Lanskap Longsor dan Peran Hujan Ekstrem di Pegunungan Appalachian Selatan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati

30 April 2025, 14.01

pixabay.com

Pendahuluan: Mengungkap Pola Longsor di Amerika Serikat

Pegunungan Appalachian Selatan (Southern Appalachian Highlands/SAH) di Amerika Serikat merupakan wilayah dengan sejarah panjang longsoran tanah, khususnya debris flow atau aliran puing. Artikel ilmiah ini, ditulis oleh Wooten et al. (2016), membedah faktor pemicu, pola historis, dan risiko masa depan dari lebih dari 31 peristiwa besar longsor antara tahun 1876 hingga 2013, dengan fokus di wilayah North Carolina dan Virginia.

Hasil Penelitian: Studi Kasus Longsor Besar yang Pernah Terjadi

1. Peristiwa Longsor Terbesar: Hurricane Camille (1969)

  • Total longsor: 5.377 longsoran (mayoritas debris flow)
  • Lokasi: Virginia dan West Virginia
  • Curah hujan: 710–800 mm dalam 8 jam
  • Dampak: Puluhan kematian, kehancuran besar pada infrastruktur, rumah, dan ekosistem hutan

2. Peeks Creek Debris Flow (2004)

  • Lokasi: Macon County, North Carolina
  • Penyebab: Hujan dari Hurricane Ivan
  • Korban: 5 tewas, 16 rumah hancur
  • Curah hujan: ~432 mm dalam 2 hari

3. Madison County Storm (1995)

  • Jumlah longsor: 629
  • Curah hujan: 770 mm dalam 14 jam
  • Khusus: Salah satu peristiwa terbesar akibat badai lokal dan curah hujan tinggi

Analisis Pemicu Longsor: Gabungan Alami dan Ulah Manusia

Faktor Geologi dan Geomorfologi

  • Tanah tipis di lereng curam rentan terhadap kejenuhan air
  • Discontinuity batuan (retakan, bidang foliasi) menciptakan zona lemah
  • Kawasan seperti Blue Ridge Escarpment sangat rawan akibat lereng tinggi dan bentuk topografi cekung

Peran Hutan

  • Hutan berfungsi sebagai stabilisator alami:
    • Menyerap air hujan (intersepsi)
    • Menguatkan tanah melalui akar
    • Meningkatkan penguapan (evapotranspirasi)
  • Namun, daerah hutan tetap mengalami longsor jika akar lemah, tanah jenuh, atau vegetasi terganggu (misalnya akibat spesies seperti Rhododendron maximum)

Pengaruh Aktivitas Manusia

  • Longsor lebih mudah terjadi di lereng yang dimodifikasi, seperti:
    • Tebing hasil pemotongan jalan yang tidak stabil
    • Sistem drainase yang buruk
    • Penggunaan lahan yang memperlemah struktur tanah

Contoh: Dua peristiwa longsor di North Carolina terjadi meskipun hanya menerima hujan sekitar 6 mm per jam, jauh di bawah ambang batas normal, tetapi terjadi di lereng hasil reklamasi atau konstruksi.

Data Statistik dan Pola Temporal

Frekuensi Peristiwa

  • Storm besar yang memicu >1000 debris flow terjadi setiap ±25 tahun
  • Storm menengah (100–1000 longsor) terjadi setiap ±9 tahun
  • Rata-rata: 1 badai besar setiap 7 tahun memicu longsor luas di SAH

Ambang Hujan (Threshold)

  • Debris flow signifikan terjadi saat curah hujan >125–250 mm per 24 jam
  • Studi menunjukkan bahwa kecepatan hujan (intensitas), bukan hanya volume, menjadi pemicu utama
  • Misal: 254 mm dalam 6 jam (1940) memicu >700 longsor di Watauga County, NC

Implikasi Lingkungan dan Manajemen Risiko

Kerusakan dan Risiko Ekosistem

  • Longsor tidak hanya menghancurkan rumah dan jalan, tapi juga:
    • Merusak hutan dan siklus air tanah
    • Mengganggu habitat akuatik dan sungai
    • Menyebabkan sedimentasi besar di dataran rendah

Perluasan Risiko akibat Perubahan Iklim

  • Peningkatan intensitas badai tropis dan hujan ekstrem akibat perubahan iklim akan meningkatkan kejadian longsor di masa depan
  • Wilayah dengan histori debris flow kini harus dianggap sebagai zona risiko tinggi dan dipantau secara aktif

Solusi dan Rekomendasi Praktis

1. Pemetaan Berbasis GIS dan LiDAR

  • North Carolina dan Virginia telah mengembangkan geodatabase berbasis GIS untuk mencatat lebih dari 8.000 titik longsor
  • Teknologi seperti LiDAR dan foto udara ortografis meningkatkan kemampuan identifikasi zona rawan

2. Penilaian Zona Risiko dan Edukasi Publik

  • Kawasan seperti Macon County (NC) ditemukan memiliki 62 lokasi longsor modern yang semuanya berada di atas deposit longsor kuno
  • Edukasi masyarakat lokal penting, khususnya di kawasan dengan pola longsor berulang

3. Integrasi dengan Kebijakan Tata Ruang

  • Data ini harus dimasukkan ke dalam kebijakan pembangunan, pelarangan pembangunan di zona rawan, dan desain infrastruktur tahan longsor

Kritik dan Nilai Tambah

Penelitian ini sangat komprehensif, menggabungkan analisis geologi, data klimatologi, dan pendekatan spasial. Namun, ada beberapa aspek yang masih dapat dikembangkan:

  • Perbandingan internasional: Apakah tren longsor ini juga terjadi di wilayah pegunungan tropis seperti di Indonesia?
  • Aspek sosial-ekonomi: Artikel ini belum mengeksplorasi dampak jangka panjang longsor terhadap mata pencaharian penduduk
  • Rekomendasi aksi lebih kuat: Terlepas dari analisis data, penulis bisa lebih menegaskan kebijakan konkret yang dapat diambil oleh pemerintah daerah

Kesimpulan

Penelitian ini menyajikan gambaran luas dan mendalam mengenai pola historis, penyebab utama, dan risiko longsor di Southern Appalachian Highlands. Melalui pendekatan data jangka panjang dan penggabungan analisis geologi serta hidrologi, artikel ini layak menjadi acuan utama dalam mitigasi bencana tanah longsor, tidak hanya di Amerika Serikat tetapi juga di kawasan lain dengan karakteristik geografis serupa.

Sumber : Wooten, R.M., Witt, A.C., Miniat, C.F., Hales, T.C., dan Aldred, J.L. (2016). Frequency and Magnitude of Selected Historical Landslide Events in the Southern Appalachian Highlands of North Carolina and Virginia: Relationships to Rainfall, Geological and Ecohydrological Controls, and Effects. Dalam: Greenberg, C.H., Collins, B.S. (eds). Natural Disturbances and Historic Range of Variation. Managing Forest Ecosystems, Vol. 32. Springer.