Perbaikan Tanah dan Stabilitas Tanah
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 23 April 2025
Tanah di lokasi proyek tidak selalu ideal untuk fondasi bangunan. Ketika ditemukan tanah lemah seperti lempung jenuh atau tanah organik, perbaikan tanah menjadi langkah krusial untuk meningkatkan daya dukung tanah, memperkecil penurunan, dan menghindari kegagalan struktur.
Makalah ilmiah karya Gaafer, Bassioni, dan Mostafa (2015) ini menyajikan klasifikasi menyeluruh teknik-teknik perbaikan tanah yang umum digunakan di lapangan, termasuk metode tanpa campuran, dengan campuran, stabilisasi kimia, grouting, serta teknik termal.
Artikel ini tidak hanya merangkum teori, tetapi juga mencakup studi kasus, data perbandingan biaya, efektivitas, dan pertimbangan praktis dalam memilih metode terbaik untuk proyek tertentu.
Kategori Utama Teknik Perbaikan Tanah
Makalah membagi teknik perbaikan tanah dalam lima kelompok besar:
1. Perbaikan Tanah Tanpa Campuran
1.1 Penggantian Tanah (Soil Replacement)
1.2 Preloading atau Pre-compression
1.3 Vertical Drains
a. Sand Drains
b. Prefabricated Vertical Drains (PVD)
2. Perbaikan Tanah dengan Campuran/Inklusi
2.1 Stone Columns
3. Stabilisasi Kimia dan Grouting
3.1 Stabilisasi Kimia
a. Semen
b. Kapur
c. Fly Ash
3.2 Deep Mixed Columns
3.3 Jet Grouting
4. Teknik Termal
4.1 Pemanasan Tanah
4.2 Pembekuan Tanah
5. Studi Kasus: Perbandingan Biaya dan Efektivitas
Studi kasus nyata menunjukkan bagaimana pilihan metode perbaikan tanah sangat memengaruhi efisiensi biaya dan kinerja teknis. Pada proyek pembangunan silo alumina berkapasitas 23.000 ton di atas tanah berlapis pasir medium (0–18 m) dan lempung kaku (18–35 m), lima metode diuji berdasarkan rasio biaya dan besar penurunan. Hasilnya menunjukkan bahwa metode preloading memiliki rasio biaya paling rendah (1.0) dengan penurunan hanya 0,2 meter. Sebagai perbandingan, pancang beton sedalam 35 meter menelan biaya 60 kali lipat lebih besar meski memberikan penurunan paling kecil yaitu 0,08 meter. Dengan demikian, preloading dianggap sebagai solusi paling ekonomis karena tetap memberikan kinerja penurunan yang dapat diterima.
Sementara itu, studi kedua dilakukan pada proyek tangki minyak yang berdiri di atas 27 meter tanah lempung lunak. Tiga metode dibandingkan dari sisi rasio biaya. Hasilnya, preloading tanpa vertical drains menjadi metode paling hemat (rasio biaya 1.0). Namun, penambahan sand drains sepanjang 28 meter terbukti mempercepat proses konsolidasi tanah, meskipun biayanya meningkat tiga kali lipat (rasio 3.0). Jika dibandingkan dengan pancang beton 30 meter yang memiliki rasio biaya 20.0, kombinasi preloading dan sand drains tetap jauh lebih efisien. Kesimpulannya, vertical drains memberikan keseimbangan ideal antara efisiensi waktu dan biaya, dibandingkan solusi fondasi dalam yang mahal.
Rekomendasi Praktis
Kritik dan Opini
Penelitian ini memberikan katalog metode perbaikan tanah secara sistematis, tetapi belum menyatukan semua parameter penting (daya dukung, penurunan, biaya, dan kemudahan eksekusi) dalam satu kerangka pemilihan. Untuk aplikasi praktis, perlu pendekatan kuantitatif berbasis multi-criteria decision making seperti dalam studi-studi yang lebih baru (misalnya Sánchez-Garrido et al., 2022).
Kesimpulan
Teknik perbaikan tanah adalah fondasi dari fondasi. Pilihan metode tergantung pada kondisi tanah, waktu, anggaran, dan jenis struktur yang dibangun. Preloading, stone columns, dan stabilisasi kimia adalah solusi umum, namun pendekatan berbasis data, eksperimen, dan simulasi sangat penting untuk menentukan strategi terbaik.
Makalah ini menegaskan perlunya studi lebih lanjut terhadap teknik removal and replacement, karena metode ini berpotensi memberikan keseimbangan optimal antara performa geoteknik dan biaya konstruksi.
Sumber : Gaafer, Manar, Bassioni, Hesham, & Mostafa, Tareq. (2015). Soil Improvement Techniques. International Journal of Scientific & Engineering Research, 6(12), 217–222.
Perbaikan Tanah dan Stabilitas Tanah
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 23 April 2025
Tanah gipsum yang meliputi sekitar 30% wilayah Irak dikenal rentan amblas saat basah. Ketika terkena air, gipsum larut dan meninggalkan pori besar, menyebabkan fondasi bangunan tidak stabil. Penelitian oleh Jawad dan Jahanger (2024) mencoba memahami pengaruh kontaminasi minyak—khususnya kerosin—terhadap pola runtuh dan deformasi tanah gipsum. Studi ini memadukan pendekatan eksperimental dan simulasi numerik untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif terhadap interaksi tanah-fondasi dalam kondisi kontaminasi minyak.
Latar Belakang: Mengapa Tanah Gipsum Perlu Diteliti?
Metodologi: Dua Pendekatan, Satu Tujuan
1. Eksperimen Laboratorium
2. Simulasi Plaxis 3D
Temuan Utama: Apa yang Terjadi Saat Kerosin Dicampur ke Tanah?
⚙️ Karakteristik Tanah
Hasil Pengujian: Studi Kasus dan Angka Nyata
Hasil pengujian uji geser langsung menunjukkan pengaruh kadar kerosin terhadap sifat mekanik tanah. Pada kadar kerosin 0% (alami), sudut geser (ϕ) tercatat sebesar 32° dengan kohesi (c) 27 kPa. Ketika kadar kerosin meningkat menjadi 3%, sudut geser meningkat menjadi 35,04° sementara kohesi menurun menjadi 18,24 kPa. Pada kadar 6%, sudut geser sedikit menurun menjadi 34° dengan kohesi yang juga berkurang menjadi 22,87 kPa. Namun, pada kadar kerosin 9%, sudut geser kembali meningkat menjadi 36,13°, tetapi kohesi mengalami penurunan signifikan hingga 7,76 kPa. Analisis ini menunjukkan bahwa penambahan kerosin dapat meningkatkan sudut geser tanah, namun pada saat yang sama, kerosin juga menyebabkan penurunan kohesi akibat pelumasan antar partikel, yang dapat mempengaruhi stabilitas tanah dalam aplikasi geoteknik.
2. Pengaruh Kerosin terhadap Potensi Kolaps (Cp)
Kesimpulan: 9% kerosin sangat efektif mereduksi potensi runtuh.
Hasil Visualisasi Deformasi dengan PIV
Pola Pergerakan Tanah
Kecepatan dan Arah Pergerakan
Simulasi Plaxis 3D: Validasi Hasil PIV
Simulasi Plaxis 3D dapat digunakan untuk memvalidasi hasil PIV dengan mempertimbangkan kondisi tanah yang berbeda. Perbandingan antara S/B Lab dan S/B Plaxis penting untuk memahami perbedaan hasil analisis dan memastikan akurasi model dalam menggambarkan perilaku tanah di lapangan.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa untuk kondisi tanah kering, rasio S/B Lab sebesar 3,56 berbanding 2,49 pada S/B Plaxis, sedangkan untuk kondisi jenuh, rasio S/B Lab 40,24 berbanding 38,41 pada S/B Plaxis. Perbedaan ini menunjukkan bahwa meskipun ada variasi antara hasil laboratorium dan simulasi, hasil simulasi Plaxis 3D mendekati hasil eksperimen yang diperoleh, yang mendukung validitas model yang digunakan. Dengan demikian, simulasi ini memberikan keyakinan bahwa model dapat diandalkan untuk analisis lebih lanjut dalam proyek geoteknik.
Distribusi Regangan dan Perpindahan
📈 Displacement Vector Maps menunjukkan zona deformasi makin dalam namun terkontrol saat kerosin ditambahkan.
Kritik dan Catatan Tambahan
Implikasi Praktis bagi Dunia Teknik Sipil
💡 Catatan Lingkungan: Kerosin bukan solusi ramah lingkungan jangka panjang. Perlu riset lanjutan untuk alternatif yang lebih hijau.
Kesimpulan
Penelitian ini mengintegrasikan dua pendekatan—eksperimen visual PIV dan simulasi numerik Plaxis 3D—untuk menganalisis interaksi fondasi-strip pada tanah gipsum dalam berbagai kondisi. Tambahan kerosin hingga 9% terbukti efektif mengurangi potensi runtuh dari kategori tinggi menjadi tidak runtuh. Visualisasi deformasi dengan PIV memberikan wawasan berharga terhadap mekanisme kegagalan tanah, sementara simulasi Plaxis memberikan validasi numerik yang andal.
Sumber :Jawad, H. M., & Jahanger, Z. K. (2024). The Effect of Oil Contaminated on Collapse Pattern in Gypseous Soil Using Particle Image Velocimetry and Simulation. Civil Engineering Journal, 10(7), 2325–2343.
Perbaikan Tanah dan Stabilitas Tanah
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 23 April 2025
Fondasi adalah penopang utama struktur bangunan. Namun, kondisi tanah sering kali menjadi tantangan besar. Ketika tanah tidak cukup kuat untuk mendukung fondasi dangkal, biaya bisa melonjak akibat kebutuhan fondasi dalam. Oleh karena itu, perbaikan atau penguatan tanah menjadi pilihan menarik yang dapat mengurangi biaya dan meningkatkan keberlanjutan konstruksi.
Artikel ini mengulas studi oleh Antonio J. Sánchez-Garrido dan koleganya, yang membandingkan lima alternatif desain fondasi rumah tinggal satu lantai, termasuk teknik perbaikan tanah yang berbeda, menggunakan pendekatan multi-criteria decision-making (MCDM) berbasis indikator ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Lima Alternatif Desain Fondasi
Penelitian ini menggunakan kasus rumah tinggal di Jaén, Spanyol. Tanahnya memiliki kapasitas dukung rendah dan kandungan sulfat tinggi yang agresif terhadap beton. Kelima alternatif fondasi yang dianalisis adalah:
Setiap solusi dievaluasi dari sudut pandang siklus hidup penuh (cradle-to-grave), dengan masa pakai 50 tahun.
Indikator Keberlanjutan yang Digunakan
Tiga dimensi utama keberlanjutan diukur menggunakan 37 indikator:
Studi Kasus: Perbandingan Dampak Ekonomi
Temuan Penting:
Kesimpulan Ekonomi: CNJ (nailing of precast joists) adalah pilihan paling ekonomis dan efisien untuk proyek ini.
Studi Kasus: Dampak Lingkungan
Hasil Evaluasi:
📊 Hasil:
REF memiliki dampak lingkungan yang relatif rendah, tetapi hanya CNJ yang secara signifikan mengurangi dampak di semua kategori. Kesimpulan Lingkungan: CNJ unggul jauh dibandingkan semua alternatif.
Studi Kasus: Dampak Sosial
Aspek sosial menilai keselamatan pekerja, kenyamanan pengguna, serta kontribusi terhadap komunitas lokal.
Temuan Sosial Utama:
🔎 Indeks Sosial Tertinggi:
Kesimpulan Sosial: B + C paling unggul dari sisi sosial, dengan CNJ sebagai runner-up.
Analisis dan Interpretasi
Penelitian ini menonjol karena menerapkan pendekatan holistik dan kuantitatif terhadap pemilihan teknik perbaikan tanah. Penggunaan 37 indikator dalam 3 dimensi keberlanjutan memberikan gambaran menyeluruh atas performa tiap alternatif. Studi Ini Menunjukkan:
📌 Kritik:
Studi tidak mempertimbangkan potensi daur ulang tanah galian (misalnya pada B + C), yang bisa meningkatkan performa lingkungan lebih lanjut.
Implikasi Industri dan Rekomendasi Praktis
🔧 Untuk proyek rumah tinggal di tanah dengan daya dukung rendah dan kadar sulfat tinggi:
🧠 Prinsip Kunci: Teknik perbaikan tanah bukan hanya solusi teknis, tapi juga alat strategis untuk pembangunan berkelanjutan.
Kesimpulan
Penelitian ini menawarkan kerangka evaluasi kuat berbasis MCDM (ELECTRE IS, TOPSIS, COPRAS) yang dapat direplikasi pada proyek lain. Pemilihan metode perbaikan tanah bukan hanya soal kekuatan teknik, tetapi juga soal:
Dari kelima opsi, konsolidasi dengan penambatan balok pracetak (CNJ) menempati posisi tertinggi secara keseluruhan. Metode ini menunjukkan bahwa keberlanjutan dapat dicapai dengan pendekatan inovatif yang tetap ekonomis dan ramah lingkungan.
Sumber : Sánchez-Garrido, A.J., Navarro, I.J., & Yepes, V. (2022). Evaluating the Sustainability of Soil Improvement Techniques in Foundation Substructures. Journal of Cleaner Production, 351, 131463.
Perbaikan Tanah dan Stabilitas Tanah
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 23 April 2025
Pembangunan infrastruktur transportasi modern—seperti jalan raya, jembatan, dan interchange—seringkali menghadapi tantangan besar akibat kondisi tanah lunak dan kompresibel. Stabilisasi tanah dan perkuatan pondasi menjadi kunci utama untuk memastikan keamanan, umur panjang, dan efisiensi biaya proyek-proyek besar. Paper dalam prosiding “Ground Improvement and Soil Stabilisation” dari 3rd International Conference on Transportation Geotechnics 2016 ini menampilkan inovasi dan studi kasus nyata yang sangat relevan untuk dunia teknik sipil saat ini.
Studi Kasus 1: Controlled Modulus Columns (CMC) pada Turcot Interchange, Montréal
Turcot Interchange di Montréal adalah simpul lalu lintas vital dengan volume lebih dari 300.000 kendaraan per hari. Setelah 45 tahun beroperasi, interchange ini harus dibangun ulang dengan desain baru berupa timbunan setinggi rata-rata 8 meter. Tantangan utama: lapisan tanah kompresibel setebal 5–11 meter di atas till fluvio-glacial yang padat, serta kontaminasi logam berat akibat aktivitas industri lama. Prediksi penurunan total di lokasi tertinggi (timbunan 10 m) mencapai 1,5 meter dalam 35 tahun (1,0 m penurunan primer, 0,5 m sekunder)—tidak sesuai dengan standar infrastruktur modern.
Solusi Inovatif: Controlled Modulus Columns (CMC)
Hasil dan Monitoring:
Pekerjaan perbaikan tanah masih berlangsung (per Mei 2016). Uji beban terisolasi dan instrumentasi lapangan direncanakan untuk membandingkan prediksi model numerik dengan hasil aktual.
Studi Kasus 2: Basal Reinforced Piled Embankment di Belanda
Basal Reinforced Piled Embankment (BRPE) semakin populer untuk timbunan jalan di atas tanah lunak. Metode ini menggabungkan pondasi tiang dan geosintetik (basal reinforcement) di bawah timbunan, menawarkan performa lebih baik dibanding drainase vertikal dan preloading, meski biaya awal lebih tinggi.
Pengambilan Keputusan dan Analisis Ekonomi
Inovasi Desain dan Validasi Eksperimen
Analisis Kritis dan Perbandingan dengan Tren Global
Keunggulan utama dari dua studi kasus di atas adalah penerapan inovasi teknis yang teruji secara numerik, eksperimental, dan lapangan, serta integrasi analisis ekonomi jangka panjang. Hal ini sangat relevan dengan tren global pembangunan infrastruktur yang menuntut efisiensi, keberlanjutan, dan manajemen risiko berbasis data.
Kritik dan Saran:
Relevansi untuk Industri dan Pendidikan
Bagi praktisi, akademisi, dan mahasiswa teknik sipil, pemahaman mendalam tentang solusi inovatif perbaikan tanah dan pondasi sangat penting untuk menghadapi tantangan pembangunan infrastruktur modern, khususnya di kawasan urban dan pesisir dengan tanah bermasalah. Studi kasus nyata dan data empiris dari proyek-proyek besar seperti Turcot Interchange dan proyek di Belanda menjadi referensi berharga untuk pengembangan kurikulum dan pelatihan profesional.
Kesimpulan
Inovasi dalam perbaikan tanah dan perkuatan pondasi seperti Controlled Modulus Columns dan Basal Reinforced Piled Embankment terbukti mampu menjawab tantangan tanah lunak dan kompresibel pada proyek infrastruktur transportasi skala besar. Dengan pendekatan desain berbasis data, analisis ekonomi siklus hidup, serta validasi eksperimental dan lapangan, kedua metode ini menawarkan solusi yang efisien, berkelanjutan, dan adaptif terhadap risiko. Kolaborasi antara peneliti, industri, dan pemerintah sangat penting untuk terus mendorong adopsi teknologi baru demi infrastruktur yang lebih tangguh dan berumur panjang.
Sumber : Proceedings of the 3rd International Conference on Transportation Geotechnics, Workshop 4: Ground Improvement and Soil Stabilisation, Guimarães, Portugal, 4 September 2016. Edited by S. Varaksin, A.A.S. Correia & M. Azenh
Perbaikan Tanah dan Stabilitas Tanah
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 23 April 2025
Sejak awal 1980-an, CEDEX (Centro de Estudios y Experimentación de Obras Públicas) di Spanyol telah menyelenggarakan program magister geoteknik yang unik dan berkelanjutan. Program ini berawal dari kursus singkat tiga bulan yang bertujuan mendukung negara berkembang di Amerika Latin, berkembang menjadi magister pascasarjana yang diakui secara internasional dengan lebih dari 1.000 alumni. Keberhasilan program ini didorong oleh kolaborasi erat antara pemerintah, universitas, dan industri, serta pengajaran dalam bahasa Spanyol yang menjadi nilai tambah bagi peserta dari negara-negara berbahasa Spanyol.
Struktur dan Tujuan Program
Program ini bukan sekadar gelar akademik biasa, melainkan pendidikan profesional yang menggabungkan teori dan praktik geoteknik secara menyeluruh. Setiap tahun, program ini menerima sekitar 25-30 mahasiswa internasional yang dipilih berdasarkan kriteria akademik dan profesional, dengan kemampuan bahasa Spanyol sebagai syarat utama.
Tujuan utama program:
Kolaborasi Institusional yang Kuat
Program ini dijalankan oleh CEDEX, sebuah lembaga riset pemerintah yang berada di bawah Kementerian Pembangunan Spanyol, dengan dukungan dari dua universitas utama: Universidad Politécnica de Madrid (UPM) dan Universidad Nacional de Educación a Distancia (UNED). CEDEX menyediakan fasilitas laboratorium geoteknik kelas dunia dan tenaga pengajar yang juga aktif di industri dan pemerintahan.
Selain itu, asosiasi industri seperti AETESS berperan penting dalam memberikan pelatihan praktis dan membuka peluang kerja bagi lulusan. Dukungan dari lembaga internasional dan badan kerja sama seperti AECID juga pernah memberikan beasiswa bagi mahasiswa dari negara berkembang.
Kurikulum dan Metode Pengajaran
Kurikulum program dirancang secara modular dengan tiga unit utama yang mencakup:
Selain itu, terdapat sesi lanjutan yang membahas topik-topik mutakhir seperti mekanika tanah tak jenuh, fondasi lepas pantai, dan Eurocode 7. Pengajaran dilakukan secara intensif selama periode Februari hingga Juni, dengan jadwal harian yang padat dan tugas mingguan yang mendorong kolaborasi antar mahasiswa.
Kualitas Pengajar dan Jaringan Alumni
Sekitar 75 dosen berkontribusi dalam program ini, dengan 25% di antaranya adalah alumni yang kembali mengajar. Pengajar berasal dari berbagai latar belakang: lembaga pemerintah, universitas, dan industri, termasuk perusahaan besar seperti REPSOL dan Ferrovial. Hal ini menjamin keseimbangan antara teori dan praktik serta relevansi materi dengan kebutuhan pasar kerja.
Studi Kasus dan Dampak Nyata
Program ini telah melahirkan lulusan yang tersebar di berbagai sektor, mulai dari proyek infrastruktur nasional hingga riset akademik. Contohnya, banyak alumni yang kini memegang posisi manajerial di perusahaan konstruksi dan badan pemerintahan Spanyol, berkontribusi dalam proyek-proyek besar seperti pengelolaan sumber daya air dan pembangunan jalan raya.
Pengalaman lapangan dan studi kasus nyata menjadi bagian penting dalam pembelajaran, memungkinkan mahasiswa memahami tantangan teknis dan sosial yang dihadapi dalam proyek geoteknik modern.
Nilai Tambah dan Relevansi dengan Tren Global
Program magister ini sangat relevan dengan tren global dalam pendidikan teknik yang menuntut integrasi antara ilmu dasar, teknologi mutakhir, dan kebutuhan industri. Pendekatan kolaboratif yang melibatkan pemerintah, akademisi, dan industri menjadi model sukses yang bisa diadaptasi di negara lain, terutama dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan pengelolaan risiko geoteknik.
Kritik dan Rekomendasi
Walaupun program ini sangat kuat dalam aspek teknis dan praktis, beberapa tantangan tetap ada:
Kesimpulan
Program Magister Geoteknik CEDEX merupakan contoh sukses pendidikan teknik tinggi yang menggabungkan kolaborasi lintas sektor, kurikulum komprehensif, dan pendekatan praktis. Dengan lebih dari 1.000 alumni dan dukungan institusi yang kuat, program ini telah berkontribusi signifikan dalam pengembangan sumber daya manusia di bidang geoteknik, khususnya di negara-negara berbahasa Spanyol dan Amerika Latin. Model ini dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan program serupa di berbagai belahan dunia.
Sumber asli: F. Pardo de Santayana, E. Asanza, J.A. Díez, M. Muñiz, "Master’s Degree on Soil Mechanics at CEDEX: An Example of Collaboration among Government, Academia and Industry," Proceedings of the International Conference on Geotechnical Engineering Education 2020 (GEE2020), ISSMGE, 2020.
Perbaikan Tanah dan Stabilitas Tanah
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 23 April 2025
Tanah lempung lunak dikenal sebagai salah satu jenis tanah bermasalah yang sering menjadi hambatan utama dalam pembangunan infrastruktur, terutama di kawasan pesisir dan delta sungai. Sifatnya yang mudah terkompresi dan memiliki kekuatan geser rendah menyebabkan risiko penurunan dan kerusakan struktur. Salah satu solusi yang semakin populer adalah teknik deep soil mixing (DSM) dengan penambahan kapur atau semen. Namun, kehadiran air asin (mengandung ion Cl−, SO₄²⁻, dan Mg²⁺) di lingkungan pesisir menimbulkan tantangan baru karena dapat menurunkan efektivitas stabilisasi1.
Dasar Teori dan Inovasi DSM
DSM merupakan metode pencampuran bahan stabilisasi (kapur/semen) ke dalam tanah secara mendalam untuk meningkatkan kekuatan dan menurunkan kompresibilitas. Teknik ini diaplikasikan pada berbagai proyek, mulai dari sub-grade jalan, fondasi bangunan, hingga tanggul dan dinding penahan tanah.
Keunggulan DSM:
Namun, penggunaan kapur/semen juga memiliki kelemahan, seperti emisi CO₂ tinggi dan potensi reaksi negatif dengan garam tanah, terutama sulfat yang dapat memicu ekspansi berlebihan dan pembentukan mineral merusak seperti ettringite dan thaumasite1.
Pengaruh Garam Terhadap Stabilisasi Tanah
Studi kasus utama dalam paper ini menguji pengaruh air asin terhadap tanah lempung lunak yang distabilisasi dengan berbagai rasio kapur/semen. Sampel diuji pada umur 7, 28, dan 56 hari menggunakan uji tekan tak terkonfinsi dan triaxial.
Temuan penting:
Data Eksperimen dan Angka Kunci
Studi Kasus Lapangan
Proyek jalan di Delta Mesir:
DSM dengan semen 10% pada lempung lunak berhasil menahan beban lalu lintas berat tanpa penurunan signifikan selama 2 tahun, meski lingkungan mengandung garam sedang. Namun, pada lokasi dengan kadar sulfat >3.500 ppm, terjadi retak dan penurunan kekuatan setelah 18 bulan, membuktikan pentingnya penyesuaian komposisi stabilisator sesuai kadar garam lokal.
Perbandingan dengan Penelitian Lain
Penelitian ini sejalan dengan temuan Puppala et al. (2020) yang merekomendasikan penggunaan semen tipe V (sulfate-resistant) dan fly ash kelas F untuk tanah bersulfat tinggi. Penambahan GGBFS (slag) juga terbukti efektif menekan ekspansi ettringite. Namun, penelitian Bakr menekankan perlunya pengujian lokal karena variasi mineralogi tanah dan jenis garam sangat memengaruhi hasil akhir.
Kritik dan Opini
Kekuatan utama paper ini adalah pendekatan laboratorium yang komprehensif dan analisis mendalam terhadap interaksi kimia antara tanah, bahan stabilisasi, dan garam. Namun, masih terdapat ruang untuk eksplorasi lebih lanjut, seperti pengujian jangka panjang di lapangan dan penggunaan bahan stabilisasi ramah lingkungan (misal: geopolimer atau enzim).
Kritik:
Relevansi dengan Tren Industri
Dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan adaptasi perubahan iklim, teknik DSM yang disesuaikan dengan kondisi lokal (terutama kadar garam) sangat relevan untuk proyek infrastruktur pesisir dan delta. Inovasi bahan stabilisasi ramah lingkungan dan monitoring digital akan menjadi tren utama di masa depan.
Kesimpulan
Stabilisasi tanah lempung lunak dengan DSM, kapur, dan semen efektif meningkatkan kekuatan dan ketahanan tanah, namun efektivitasnya sangat dipengaruhi oleh kadar garam dalam air tanah. Pemilihan jenis dan dosis stabilisator harus disesuaikan dengan karakteristik tanah dan lingkungan setempat. Studi ini memberikan panduan praktis bagi insinyur sipil dan pengambil keputusan untuk merancang fondasi yang lebih aman, tahan lama, dan berkelanjutan.
Sumber : Rami Mahmoud Bakr (2024). Stabilization of Soft Clay Soil by Deep Mixing with Lime and Cement in the Presence of Salt Water. Civil Engineering and Architecture, 12(1), 78-96. DOI: 10.13189/cea.2024.120107.