit) yang dirasakan institusi meliputi peningkatan efisiensi administrasi, pengurangan kesalahan input data, dan percepatan pelayanan akademik.

Seluruh hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, menandakan bahwa ketiga aspek (kualitas sistem, informasi, dan layanan) memang berpengaruh signifikan terhadap niat penggunaan, kepuasan pengguna, dan manfaat bersih SIAKAD.

Analisis dan Opini: Implikasi, Kelebihan, dan Kritik

Relevansi dengan Tren Industri

Temuan penelitian ini sangat relevan dengan tren global digitalisasi pendidikan. Banyak studi internasional menunjukkan bahwa kualitas sistem dan informasi adalah kunci utama keberhasilan adopsi sistem informasi di perguruan tinggi. Di era di mana mahasiswa dan dosen semakin melek digital, kecepatan akses, akurasi data, dan kemudahan penggunaan menjadi tuntutan utama.

Nilai Tambah Penelitian

Keunggulan utama penelitian ini terletak pada penggunaan dua model evaluasi sekaligus (ISSM dan SQM), sehingga analisis menjadi lebih komprehensif. Data empiris dari 100 responden juga memperkuat validitas hasil penelitian, karena menggambarkan pengalaman nyata pengguna SIAKAD di lapangan.

Kritik dan Saran Pengembangan

Namun, ada beberapa catatan kritis:

  • Generalisasi Terbatas: Penelitian ini hanya mengambil sampel dari satu institusi, sehingga hasilnya belum tentu berlaku di kampus lain dengan karakteristik berbeda.
  • Aspek Keamanan Data: Penelitian belum membahas aspek keamanan dan privasi data, padahal isu ini sangat krusial di era digital.
  • Pengalaman Mobile: Belum ada pembahasan terkait pengalaman pengguna di perangkat mobile, padahal tren penggunaan smartphone untuk akses SIAKAD semakin meningkat.

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah memperluas cakupan sampel ke beberapa perguruan tinggi lain, serta menambah variabel analisis seperti keamanan data, integrasi dengan sistem eksternal, dan pengalaman pengguna mobile.

Perbandingan dengan Penelitian Lain

Jika dibandingkan dengan penelitian serupa di perguruan tinggi lain, hasil penelitian ini konsisten dalam menegaskan pentingnya kualitas sistem dan informasi. Namun, beberapa studi di luar negeri menambahkan variabel lain seperti dukungan organisasi dan manajemen perubahan sebagai faktor penentu keberhasilan implementasi SIAKAD.

Sebagai contoh, di beberapa universitas di Amerika Serikat, adopsi SIAKAD berbasis cloud mampu meningkatkan efisiensi administrasi hingga 30%. Namun, tantangan utamanya justru terletak pada pelatihan pengguna dan keamanan data. Sementara itu, studi di Malaysia menemukan bahwa dukungan manajemen dan pelatihan intensif bagi pengguna menjadi pembeda antara implementasi SIAKAD yang sukses dan yang gagal.

Studi Kasus Nyata: Dampak SIAKAD di ITN Malang

Penelitian ini memberikan gambaran nyata tentang dampak positif SIAKAD di ITN Malang. Dengan 100 responden yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan staf administrasi, ditemukan bahwa:

  • Kepuasan Pengguna Tinggi: Mayoritas pengguna merasa puas dengan kemudahan akses, kecepatan sistem, dan akurasi data yang disajikan.
  • Efisiensi Administrasi Meningkat: Proses administrasi akademik menjadi lebih cepat dan minim kesalahan, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk pengelolaan data akademik dapat dipangkas secara signifikan.
  • Dukungan Teknis Memadai: Tim IT dinilai responsif dalam menangani masalah teknis, meski masih ada ruang untuk peningkatan, terutama dalam hal pelatihan pengguna baru.

Kesimpulan: Relevansi dan Arah Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini menegaskan bahwa keberhasilan SIAKAD berbasis website sangat dipengaruhi oleh kualitas informasi, kualitas sistem, dan kualitas layanan. Ketiga aspek ini tidak hanya meningkatkan kepuasan pengguna, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi institusi, baik dalam bentuk efisiensi administrasi maupun peningkatan kualitas layanan akademik.

Ke depan, penelitian serupa sebaiknya:

  • Melibatkan lebih banyak institusi untuk memperluas generalisasi hasil.
  • Menambahkan variabel baru seperti keamanan data, integrasi sistem, dan pengalaman pengguna mobile.
  • Mengkaji dampak SIAKAD terhadap kinerja akademik dan kepuasan stakeholder lain seperti orang tua dan alumni.

Sumber Asli Artikel

setyowati, K. D., Chamidy, T., & Faisal, M. (2024). Analysis of Academic Information System Using Information System Success Model and System Quality Model Case Study of Institut Teknologi Nasional Malang. Transactions on Informatics and Data Science, 1(1), 33–44. DOI: 10.24090/tids.v1i1.12234

Selengkapnya
Menakar Keberhasilan Sistem Informasi Akademik Berbasis Website di ITN Malang dengan Model ISSM & SQM
page 1 of 1