Rekayasa Fondasi
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 29 April 2025
Pendahuluan: Mengapa Reaktor Nuklir Butuh SPRA Generasi Baru
Sejak awal industri pembangkit listrik tenaga nuklir (NPP) di Amerika Serikat, aspek keselamatan terhadap bencana alam telah menjadi bagian dari regulasi wajib. Namun, pendekatan awal bersifat deterministik dan sangat konservatif, sehingga kurang realistis dalam menilai risiko nyata. Kini, pendekatan baru berbasis probabilistik dan risk-informed diadopsi secara luas, termasuk dalam menanggapi insiden seperti Fukushima 2011.
Dokumen ini menyoroti pengembangan MASTODON, alat baru berbasis MOOSE (Multiphysics Object-Oriented Simulation Environment) yang memungkinkan analisis seismik secara dinamis, realistis, dan terintegrasi dengan komponen lain dalam evaluasi keselamatan NPP. MASTODON menjadi pusat pengembangan dalam program Advanced Seismic Probabilistic Risk Assessment (ASPRA) di bawah RISMC (Risk-Informed Safety Margin Characterization).
Tujuan dan Konteks Penelitian
Artikel ini mengevaluasi kemampuan MASTODON untuk:
Dengan kata lain, MASTODON menyatukan semua proses dalam SPRA—dari simulasi gempa hingga perhitungan risiko sistemik—tanpa perlu berpindah antar software atau spreadsheet.
MASTODON: Fitur Utama & Inovasi Teknis
1. Simulasi Fisik ‘Source-to-Site’
MASTODON mampu memodelkan:
MASTODON mengintegrasikan model I-soil (tanah histeretik 3D) dan metode domain reduction untuk input gempa kompleks.
2. Penggunaan Backbone Curve Otomatis
Contoh:
SPRA dengan MASTODON: Proses Baru yang Terintegrasi
Langkah-Langkah Analisis SPRA:
Studi Kasus: Bangunan 4 Lantai + Fault Tree Sederhana
Studi ini menganalisis probabilitas kegagalan sistem pada bangunan bertingkat empat dengan dinding geser (shear wall) yang memiliki frekuensi alami sebesar 12 Hz, menggunakan pendekatan simulasi Monte Carlo sebanyak 30 sampel. Bangunan ini dilengkapi dengan tiga komponen penting: pompa, baterai, dan switchgear. Parameter stokastik utama dalam analisis ini mencakup kekakuan geser (dengan distribusi lognormal, median 1280 kip/ft, σ = 1.5) dan densitas material (median 2000 kcf, σ = 1.3), serta input percepatan tanah puncak (PGA) sebesar 0.6g. Berdasarkan hasil analisis, probabilitas kegagalan komponen individu menunjukkan bahwa baterai memiliki probabilitas kegagalan tertinggi sebesar 0.055, diikuti oleh switchgear sebesar 0.043, dan pompa sebesar 0.039. Perhitungan probabilitas top event pada fault tree menggunakan tiga metode berbeda, yaitu metode eksak (exact), batas atas (upper bound), dan pendekatan rare-event, yang semuanya menghasilkan nilai yang hampir identik, dengan probabilitas tertinggi sebesar 0.05667. Hasil ini menunjukkan bahwa meskipun masing-masing komponen memiliki tingkat kegagalan yang relatif kecil, akumulasi logika kegagalan dalam struktur sistem dapat menghasilkan probabilitas kegagalan sistem secara keseluruhan yang signifikan.
Nilai Tambah dan Keunggulan MASTODON
1. All-in-One Platform
Tidak perlu lagi menggunakan DEEPSOIL untuk site response, Excel untuk fragilitas, dan SAP2000 untuk respons struktur—semua terintegrasi di MASTODON.
2. Mengurangi Ketidakpastian
Dengan menghilangkan asumsi linearitas dan menggunakan simulasi stokastik, ketidakpastian teknis menjadi lebih terkendali.
3. Relevansi Industri
Cocok diterapkan untuk:
Tinjauan Kritis & Arah Pengembangan
Kelebihan:
Kekurangan & Tantangan:
Pengembangan ke Depan:
Kesimpulan: MASTODON Mengubah Wajah SPRA
MASTODON bukan sekadar alat simulasi, tapi fondasi untuk revolusi digital SPRA. Dengan kemampuan integrasi penuh, analisis stokastik realistis, dan pendekatan berbasis permintaan lokal, ia menjawab tantangan utama dalam desain dan evaluasi keselamatan reaktor nuklir modern. Dalam beberapa tahun ke depan, MASTODON berpotensi menjadi standar emas dalam PRA eksternal berbasis gempa.
Sumber : ASPRA_Beta_1_Report_RISMC V4 – Idaho National Laboratory (INL), Light Water Reactor Sustainability Program, Office of Nuclear Engineering, U.S. Department of Energy.
Rekayasa Fondasi
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 29 April 2025
Pendahuluan: Tantangan Tanah Ekspansif dalam Dunia Teknik Sipil
Tanah ekspansif merupakan salah satu jenis tanah paling menantang dalam rekayasa geoteknik. Sifatnya yang mengembang saat basah dan menyusut saat kering dapat menyebabkan kerusakan serius pada bangunan, terutama struktur ringan dengan pondasi dangkal. Fenomena ini tidak hanya memicu keretakan, tetapi juga deformasi yang merusak estetika dan fungsi bangunan.
Dalam studi oleh Z. Farid, N. Lamdouar, dan J. Ben Bouziyane, para peneliti mengembangkan metode prediksi sederhana namun akurat untuk menentukan apakah pondasi tetap bersentuhan dengan tanah atau mengalami "lift-off" (lepas kontak) saat tanah mengembang. Mereka memperkenalkan konsep baru bernama “Detachment Factor (Fd)”.
Apa Itu Detachment Factor dan Mengapa Penting?
Detachment Factor (Fd) adalah faktor tunggal yang memungkinkan insinyur memprediksi apakah pondasi akan tetap menempel atau lepas dari tanah ekspansif. Sebelumnya, tidak ada metode tunggal dan praktis untuk menentukan hal ini.
Definisi Fd:
Fd=L⋅k4(Y−Δ)F_d = \frac{L \cdot k}{4} (Y - \Delta)
Dengan:
Jika total beban struktur ΣF lebih kecil dari Fd, maka akan terjadi detachment (pondasi lepas kontak sebagian). Sebaliknya, jika ΣF ≥ Fd, pondasi akan tetap kontak penuh.
Model Interaksi Tanah-Struktur
1. Model Tanah
Tanah diasumsikan sebagai sistem elastis homogen dengan modulus reaksi konstan, dimodelkan sebagai pegas ala Winkler. Ini menyederhanakan perhitungan tanpa mengurangi akurasi.
2. Model Struktur
Bangunan dimodelkan sebagai balok beton dengan panjang tetap L, yang mengalami defleksi maksimum Δ. Defleksi struktur dibandingkan dengan pengembangan tanah untuk menentukan zona kontak dan non-kontak.
3. Model Beban
Tiga jenis beban diperhitungkan:
Beban total ΣF = P + w·L/2 + W
Metodologi: Prediksi Kontak dengan Detachment Factor
Langkah-Langkah:
Analisis Parameter: Studi Parametrik
Peneliti melakukan studi parametrik untuk mengetahui pengaruh masing-masing parameter terhadap kondisi kontak pondasi-tanah.
1. Modulus Reaksi Tanah (k)
2. Pengembangan Bebas Tanah (Y)
3. Defleksi Izin Struktur (Δ)
4. Panjang Pondasi (L)
Validasi Metode: Studi Kasus Internasional
Untuk menguji keakuratan metode Detachment Factor (Fd) dalam memprediksi kondisi kontak antara pondasi dan tanah ekspansif, penelitian ini membandingkannya dengan lima studi kasus nyata dari literatur internasional. Hasil validasi menunjukkan konsistensi tinggi antara prediksi dan kondisi lapangan. Pada studi oleh Ejjaaouani (2008), nilai Fd sebesar 763.49 kN/m dibandingkan dengan beban total ΣF sebesar 900 kN/m, menghasilkan prediksi “tidak terlepas”, yang sesuai dengan observasi di lapangan. Sebaliknya, pada studi oleh Viet Do et al. (2008), nilai Fd mencapai 6750 kN/m, sementara beban aktual jauh di bawah ambang batas (kurang dari 1350 kN/m), sehingga diprediksi akan terjadi lepas kontak (lift-off) — dan hasilnya juga sesuai. Kasus lain seperti Baheddi (2007), serta dua skenario dari Mitchell (1984) menunjukkan prediksi “terlepas”, dengan ΣF jauh lebih kecil dibandingkan Fd, dan semuanya terkonfirmasi melalui data lapangan. Bahkan untuk kasus Viet Do, perhitungan mundur menunjukkan bahwa dibutuhkan beban lebih dari 1350 kPa agar pondasi tidak terlepas — angka yang tidak realistis untuk sistem pondasi dangkal. Validasi ini menegaskan bahwa metode Fd dapat diandalkan sebagai alat praktis dalam merancang pondasi pada tanah ekspansif, terutama dalam memprediksi potensi detachment dengan akurasi tinggi.
Diskusi: Jawaban atas Pertanyaan Kritis
Apakah kondisi kontak lebih dipengaruhi oleh tanah, struktur, atau interaksinya?
Jawabannya adalah kombinasi dari keduanya. Hal ini ditegaskan oleh rumus Fd yang menggabungkan parameter tanah (Y, k) dan struktur (L, Δ). Semakin berat beban dan fleksibel struktur, semakin besar kemungkinan pondasi mempertahankan kontak penuh.
Opini dan Kritik Konstruktif
Kekuatan Studi Ini:
Kekurangan:
Relevansi dalam Proyek Infrastruktur Modern
Metode ini sangat cocok untuk digunakan di negara seperti Indonesia, di mana:
Saran implementasi:
Kesimpulan: Desain Pondasi Lebih Aman dan Ekonomis dengan Fd
Dengan pendekatan Detachment Factor, perancang struktur kini dapat:
Metode ini menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik, memberi insinyur alat prediksi yang intuitif, cepat, dan akurat.
Sumber : Farid, Z., Lamdouar, N., & Ben Bouziyane, J. (2021). A New Simplified Prediction Method of the Contact State between Shallow Foundations and Swelling Ground. Civil Engineering Journal, Vol. 7(5), 880–892.
Rekayasa Fondasi
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 29 April 2025
Pendahuluan: Menyelesaikan Masalah Fondasi dari Akar Permasalahan
Dalam proyek pembangunan infrastruktur berskala besar, tanah menjadi salah satu elemen penentu keberhasilan atau kegagalan struktural. Salah satu tantangan paling besar yang dihadapi di wilayah barat laut Tiongkok adalah tanah loess kolaps dengan ketebalan besar (large thickness collapsible loess). Penelitian oleh Xiucang Zhang dan Qiang Lv berfokus pada kota Lanzhou, sebagai salah satu pusat konstruksi yang terkena dampak dari sifat merusak tanah ini.
Artikel ini menyatukan analisis teknis, studi kasus nyata, serta pendekatan ekonomi dan praktis dalam penanganan tanah loess kolaps, sekaligus menambahkan konteks tren konstruksi modern, seperti keberlanjutan dan efisiensi biaya.
Apa Itu Tanah Loess Kolaps dan Mengapa Sulit Ditangani?
Loess kolaps adalah jenis tanah lempung berdebu yang sangat rentan terhadap perubahan volume saat terkena air. Tanah ini akan mengalami penyusutan ekstrem jika mengalami beban saat dalam kondisi jenuh air.
Statistik penting:
Masalah utama:
Distribusi dan Ciri Geoteknik Tanah Loess Kolaps di Lanzhou
1. Ketebalan dan Kerapuhan
2. Kondisi Iklim & Geologi
Kondisi kering ini membuat lahan tampak stabil, namun justru rawan kolaps saat proses konstruksi menambah beban dan kelembapan.
Masalah dalam Investigasi Geoteknik di Situs Loess Kolaps
1. Kedalaman Investigasi Tidak Mencapai Lapisan Penuh
Banyak teknisi hanya mengebor hingga 15 meter, padahal standar konstruksi di wilayah loess kolaps menyarankan penetrasi hingga dasar lapisan kolaps, terutama jika kedalamannya lebih dari 20 meter.
2. Kesalahan dalam Pengujian Tekanan Kolaps
Pengujian sering tidak sesuai dengan standar GB50025-2018, terutama dalam:
3. Evaluasi Derajat Kolaps yang Tidak Akurat
Evaluasi kolaps sering tidak mempertimbangkan variabilitas antar lokasi, sehingga hasilnya tidak dapat dijadikan dasar perencanaan desain pondasi yang tepat. Ini menyebabkan:
Metode Penanganan Fondasi di Tanah Loess Kolaps Tebal
1. Metode Kompaksi Dinamis Lubang Dalam (Deep-in-Hole Dynamic Compaction)
Langkah-langkahnya:
Keuntungan:
2. Kontrol Penurunan Sisa Kolaps
Standar teknis untuk struktur Kelas C:
Solusi:
3. Strategi untuk Situs dengan Kedalaman Kolaps > 20m
Jika residu penurunan masih dalam batas:
Hasilnya:
4. Sistem Drainase dan Pencegahan Retakan Struktural
Banyak kegagalan proyek di Jiuzhoutai dan Gaolan disebabkan:
Langkah pencegahan:
Studi Kasus: Daerah Perkembangan Yuzhong dan Fanjiaping, Lanzhou
Yuzhong Heping Development Zone:
Fanjiaping & Baidaoping:
Dashagou Land Development Zone:
Kritik & Opini: Mengapa Penelitian Ini Penting?
Nilai Tambah Artikel Ini:
Kritik:
Relevansi Global dan Potensi Adaptasi
Dalam konteks pembangunan hijau dan berkelanjutan, penanganan tanah seperti loess kolaps sangat penting. Indonesia misalnya, memiliki lahan dengan kondisi tanah lempung ekspansif dan aluvial lembek, yang membutuhkan pendekatan serupa. Adopsi teknologi perkuatan fondasi berbasis data geoteknik lokal menjadi solusi yang dapat ditiru di berbagai negara berkembang.
Kesimpulan: Dari Tanah Kolaps Menuju Konstruksi Stabil
Penanganan tanah loess kolaps memerlukan:
Kota Lanzhou menjadi contoh nyata bagaimana pendekatan ilmiah, teknis, dan praktis dapat digunakan untuk menyelesaikan tantangan geoteknik ekstrem. Artikel ini menjadi referensi penting bagi para insinyur, arsitek, dan pengambil kebijakan yang menghadapi kondisi tanah ekstrem.
Sumber : Zhang, Xiucang & Lv, Qiang (2020). Research on the Geotechnical Engineering Investigation and Foundation Treatment Methods of Large Thickness Collapsible Loess. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science, 560(1):012001.
Rekayasa Fondasi
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 29 April 2025
Pendahuluan: Kecerdasan Buatan Mengubah Dunia Geoteknik
Kecerdasan Buatan (AI) telah menjadi kekuatan transformatif di berbagai bidang, termasuk teknik geoteknik. Dalam disiplin ini, AI hadir melalui sistem pengambilan keputusan berbasis algoritma (ADM) yang mampu meniru proses berpikir manusia. Artikel ini merangkum isi dan menganalisis kontribusi penting dari paper berjudul Artificial Intelligence in Geotechnical Engineering oleh Evelyn Bennewitz dan Heinz Konietzky.
Artikel tersebut tidak hanya menjelaskan konsep dasar AI dan klasifikasinya, tapi juga menyoroti studi kasus dan penerapan nyata seperti pada sistem pendukung terowongan, prediksi gempa bumi, dan desain struktur truss. Dengan menambahkan konteks praktis, ulasan ini menyatukan ringkasan akademik dengan analisis dunia nyata untuk pembaca profesional dan pemula.
Konsep Dasar dan Perkembangan AI dalam Teknik Geoteknik
AI didefinisikan sebagai sistem perangkat lunak yang meniru perilaku cerdas dengan membuat keputusan menggunakan algoritma. Konsep ini tidak muncul secara tiba-tiba; ia tumbuh dari gagasan filosofis dan teknis sejak era Aristoteles hingga Turing.
Donald Hebb memperkenalkan prinsip belajar berbasis koneksi saraf pada 1949, yang mengilhami pemodelan neuron buatan. Sistem ADM pertama kali diimplementasikan melalui bahasa logika Prolog pada 1980.
Aplikasi ADM dalam geoteknik meliputi:
Jenis-Jenis Sistem ADM: Expert System vs Agent System
1. Expert Systems (XPS)
Sistem ini bergantung pada pengetahuan pakar yang dikodifikasi dalam bentuk logika keputusan. Contoh aplikasinya:
📌 Studi Kasus: Terowongan Dolaei di Iran
Tim peneliti menggunakan metode FDAHP (Fuzzy Delphi Analytic Hierarchy Process) dan ELECTRE untuk memilih sistem pendukung terowongan terbaik dari lima alternatif. Enam kriteria utama dipertimbangkan, seperti kondisi air tanah, kapasitas ekonomi, dan umur layanan.
Hasil:
Sistem "rock bolt dengan shotcrete" dipilih sebagai solusi paling optimal.
Nilai Tambah:
Validasi oleh para ahli menunjukkan tingkat akurasi dan keandalan sistem berbasis AI.
2. Agent Systems (AS)
Berbeda dengan XPS, AS memiliki kemampuan adaptasi dan belajar dari lingkungan, seperti dalam sistem augmented reality (AR) untuk pemodelan tambang. AR digunakan untuk menggantikan antarmuka tradisional dengan realitas interaktif.
📌 Studi Kasus: GeoScope
Menggabungkan AR, Google Sketchup, dan ArcGIS, tim menciptakan pemodelan 3D real-time untuk lingkungan tambang. Sistem ini membantu mengidentifikasi objek dan menganalisis hipotesis geoteknik lebih cepat.
Algoritma ADM: Struktur, Perencanaan, dan Optimasi
1. Structured Search Algorithms
Algoritma ini bekerja seperti pohon keputusan, di mana sistem menjelajahi node untuk mencapai solusi. Semakin besar basis data, semakin kompleks pencariannya.
📌 Contoh Aplikasi:
Menentukan kedalaman optimal penggunaan alat berat seperti “Development Jumbo Drill”.
2. Optimasi & Sampling
Metode sampling digunakan untuk mengurangi kompleksitas, seperti Latin Hypercube Sampling (LHS). Sensitivity analysis memungkinkan fokus hanya pada parameter yang paling berpengaruh.
📌 Studi Kasus: Prediksi Tekanan Normal (σ)
Parameter utama seperti kekakuan sambungan batu diuji menggunakan LHS dan dibandingkan dampaknya terhadap tegangan hasil.
Pendekatan Regresi dan Model Prediktif
Paper ini juga mengevaluasi beberapa metode prediktif:
1. ARIMA & GARCH untuk Prediksi Gempa (Shishegaran 2019)
2. Random Forest, M5P, dan SVM untuk Kekuatan Pondasi
📌 Studi Kasus: Pondasi Strip dengan Beban Miring (Dutta et al. 2019). Model SVM-RBF mengungguli M5P dan Random Forest dalam hal akurasi (nilai R² tinggi dan MSE rendah). Parameter penting: rasio kemiringan dan eksentrisitas.
Algoritma Optimasi Evolusioner: GA, PSO, GEP
1. Genetic Algorithm (GA)
📌 Studi Kasus: Struktur Beton Terkorosi (Farahani 2020)
Lokasi: Pantai Bandar-Abbas, Iran
Tujuan: Minimalkan biaya siklus hidup dan maksimalkan masa pakai. Metode: Simulasi Finite Element + GA → Solusi optimal kombinasi pelapisan beton dan penguatan ulang.
2. Particle Swarm Optimization (PSO)
📌 Studi Kasus: Optimasi Struktur Truss (Akbari & Henteh 2019)
3. Gene Expression Programming (GEP)
📌 Studi Kasus: Kekuatan Tekan Beton GGBFS (Akin & Abejide 2019)
GEP menghasilkan model nonlinear yang lebih akurat dibanding regresi linier konvensional.
Kecerdasan Neural: Artificial Neural Networks (ANN)
📌 Studi Kasus 1:
Prediksi kekuatan lentur beton dengan substitusi material (fly ash, metakaolin, GGBFS). ANN menunjukkan korelasi kuat antara hasil eksperimen dan prediksi.
📌 Studi Kasus 2:
Prediksi Ultimate Bearing Capacity dari pondasi dalam lapisan pasir ganda → ANN lebih akurat daripada M5P.
Sistem Hibrida: Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS)
📌 Studi Kasus: Shear Connectors pada Struktur Komposit (Kalantari et al. 2019)
ANFIS menggabungkan kecerdasan ANN dan fuzzy logic, menghasilkan prediksi kuat terhadap kekuatan geser sambungan.
Evaluasi: RMSE dan MAE dalam rentang sangat rendah, menunjukkan akurasi tinggi.
Kesimpulan & Rekomendasi
🔍 Originalitas & Nilai Tambah:
Studi ini berhasil menampilkan penerapan praktis AI dalam teknik geoteknik secara multidimensi, mulai dari pemodelan hingga pengambilan keputusan. Penambahan opini kritis dan studi kasus membuktikan bahwa AI bukan sekadar teori, tapi alat nyata untuk efisiensi infrastruktur.
⚡ Penerapan Nyata:
📈 Tren Masa Depan: Kombinasi AI, AR, dan Big Data diprediksi akan menjadi standar dalam pengembangan sistem infrastruktur cerdas.
Sumber : Bennewitz, Evelyn & Konietzky, Heinz (2020). Artificial Intelligence in Geotechnical Engineering. TU Bergakademie Freiberg.
Rekayasa Fondasi
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 29 April 2025
Latar Belakang dan Signifikansi Penelitian
Industri lepas pantai, khususnya dalam eksplorasi minyak dan gas, menghadapi risiko tinggi seperti kebocoran, kebakaran, dan ledakan. Penelitian oleh Samir Massoud Deyab (2017) berfokus pada analisis risiko komponen proses lepas pantai dengan menggunakan Bayesian Network (BN) untuk mengatasi keterbatasan metode konvensional seperti Bow-Tie (BT). Studi ini menawarkan solusi inovatif untuk menangani ketidakpastian data dan ketergantungan antar faktor penyebab kegagalan, yang sering diabaikan dalam analisis tradisional.
Metodologi dan Studi Kasus
Penelitian ini menggabungkan dua pendekatan utama:
1. Analisis Sensitivitas untuk Kompresor dan Heat Exchanger:
- Menggunakan Bayesian Network untuk memodelkan ketergantungan antar penyebab kegagalan.
- Hasil Kunci:
- Probabilitas kegagalan kompresor meningkat dari 5×10⁻³ menjadi 7.32×10⁻³ (naik 46%) saat ketergantungan antar faktor dipertimbangkan.
- Probabilitas kegagalan heat exchanger naik dari 4×10⁻³ menjadi 7.32×10⁻³ (naik 75%).
2. Pemetaan Bow-Tie ke Bayesian Network:
- Studi kasus kebocoran pipa bawah laut dengan tiga logika: OR, Noisy-OR, dan Leaky Noisy-OR.
- Temuan Penting:
- Probabilitas kebocoran pipa: 1.43×10⁻² (OR), 3.75×10⁻³ (Noisy-OR), dan 5.12×10⁻² (Leaky Noisy-OR).
- Seabed soil erosion dan seabed movement adalah penyebab paling kritis, dengan peningkatan probabilitas hingga 85.78% dan 76.11%.
Analisis dan Nilai Tambah
1. Kelebihan Bayesian Network:
- Mampu menangani ketidakpastian data dan ketergantungan kompleks antar faktor.
- Noisy-OR dan Leaky Noisy-OR memungkinkan analisis risiko dengan data terbatas.
2. Kritik terhadap Metode Konvensional:
- Bow-Tie dinilai statis dan tidak mampu memodelkan evolusi skenario risiko secara dinamis.
3. Aplikasi Industri:
- Cocok untuk pemantauan real-time menggunakan IoT.
- Studi kasus kebocoran pipa bawah laut relevan untuk proyek di wilayah dengan geologi kompleks, seperti Laut Utara atau Teluk Meksiko.
Kesimpulan dan Rekomendasi
- BN terbukti lebih unggul dalam akurasi dan fleksibilitas dibanding metode tradisional.
- Rekomendasi:
- Integrasi BN dengan data real-time untuk pemantauan terus-menerus.
- Pelatihan ahli untuk mengisi CPT (Conditional Probability Tables) dengan presisi tinggi.
Sumber : Deyab, S.M. (2017). Failure Modeling and Analysis of Offshore Process Components. Tesis Master, Memorial University of Newfoundland.
Rekayasa Fondasi
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 29 April 2025
Teknik geoteknik memegang peranan krusial dalam perencanaan dan pembangunan kota yang berkelanjutan serta tangguh terhadap berbagai tantangan lingkungan dan geologi. Paper oleh S.M. Haeri dari Sharif University of Technology ini mengupas secara mendalam bagaimana penerapan teknik geoteknik dapat menjamin stabilitas dan keamanan berbagai proyek pembangunan, mulai dari gedung, jalan, hingga infrastruktur bawah tanah, terutama di daerah rawan bencana dan kondisi tanah bermasalah.
Pentingnya Teknik Geoteknik dalam Pembangunan Kota
Sebelum melakukan pembangunan, sangat penting untuk menjawab beberapa pertanyaan mendasar terkait kondisi tanah, seperti apakah tanah mampu menahan beban konstruksi, apakah perpindahan tanah yang terjadi dapat diterima, dan bagaimana pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar. Tanpa investigasi geoteknik yang tepat, pembangunan yang berkelanjutan dan tahan bencana tidak dapat dicapai.
Jenis Tanah Bermasalah dan Dampaknya
Paper ini mengidentifikasi berbagai jenis tanah bermasalah yang sering ditemui, seperti:
Studi kasus yang dilakukan di Gorgan menunjukkan bahwa tanah loess memiliki struktur berpori besar dan rapuh yang mudah runtuh saat terpapar air, berdasarkan uji double oedometer yang menunjukkan besarnya penurunan tanah akibat pembasahan.
Stabilitas Lereng dan Risiko Longsor
Lereng yang tidak stabil menjadi ancaman serius, terutama di daerah perbukitan dan pegunungan. Longsor dapat dipicu oleh hujan lebat atau gempa bumi, seperti yang terjadi di Pakistan, Brasil, dan Jepang. Contoh nyata di Iran adalah longsor yang terjadi di jalan bebas hambatan Tehran-Chalus akibat penggalian yang tidak didukung studi geoteknik memadai, menyebabkan kerusakan infrastruktur dan gangguan lalu lintas.
Tantangan Ekskavasi Dalam Kota
Ekskavasi dalam untuk pembangunan gedung bertingkat tinggi di kawasan padat penduduk menghadirkan risiko besar, seperti kerusakan dinding penahan, gangguan pada bangunan sekitar, dan perubahan rezim air tanah. Proyek Tuba di Tehran menjadi contoh sukses di mana kedalaman ekskavasi mencapai 28,5 meter dengan pengawasan ketat dan desain penahan tanah yang cermat menggunakan tiang beton kontinyu dan sistem tieback untuk menahan deformasi bangunan sekitar.
Implikasi dan Rekomendasi
Hubungan dengan Tren Industri dan Penelitian Lain
Penelitian ini sangat relevan dengan tren global pembangunan kota pintar dan berkelanjutan yang menekankan ketahanan terhadap bencana alam. Integrasi teknik geoteknik dengan teknologi digital dan sensor monitoring menjadi kunci dalam mengoptimalkan keamanan dan efisiensi pembangunan perkotaan masa depan. Selain itu, pendekatan ini sejalan dengan prinsip green engineering yang mengutamakan keberlanjutan lingkungan.
Kesimpulan
Paper ini menegaskan bahwa teknik geoteknik bukan hanya aspek teknis, melainkan pilar utama dalam mewujudkan kota yang berkelanjutan dan tahan bencana. Studi kasus nyata dan data eksperimen yang disajikan memperlihatkan bagaimana pendekatan ilmiah dan rekayasa yang tepat dapat mengatasi tantangan tanah bermasalah, stabilitas lereng, dan ekskavasi dalam kota. Dengan demikian, penerapan geoteknik yang matang harus menjadi bagian integral dari setiap proyek pembangunan perkotaan modern.
Sumber: Haeri, S.M. "The role of geotechnical engineering in sustainable and resilient cities," Scientia Iranica, Transactions A: Civil Engineering, Sharif University of Technology, 2016.