Pembuatan Terowongan dan Konstruksi Bawah Tanah
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 02 Mei 2025
Pendahuluan: Tantangan Tersembunyi dalam Konstruksi Terowongan Kota
Di balik kemajuan infrastruktur kota modern yang melibatkan jaringan terowongan bawah tanah seperti MRT, subway, dan jalur kereta cepat, tersimpan tantangan serius: penurunan tanah (settlement) yang berpotensi merusak bangunan di permukaan maupun bawah tanah. Masalah ini tidak hanya disebabkan oleh faktor geologi, tapi juga oleh kombinasi interaksi kompleks antara berbagai parameter teknis, geometris, dan geoteknik.
Untuk menjawab tantangan ini, studi dari tim peneliti di Pan African University dan beberapa universitas di Kenya mengembangkan model prediksi berbasis Artificial Neural Network (ANN) dengan pendekatan baru bernama Partial Dependency Approach (PDA). Studi ini menggunakan data nyata dari proyek Crossrail London dan menunjukkan bahwa sifat indeks tanah, seperti moisture content, plasticity limit, dan plasticity index, adalah faktor dominan yang sering diabaikan.
Latar Belakang: Mengapa Prediksi Settlement Itu Kompleks dan Penting
Dalam proyek terowongan kota, deformasi tanah sangat dipengaruhi oleh:
Metode prediksi tradisional, seperti regresi linier atau model numerik, kerap gagal menangkap kompleksitas interaksi antar parameter. ANN memang menawarkan akurasi tinggi, tetapi masih sering dianggap sebagai black-box model yang kurang transparan.
Melalui integrasi dengan Partial Dependency Plot (PDP), ANN dalam studi ini berhasil memberikan gambaran yang lebih jelas tentang parameter mana yang paling berpengaruh, serta bagaimana interaksinya memengaruhi deformasi.
Studi Kasus: Proyek Crossrail London
Lokasi dan Data
Data Monitoring:
Metodologi: Dua Model, Satu Tujuan
1. Multiple Linear Regression (MLR)
Namun, model ini tidak bisa menangkap interaksi parameter secara mendalam.
2. Artificial Neural Network (ANN) + PDA
Keunggulan utama: ANN berbasis PDA mampu memvisualisasikan interaksi antara parameter, misalnya:
Temuan Utama: Parameter Paling Mempengaruhi Settlement
1. Moisture Content (X10)
2. Plasticity Index (X12) dan Plastic Limit (X11)
3. Shear Strength (Su) dan Stiffness (Eh)
4. TBM Face Pressure (X3)
5. Volume Loss (X4)
Pentingnya Partial Dependency Approach (PDA)
Salah satu kekuatan model ini adalah kemampuannya menunjukkan efek interaksi dua variabel terhadap settlement secara visual dan kuantitatif. Misalnya:
Artinya, hubungan linier atau korelasi tinggi antar variabel tidak selalu menjamin interaksi kuat. Inilah yang tidak bisa ditangkap oleh model MLR biasa.
Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya
1. Chen et al. (2019):
2. Zhang et al. (2020):
3. Khatami et al. (2013):
Kesimpulan: Studi ini adalah yang pertama mengintegrasikan indeks tanah secara komprehensif dalam prediksi ANN untuk kasus nyata proyek besar.
Implikasi Praktis: Untuk Siapa dan Mengapa Ini Penting
1. Bagi Insinyur Geoteknik:
2. Bagi Desainer dan Perencana Terowongan:
3. Bagi Peneliti dan Pengembang AI Teknik Sipil:
Kesimpulan: Bukan Hanya Soal Prediksi, Tapi Juga Transparansi dan Pemahaman
Model ANN berbasis Partial Dependency Approach dalam studi ini menawarkan pendekatan prediktif yang tidak hanya akurat, tapi juga transparan. Ini adalah kunci penting bagi proyek-proyek besar yang melibatkan interaksi parameter kompleks dan risiko geoteknik tinggi.
Dengan akurasi tinggi, visualisasi yang intuitif, serta kemampuan menangkap interaksi parameter yang selama ini tersembunyi, pendekatan ini bisa menjadi standar baru dalam analisis deformasi tanah untuk proyek terowongan modern.
Sumber : Samar Ali Hassan, Stanley Muse Shitote, Joseph Ng’ang’a Thuo, Dennis Cheruiyot Kiplangat. Predictive Models to Evaluate the Interaction Effect of Soil-Tunnel Interaction Parameters on Surface and Subsurface Settlement. Civil Engineering Journal, Vol. 8, No. 11, November 2022.
Pembuatan Terowongan dan Konstruksi Bawah Tanah
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 02 Mei 2025
Pendahuluan: Menguak Tantangan Stabilitas Terowongan di Dunia Pertambangan
Konstruksi dan pemeliharaan terowongan di tambang bawah tanah adalah tantangan geoteknik yang kompleks, terutama di daerah dengan kondisi batuan yang lemah dan tidak stabil. Salah satu contoh ekstremnya terjadi di tambang emas Lega-Dembi di Ethiopia. Tambang ini telah mengalami tiga keruntuhan besar sejak 2018, yang berdampak pada terhambatnya produksi dan risiko keselamatan pekerja.
Artikel ilmiah berjudul “Numerical analysis of underground tunnel deformation: a case study of Midroc Lega-Dembi gold mine” membahas pendekatan numerik dalam mengevaluasi deformasi terowongan serta solusi teknik yang paling efektif untuk menghadapinya. Melalui model simulasi tiga dimensi dan studi kasus nyata, riset ini membuka jalan bagi rancangan sistem penyangga yang lebih tangguh dan adaptif terhadap kondisi batuan ekstrem.
Lega-Dembi: Lokasi Strategis dengan Risiko Geoteknik Tinggi
Tambang ini terletak di ketinggian 2200 m, di bawah Pegunungan Lega-Dembi di Ethiopia Selatan, dengan kedalaman penggalian mencapai 440 meter. Daerah ini kaya akan emas dengan produksi tahunan 4.500 kg dan total cadangan lebih dari 37 juta ton bijih, namun dikelilingi oleh formasi batuan rapuh seperti talcose schist, gneiss, dan zona sesar aktif.
Tiga kegagalan utama terjadi akibat tekanan geologi dan deformasi dinding terowongan:
Metodologi: Simulasi Numerik 2D dan 3D
Peneliti menggunakan kombinasi metode kontinu dan diskontinu dengan tiga perangkat lunak:
Model yang dibangun menggambarkan bentuk terowongan horseshoe dengan lebar 6 m dan tinggi 7,5 m. Model ini memperhitungkan zona pengaruh tekanan sejauh 24 meter dari dinding terowongan untuk meniru realitas geoteknik.
Hasil Simulasi: Apa Penyebab dan Solusinya?
Deformasi Maksimal: 0,40 meter di sisi kanan terowongan
Dengan deformasi sebesar 5,84% dari radius terowongan, struktur diklasifikasikan dalam kategori "severe squeezing" berdasarkan kurva Hoek. Artinya, batuan mengalami deformasi signifikan yang sulit dikontrol hanya dengan penyangga sederhana.
Evaluasi Sistem Penyangga:
Efektivitas kombinasi sistem: mampu menurunkan deformasi hingga 69,44% dibandingkan kondisi tanpa penyangga.
Analisis Parameter Geoteknik: Apa yang Paling Berpengaruh?
1. Geological Strength Index (GSI)
2. Unconfined Compressive Strength (UCS)
3. Young’s Modulus (E)
4. Disturbance Factor (D)
5. Rock Joints
Kesimpulan penting: GSI dan UCS adalah faktor penentu paling dominan dalam kestabilan terowongan.
Validasi Model dan Studi Pembanding
Peneliti membandingkan model mereka dengan studi oleh Yu et al. (Da Pingshan Tunnel, Tiongkok) dan menemukan hasil yang selaras. Ini memperkuat akurasi model numerik yang digunakan, bahkan dalam kondisi geologi yang sangat berbeda.
Continuum vs Discontinuum: Mana yang Lebih Akurat?
Keduanya menunjukkan pola tegangan yang serupa, namun metode diskontinu lebih cocok untuk batuan retak yang kompleks seperti pada Lega-Dembi.
Rekomendasi Konstruksi: Kombinasi Sistem Penyangga
Untuk mencapai stabilitas optimal, studi ini menyarankan:
Analisis Kritis dan Nilai Tambah Penelitian
Kelebihan:
Kekurangan:
Dampak dan Arah Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini relevan untuk:
Arah lanjutan yang disarankan:
Kesimpulan: Originalitas dan Kepraktisan yang Teruji
Studi deformasi di tambang Lega-Dembi ini memperlihatkan pentingnya perpaduan model numerik dan data geoteknik aktual dalam memahami serta menangani keruntuhan terowongan. Kombinasi rock bolt dan shotcrete terbukti sebagai solusi yang paling efektif, terutama untuk kondisi batuan yang sangat lemah.
Lebih dari sekadar simulasi, riset ini menyuguhkan kerangka kerja nyata yang bisa digunakan oleh industri untuk mengurangi risiko kecelakaan, menekan biaya perbaikan, dan meningkatkan umur proyek tambang bawah tanah.
Sumber : Nagessa Zerihun Jilo, Siraj Mulugeta Assefa, & Eleyas Assefa. Numerical analysis of underground tunnel deformation: a case study of Midroc Lega-Dembi gold mine. Scientific Reports, 14, 7964 (2024). DOI: 10.1038/s41598-024-57621-x
Pembuatan Terowongan dan Konstruksi Bawah Tanah
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 02 Mei 2025
Pendahuluan: Ancaman Nyata Bencana Alam pada Konstruksi Terowongan
Proyek konstruksi terowongan merupakan tulang punggung pengembangan infrastruktur modern. Namun, di balik ambisi pembangunan tersebut, tersembunyi risiko besar yang kerap diabaikan: kerugian akibat bencana alam. Studi ini, yang berfokus pada 277 proyek terowongan di Korea Selatan selama periode 2004–2019, memberikan wawasan penting tentang hubungan antara kerugian finansial aktual dan indikator bencana alam seperti angin kencang, banjir, dan curah hujan.
Dengan menggunakan data klaim asuransi dan pendekatan regresi linier berganda, penelitian ini menyuguhkan pendekatan kuantitatif inovatif untuk menilai risiko kerugian akibat bencana alam dalam konteks proyek konstruksi skala besar.
Mengapa Studi Ini Penting?
Di tengah meningkatnya intensitas bencana akibat perubahan iklim, seperti topan dan hujan ekstrem, dunia konstruksi menghadapi tekanan untuk mengadopsi strategi manajemen risiko yang lebih cerdas dan berbasis data. Korea Selatan, sebagai negara dengan kontur geologi kompleks dan aktivitas konstruksi terowongan yang masif, menjadi lokasi ideal untuk studi ini.
Fakta utama:
Metodologi: Dari Data Asuransi ke Model Prediksi Risiko
Penelitian ini mengolah data dari 277 proyek konstruksi terowongan dengan informasi sebagai berikut:
Nilai kerugian dikuantifikasi melalui rasio kerusakan:
Rasio kerusakan = jumlah kerugian aktual / total nilai pertanggungan
Karena distribusi data awal tidak normal, peneliti melakukan transformasi logaritmik natural untuk mendapatkan hasil yang valid dalam regresi.
Hasil Utama: Apa Penyebab Terbesar Kerugian Finansial?
1. Angin Kencang: Penyebab Paling Signifikan
2. Curah Hujan: Dampak Paling Besar (meski tidak signifikan statistik)
3. Banjir: Kontributor Moderat
Model regresi memiliki adjusted R² = 0.317, yang berarti 31,7% variasi kerugian bisa dijelaskan oleh ketiga variabel tersebut.
Diskusi: Apa Implikasinya bagi Industri?
Untuk Industri Konstruksi:
Untuk Perusahaan Asuransi:
Untuk Pemerintah:
Kritik dan Perbandingan: Apa yang Masih Kurang?
Meskipun studi ini memiliki pendekatan statistik yang solid dan menggunakan data empiris asuransi yang sangat relevan, ada beberapa catatan:
Relevansi Global: Tren Masa Depan
Perubahan iklim meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana alam global. Studi semacam ini penting untuk:
Studi ini juga membuka peluang penggunaan machine learning dan simulasi Monte Carlo untuk memprediksi tren kerugian ke depan berdasarkan variabel cuaca dan lingkungan yang terus berubah.
Kesimpulan: Data Adalah Kunci Ketahanan Infrastruktur
Studi ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis data empiris seperti regresi linier dapat digunakan untuk memperkirakan potensi kerugian konstruksi akibat bencana alam, khususnya untuk proyek terowongan yang rentan. Angin kencang terbukti menjadi faktor paling signifikan, diikuti oleh hujan deras.
Langkah berikutnya adalah memperluas cakupan variabel dan wilayah studi, serta mengintegrasikan data teknis proyek agar model prediksi menjadi lebih akurat dan adaptif terhadap tantangan iklim global.
Sumber : Yum, S.-G., Ahn, S., Bae, J., & Kim, J.-M. (2020). Assessing the Risk of Natural Disaster-Induced Losses to Tunnel-Construction Projects Using Empirical Financial-Loss Data from South Korea. Sustainability, 12(19), 8026. DOI: 10.3390/su12198026
Pembuatan Terowongan dan Konstruksi Bawah Tanah
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 02 Mei 2025
Pendahuluan: Ancaman Tersembunyi di Balik Proyek Terowongan Kota
Pembangunan terowongan bawah tanah menggunakan metode shield tunneling telah menjadi andalan dalam proyek infrastruktur perkotaan modern seperti MRT dan subway. Namun, saat jalur baru melintasi struktur lama—misalnya terowongan, saluran pipa, atau fondasi bangunan—muncul risiko geoteknik yang tinggi, termasuk penurunan tanah (settlement), retakan, hingga kegagalan struktural. Untuk itu, para peneliti dari China University of Mining and Technology dan mitranya mengembangkan platform manajemen pintar berbasis analisis numerik dan teknologi informasi untuk mengatasi tantangan ini.
Studi ini tidak hanya membahas teori, tetapi juga menyajikan penerapan nyata pada proyek Beijing Metro Line 12 yang membuktikan efektivitas sistem dalam mendeteksi, menganalisis, dan mengendalikan risiko saat melintasi jalur eksisting Line 10.
Latar Belakang: Kebutuhan Solusi Cerdas dalam Konstruksi Terowongan
Di kota besar, proyek terowongan seringkali dihadapkan pada sumber risiko seperti:
Konstruksi di area tersebut menimbulkan settlement tanah jangka pendek dan jangka panjang akibat perubahan tekanan tanah dan dissipasi tekanan air pori. Kegagalan prediksi terhadap fenomena ini telah menyebabkan banyak kecelakaan konstruksi. Maka, dibutuhkan model prediksi yang mempertimbangkan pemadatan tanah seiring waktu dan bukan hanya reaksi awal saat penggalian.
Solusi: Model Teoritis Baru + Platform Kendali Cerdas 3D
1. Model Perhitungan Settlement Jangka Panjang
Berbeda dari model klasik yang hanya menghitung immediate settlement, penelitian ini menyertakan:
Hasil analisis menggunakan pendekatan energi minimum dan teori elastisitas dengan parameter utama seperti:
Platform mengintegrasikan data ini ke dalam simulasi 3D untuk prediksi deformasi yang lebih realistis.
2. Platform 3D Cerdas Berbasis BIM-GIS-IoT
Sistem ini menggabungkan:
Fungsinya meliputi:
Studi Kasus: Beijing Metro Line 12 Menyeberangi Line 10
Deskripsi Proyek
Proyek ini melibatkan pembangunan Line 12 yang melintasi Line 10 dengan jarak antar terowongan minimum hanya 2,186 meter. Hal ini menimbulkan tantangan besar karena:
Temuan dari Platform:
➡️ Ini menunjukkan akurasi tinggi dari model karena mempertimbangkan settlement jangka panjang akibat konsolidasi tanah, bukan hanya reaksi awal.
Peran Konsolidasi Tanah dalam Risiko Konstruksi
Poin penting dari studi ini adalah bahwa:
Tekanan air pori maksimum ditemukan tepat di titik perpotongan dua terowongan, menjadikan area ini paling rentan. Oleh karena itu, prediksi dan pengendalian harus difokuskan di zona ini.
Inovasi Digital Twin: Replikasi Digital Konstruksi Real-Time
Platform ini tidak hanya menghitung, tetapi juga:
Dengan ini, sistem menjadi adaptif dan prediktif, bukan reaktif. Ketika nilai monitoring melampaui ambang batas, sistem secara otomatis memicu peringatan dan rekomendasi tindakan: seperti penyesuaian parameter shield, injeksi grouting tambahan, atau penguatan struktur.
Analisis Kritis dan Dampak Luas
Kelebihan
Kekurangan
Namun demikian, biaya ini akan menurun signifikan seiring dengan adopsi luas dan akumulasi basis data dari proyek-proyek lain.
Kesimpulan: Masa Depan Konstruksi Terowongan Ada di Tangan Teknologi Cerdas
Dengan urbanisasi yang semakin cepat dan ruang kota yang makin sempit, pembangunan bawah tanah adalah keniscayaan. Namun, risiko teknik yang menyertai proyek ini tidak bisa dianggap remeh. Penelitian ini menunjukkan bahwa gabungan antara model teoritis mutakhir dan platform digital 3D berbasis BIM-GIS-IoT mampu mengubah paradigma pengelolaan risiko dalam konstruksi.
Akurasi prediksi, efektivitas peringatan dini, dan integrasi data multi-sumber menjadikan platform ini sebagai solusi masa depan yang relevan, terutama di kota-kota besar yang padat infrastruktur.
Dengan demikian, teknologi ini tidak hanya menyelamatkan waktu dan biaya proyek, tetapi juga menjaga keselamatan publik dan keberlanjutan struktur perkotaan.
Sumber : Development and engineering application of intelligent management and control platform for the shield tunneling construction close to risk sources – Journal of Intelligent Construction, 2024.
Pembuatan Terowongan dan Konstruksi Bawah Tanah
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 02 Mei 2025
Pendahuluan: Tantangan Stabilitas Terowongan di Tambang Bawah Tanah
Dalam industri pertambangan, stabilitas terowongan bawah tanah merupakan aspek krusial yang memengaruhi keselamatan kerja dan efisiensi produksi. Studi terbaru bertajuk "Numerical analysis of underground tunnel deformation: a case study of Midroc Lega-Dembi gold mine" mengangkat fenomena deformasi serius yang terjadi di tambang emas terbesar Ethiopia, yaitu Midroc Lega-Dembi. Melalui pendekatan numerik dan studi kasus konkret, para peneliti mengungkap penyebab utama keruntuhan terowongan serta merekomendasikan strategi pendukung struktur yang optimal.
Lokasi dan Signifikansi Tambang Lega-Dembi
Terletak di wilayah selatan Ethiopia, tambang ini berada di kedalaman sekitar 440 meter, dengan kondisi geoteknik yang tergolong ekstrem. Tambang ini menyumbang produksi hingga 4.500 kg emas per tahun dari total cadangan 37 juta ton bijih, menjadikannya aset vital bagi perekonomian Ethiopia.
Namun, keberadaan batuan lemah seperti talcose schist dan tingginya konsentrasi zona patahan menyebabkan tiga keruntuhan besar sejak 2018. Salah satunya merusak 20 meter headrace tunnel, bahkan sistem penguat seperti swellex rock bolts (panjang 4 m) pun gagal menahan deformasi.
Metodologi: Pendekatan Numerik untuk Menganalisis Deformasi
Penelitian ini menggunakan tiga perangkat lunak geomekanika:
Pendekatan ini memadukan metode continuum dan discontinuum, memungkinkan simulasi realistis dari deformasi batuan akibat penggalian dan dukungan struktur. Model geometri berbentuk horseshoe dengan lebar 6 m dan tinggi 7,5 m, serta zona pengaruh hingga 24 m dari dinding terowongan.
Hasil Utama dan Temuan Kunci
1. Evaluasi Deformasi: Terowongan Masuk Kategori Squeezing Parah
Berdasarkan kurva klasifikasi Hoek, deformasi 5,84% dari radius menunjukkan kondisi squeezing yang parah. Displacement maksimum mencapai 0,40 m, terutama di dinding kanan.
2. Efektivitas Sistem Pendukung
a. Tanpa Dukungan: Displacement mencapai 0,36 m
b. Rock Bolt Saja: Displacement berkurang ke 0,28 m
c. Kombinasi Rock Bolt + Shotcrete: Displacement turun drastis menjadi 0,11 m
➡️ Kombinasi sistem ini memberikan penurunan deformasi hingga 69,44%, dibandingkan terowongan tanpa dukungan.
3. Pengaruh Parameter Geoteknik
Hasil parametric study mengungkap bahwa:
➡️ GSI dan UCS terbukti sebagai parameter paling berpengaruh terhadap deformasi terowongan.
Studi Kasus Validasi: Perbandingan dengan Da Pingshan Tunnel, Tiongkok
Penelitian ini memvalidasi model FLAC3D dengan membandingkan hasil simulasi terhadap studi Yu et al. (2017) tentang terowongan di kawasan karst. Hasilnya selaras, menunjukkan model ini andal untuk memprediksi deformasi terowongan di berbagai kondisi geologis.
Analisis Perbandingan: Metode Kontinu vs Diskontinu
Analisis perbandingan antara metode kontinu dan diskontinu menunjukkan bahwa kedua metode menghasilkan pola tegangan yang serupa setelah penggalian. Namun, terdapat perbedaan signifikan pada nilai perpindahan akhir (displacement), di mana metode diskontinu (3DEC) menunjukkan nilai displacement yang lebih kecil (0,375 m) dibandingkan dengan metode kontinu menggunakan RS2 (0,40 m) dan FLAC3D (0,731 m). Selain itu, nilai tegangan pasca penggalian (post excavation stress) juga berbeda, dengan metode diskontinu mencapai 25 MPa, lebih tinggi dibandingkan RS2 sebesar 15 MPa dan FLAC3D sebesar 20,12 MPa. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh kemampuan metode diskontinu dalam memodelkan retakan antar blok batuan secara lebih realistis, sehingga memperlihatkan respons yang lebih akurat terhadap kondisi lapangan dibandingkan metode kontinu yang menganggap batuan sebagai media homogen.
Rekomendasi Desain Tambang
Berdasarkan hasil studi, disarankan:
Langkah-langkah ini dapat meningkatkan keselamatan operasional dan memperpanjang umur infrastruktur bawah tanah di tambang.
Kritik dan Opini
Studi ini unggul dari sisi metodologi, terutama dengan penggunaan gabungan tiga pendekatan numerik. Namun, studi lapangan lebih lanjut sebaiknya dilakukan untuk memverifikasi hasil simulasi dalam jangka panjang. Selain itu, riset lanjutan bisa mengintegrasikan metode machine learning untuk prediksi deformasi berdasarkan parameter geoteknik secara real-time.
Kesimpulan
Studi deformasi terowongan Midroc Lega-Dembi menegaskan pentingnya strategi dukungan batuan yang adaptif terhadap kondisi geoteknik ekstrem. Kombinasi rock bolt dan shotcrete terbukti sangat efektif mengurangi deformasi, sedangkan GSI dan UCS adalah indikator utama kestabilan. Penelitian ini menjadi acuan penting untuk desain dan manajemen terowongan tambang yang lebih aman, efisien, dan tahan lama.
Sumber : Numerical analysis of underground tunnel deformation: a case study of Midroc Lega-Dembi gold mine. Scientific Reports (2024) 14:7964.
Pembuatan Terowongan dan Konstruksi Bawah Tanah
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 02 Mei 2025
Pendahuluan: Tantangan Konstruksi Terowongan di Area Urban
Konstruksi terowongan di wilayah urban seringkali menimbulkan deformasi tanah dan bangunan permukaan. Dalam banyak proyek besar seperti Jubilee Line Extension di London, dampak terhadap bangunan menjadi perhatian besar. Artikel ini, berdasarkan studi oleh Franzius, Potts, dan Burland (2006), mengkaji secara mendalam bagaimana kekakuan bangunan, berat, geometri, dan karakteristik kontak tanah-struktur memengaruhi prediksi kerusakan struktural akibat galian terowongan.
Latar Belakang: Kekakuan Relatif sebagai Pendekatan Desain
Pendekatan umum sebelumnya mengasumsikan bangunan sangat fleksibel dan mengikuti deformasi tanah (greenfield). Namun, pendekatan ini terlalu konservatif dan mahal. Sebagai solusi, Potts dan Addenbrooke (1997) memperkenalkan pendekatan kekakuan relatif (relative stiffness), yang mempertimbangkan:
Metodologi dan Model Analisis
Simulasi Elemen Hingga (FE) 2D dan 3D
Variabel Bangunan yang Disimulasikan
Temuan Utama dan Studi Kasus
1. Pengaruh Lebar dan Kekakuan Bangunan
2. Kedalaman Terowongan
3. Panjang Bangunan (L) dan Respons 3D
4. Beban Bangunan
5. Antarmuka Tanah–Struktur
Pengembangan Kurva Desain Baru
Penelitian ini menyempurnakan kurva desain dari Potts dan Addenbrooke dengan:
Aplikasi Praktis dan Relevansi
Kritik dan Nilai Tambah
Kelebihan:
Kekurangan:
Saran:
Kesimpulan
Studi ini mendobrak pendekatan konservatif lama yang mengabaikan kekakuan bangunan dalam desain terowongan. Dengan mempertimbangkan dimensi bangunan, berat, panjang, dan antarmuka, kita bisa memprediksi dampak deformasi akibat galian secara presisi, menghindari overdesign, dan tetap menjaga keamanan struktural.
Pendekatan relative stiffness modifikasi yang ditawarkan menjembatani kebutuhan akan akurasi teknik dan efisiensi desain dalam proyek urban skala besar.
Sumber : Franzius, J. N., Potts, D. M., & Burland, J. B. (2006). The response of surface structures to tunnel construction. ICE Proceedings Geotechnical Engineering, 159(1), 3–17.