Keselamatan Kerja

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Industri Katering di China

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 06 Maret 2025


Industri katering di China berkembang pesat seiring dengan meningkatnya standar hidup masyarakat. Namun, pertumbuhan ini juga diiringi dengan tingginya angka kecelakaan kerja dan permasalahan kesehatan akibat kondisi kerja yang tidak aman. Dalam makalah "A Discussion of Occupational Health and Safety Management for the Catering Industry in China" oleh Chen Qiang dan Wan Ki Chow, yang diterbitkan dalam International Journal of Occupational Safety and Ergonomics (2007), dibahas pentingnya penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di industri katering China.

Menurut data tahun 2002, terdapat lebih dari 3,5 juta tempat makan di China yang mempekerjakan lebih dari 18 juta orang. Dengan jumlah tenaga kerja yang besar, risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja menjadi perhatian utama. Beberapa faktor utama yang menyebabkan tingginya risiko K3 di industri katering meliputi faktor lingkungan kerja seperti suhu tinggi, ventilasi buruk, dan paparan zat karsinogenik dari asap memasak. Selain itu, kurangnya standar keselamatan, seperti tidak adanya tanda darurat, kondisi lantai yang licin, serta prosedur penyimpanan bahan berbahaya yang tidak tepat, turut meningkatkan risiko kecelakaan. Kurangnya pelatihan bagi pekerja terkait keselamatan kerja serta kurangnya inspeksi rutin juga menjadi faktor yang memperburuk kondisi K3 di sektor ini.

Implementasi Sistem Manajemen K3 (OHSMS)

Penulis mengusulkan penerapan sistem manajemen K3 berbasis OHSAS 18001:1999 (sekarang ISO 45001). Sistem ini bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya, mengevaluasi risiko, dan menerapkan tindakan pengendalian untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman.

Langkah-langkah utama dalam implementasi sistem ini meliputi identifikasi bahaya dan penilaian risiko menggunakan standar GB/T13861-1992 untuk mengklasifikasikan faktor bahaya, termasuk faktor fisik, kimia, biologis, serta faktor perilaku manusia. Tingkat bahaya ditentukan dengan metode LEC (Likelihood, Exposure, Consequence), yang mengukur probabilitas kecelakaan, tingkat paparan, dan dampak potensialnya.

Pengendalian teknis juga diperlukan untuk meningkatkan keselamatan kerja. Beberapa langkah yang direkomendasikan termasuk peningkatan ventilasi untuk mengurangi paparan asap berbahaya, pemasangan sistem pemurnian asap dapur, serta desain ulang dapur agar lebih ergonomis dan aman. Pencegahan kecelakaan juga harus menjadi prioritas utama, seperti pemasangan pelindung pada mesin pencacah daging dan pengaduk adonan untuk mencegah cedera mekanis, perawatan rutin peralatan listrik untuk menghindari risiko sengatan listrik, serta penggunaan alat bantu ergonomis untuk mengurangi risiko cedera akibat pengangkatan beban berat.

Selain itu, penerapan program keselamatan dan peningkatan kesadaran karyawan sangat penting. Pelatihan keselamatan harus diberikan secara rutin agar pekerja lebih sadar akan risiko kerja dan cara mengatasinya. Penegakan prosedur kerja yang lebih ketat sesuai dengan standar keselamatan nasional serta peningkatan jumlah tanda peringatan dan jalur evakuasi yang lebih jelas juga harus dilakukan.

Dalam penelitian ini, dilakukan analisis risiko di dapur restoran menggunakan metode LEC. Beberapa risiko yang diidentifikasi antara lain lantai licin yang dapat menyebabkan cedera fisik, kebocoran gas yang berpotensi menyebabkan kebakaran dan ledakan, serta paparan asap berbahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja. Risiko kebocoran gas merupakan yang paling tinggi dan membutuhkan tindakan pengendalian segera, seperti inspeksi rutin dan pemasangan detektor gas.

Penelitian ini menyoroti pentingnya penerapan sistem manajemen K3 di industri katering China. Dengan meningkatnya jumlah restoran dan pekerja di sektor ini, perhatian terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus menjadi prioritas. Beberapa rekomendasi utama dari penelitian ini meliputi penerapan standar OHSMS berbasis OHSAS 18001 untuk meningkatkan keselamatan kerja, peningkatan pelatihan pekerja agar lebih sadar akan risiko kerja dan cara mengatasinya, serta investasi dalam teknologi keselamatan, seperti sistem ventilasi yang lebih baik dan perangkat pelindung pada mesin dapur.

Dengan menerapkan strategi ini, diharapkan industri katering di China dapat mengurangi tingkat kecelakaan kerja dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Sumber Asli

Chen Q, Chow WK. A Discussion of Occupational Health and Safety Management for the Catering Industry in China. International Journal of Occupational Safety and Ergonomics, 13(3), 333-339.

Selengkapnya
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Industri Katering di China

Keselamatan Kerja

Analisis Faktor Keselamatan Industri

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 06 Maret 2025


Keselamatan industri merupakan aspek krusial dalam dunia kerja, terutama di sektor yang melibatkan risiko tinggi seperti manufaktur, pertambangan, dan energi. Artikel "A Factorial Analysis of Industrial Safety" oleh Cordelia Ochuole Omoyi dan Ayodeji Samuel Omotehinse, yang diterbitkan dalam International Journal of Engineering and Innovative Research (2021), membahas berbagai variabel yang mempengaruhi keselamatan industri serta penerapan metode statistik untuk menganalisis faktor-faktor ini.

Studi ini mengadopsi pendekatan statistik yang menggabungkan dua metode utama:

  1. Kendall’s Coefficient of Concordance (KCC) – Digunakan untuk menganalisis konsistensi peringkat faktor bahaya oleh panel juri yang terdiri dari 13 orang.
  2. Principal Component Analysis (PCA) – Digunakan untuk mengurangi jumlah variabel dari 32 menjadi 5 faktor utama yang paling berpengaruh terhadap keselamatan industri.

Para peneliti mengumpulkan data melalui kuesioner berbasis skala Likert 5 poin yang disebarkan kepada 22 responden yang memiliki pengalaman di industri terkait. Dari 22 kuesioner yang disebarkan, 13 di antaranya berhasil dikembalikan dan dianalisis lebih lanjut.

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat lima faktor utama yang mempengaruhi keselamatan industri:

  1. Work World Culture (Budaya Kerja)

    • Faktor ini mencakup aspek seperti lingkungan kerja, desain tempat kerja, volume lalu lintas dalam zona kerja, serta tingkat kesadaran terhadap bahaya.
    • Salah satu temuan menarik adalah bahwa kegagalan sub-sistem dalam proses industri memiliki pengaruh signifikan terhadap kecelakaan kerja.
  2. Ground Rule Matters (Aturan Dasar Keselamatan)

    • Faktor ini menyoroti pentingnya desain ruang kerja yang ergonomis, kejelasan prosedur keselamatan, serta kesiapan dalam menghadapi peringatan dini.
    • Kesalahan manusia dan gangguan konsentrasi menjadi faktor utama dalam peningkatan risiko kecelakaan.
  3. Safety Considerations (Pertimbangan Keselamatan)

    • Faktor ini mencakup aspek seperti penanganan material berbahaya dan risiko akibat kegagalan peralatan.
    • Data menunjukkan bahwa kombinasi beberapa faktor risiko dapat meningkatkan kemungkinan kecelakaan secara eksponensial.
  4. Work Condition (Kondisi Kerja)

    • Termasuk dalam faktor ini adalah aspek lingkungan kerja yang mempengaruhi produktivitas dan tingkat kecelakaan, seperti suhu, ventilasi, dan kondisi fisik fasilitas.
  5. Perception of Safety (Persepsi Terhadap Keselamatan)

    • Faktor ini menggarisbawahi pentingnya bagaimana pekerja memandang keselamatan dalam lingkungan kerja mereka.
    • Studi ini menemukan bahwa persepsi keselamatan yang rendah sering kali berkorelasi dengan tingkat kecelakaan yang lebih tinggi.

Dalam penelitian ini, salah satu contoh konkret yang dianalisis adalah sektor minyak dan gas. Beberapa temuan utama dari sektor ini antara lain:

  • 41,45% pekerja dalam industri ini memiliki kemungkinan mengalami transisi dari kondisi aman ke kondisi berisiko tinggi.
  • Adanya korelasi antara beban kerja tinggi dan peningkatan tingkat kecelakaan.
  • Kompleksitas lingkungan kerja memainkan peran besar dalam menentukan tingkat kecelakaan di sektor ini.

Penerapan metode PCA dalam studi ini menunjukkan bahwa dengan mengurangi jumlah variabel yang diamati, organisasi dapat lebih mudah menentukan prioritas dalam mengelola risiko keselamatan.

Hasil penelitian ini memiliki implikasi penting bagi industri dalam meningkatkan keselamatan kerja:

  1. Penguatan Budaya Keselamatan – Perusahaan perlu memastikan bahwa keselamatan menjadi bagian integral dari budaya kerja.
  2. Peningkatan Pelatihan dan Kesadaran – Pelatihan berkala harus diberikan kepada pekerja untuk meningkatkan kesadaran mereka terhadap bahaya yang ada.
  3. Penerapan Teknologi Keselamatan – Penggunaan sensor, sistem peringatan dini, dan perangkat keselamatan pintar dapat membantu mengurangi risiko kecelakaan.
  4. Evaluasi Berkelanjutan – Proses audit keselamatan harus dilakukan secara berkala untuk memastikan kepatuhan terhadap standar keselamatan industri.

Artikel "A Factorial Analysis of Industrial Safety" memberikan wawasan yang mendalam tentang faktor-faktor utama yang mempengaruhi keselamatan di lingkungan industri. Dengan menerapkan pendekatan berbasis data seperti KCC dan PCA, organisasi dapat mengidentifikasi faktor-faktor kritis dan mengambil tindakan preventif yang lebih efektif. Studi ini juga menyoroti pentingnya meningkatkan budaya keselamatan di tempat kerja guna mengurangi tingkat kecelakaan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Sumber Asli

Omoyi, C.O., Omotehinse, S.A. A Factorial Analysis of Industrial Safety. International Journal of Engineering and Innovative Research, 4(1), 33-43.

Selengkapnya
Analisis Faktor Keselamatan Industri

Keselamatan Kerja

Pentingnya Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi Kurir Ekspedisi dalam Menghadapi Multi-Hazard

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 06 Maret 2025


Dalam industri logistik yang berkembang pesat, para kurir ekspedisi menghadapi berbagai risiko kerja yang dapat mempengaruhi produktivitas dan keselamatan mereka. Paper berjudul Occupational Health and Safety (OHS) Training for Expedition Couriers to be Able to Deal with Multi-Hazards oleh Reniasinta dan Evi Widowati dari Universitas Negeri Semarang membahas bagaimana pelatihan K3 dapat membantu kurir dalam menghadapi risiko kerja yang beragam. Studi ini dilakukan pada kurir ID Express Drop Point Kroya di Kabupaten Cilacap, dengan tujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja serta mengusulkan solusi berbasis pelatihan K3.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode cross-sectional. Sampel penelitian terdiri dari 35 kurir ekspedisi ID Express Drop Point Kroya. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang mengukur kelelahan kerja menggunakan instrumen Industrial Fatigue Research Committee (IFRC), serta faktor lain seperti beban kerja, masa kerja, lama kerja, kebiasaan olahraga, dan usia.

Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji chi-square, Kolmogorov-Smirnov, dan Fisher. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara kelelahan kerja dengan beban kerja (p=0.024), lama kerja (p=0.007), dan kebiasaan olahraga (p=0.021).

Studi ini mengidentifikasi beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap kelelahan kerja pada kurir ekspedisi:

  1. Beban Kerja Tinggi:
    • 42,9% kurir mengalami beban kerja tinggi
    • 45,7% mengalami beban kerja sangat tinggi
    • Beban kerja yang tinggi meningkatkan kemungkinan kelelahan secara signifikan
  2. Lama Kerja yang Tidak Sesuai:
    • 82,9% kurir bekerja lebih dari 7 jam per hari
    • Pekerja dengan jam kerja lebih panjang memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kelelahan
  3. Kurangnya Aktivitas Fisik:
    • 48,6% kurir tidak pernah berolahraga
    • Hanya 8,6% yang rutin berolahraga lebih dari 3 kali per minggu
    • Kurangnya olahraga berkontribusi terhadap tingkat kelelahan yang lebih tinggi
  4. Kurangnya Pengalaman Kerja:
    • 57,1% kurir memiliki masa kerja ≤7 bulan, yang dikaitkan dengan adaptasi kerja yang belum optimal

Berdasarkan wawancara dengan 7 kurir, ditemukan bahwa 71% mengalami gejala kelelahan seperti:

  • Sakit kepala
  • Nyeri punggung akibat duduk terlalu lama
  • Kekakuan bahu setelah berkendara berjam-jam

Selain itu, peningkatan belanja online selama pandemi COVID-19 menyebabkan lonjakan volume pengiriman, sehingga menambah tekanan kerja bagi kurir ekspedisi.

Solusi: Pentingnya Pelatihan K3

Hasil penelitian ini menegaskan bahwa pelatihan K3 dapat menjadi solusi dalam mengurangi kelelahan dan meningkatkan keselamatan kerja kurir ekspedisi. Beberapa langkah yang direkomendasikan meliputi:

  1. Pelatihan Manajemen Kelelahan: Mengajarkan teknik manajemen waktu dan istirahat yang optimal untuk mengurangi risiko kelelahan.
  2. Pelatihan Keselamatan Berkendara: Mengedukasi kurir tentang teknik berkendara yang aman dan cara menghindari kecelakaan di jalan.
  3. Pelatihan Ergonomi: Memberikan panduan tentang postur tubuh yang benar saat berkendara dan mengangkat barang untuk mencegah cedera otot dan tulang.
  4. Penerapan Sistem K3 di Perusahaan: Mengoptimalkan jadwal kerja agar tidak melebihi batas aman serta memastikan kurir memiliki waktu istirahat yang cukup.

Paper ini menyoroti betapa pentingnya pelatihan K3 dalam industri logistik, khususnya bagi kurir ekspedisi yang menghadapi risiko kerja tinggi. Dengan menerapkan sistem pelatihan yang baik, perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan kurir sekaligus menjaga produktivitas operasional. Studi ini memberikan kontribusi signifikan bagi pengembangan kebijakan keselamatan kerja di sektor logistik, terutama dalam menghadapi tantangan era digital yang semakin menuntut kecepatan dan efisiensi.

Sumber: Reniasinta, R., & Widowati, E. Occupational Health and Safety (OHS) Training for Expedition Couriers to be Able to Deal with Multi-Hazards. International Journal of Active Learning, Vol. 7 No. 2, 2022, Hal. 209-218.

Selengkapnya
Pentingnya Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi Kurir Ekspedisi dalam Menghadapi Multi-Hazard

Keselamatan Kerja

Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Metode HIRARC di PT Barokah Galangan Perkasa

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 06 Maret 2025


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi faktor krusial dalam industri maritim, terutama di sektor galangan kapal. Paper berjudul Risk Analysis of Occupational Health and Safety Using Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) Method (Case Study in PT Barokah Galangan Perkasa) karya Andi Giovanni, Lina Dianati Fathimahhayati, dan Theresia Amelia Pawitra membahas penerapan metode HIRARC dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko di PT Barokah Galangan Perkasa, sebuah perusahaan perbaikan dan pembuatan kapal di Kalimantan Timur.

Penelitian ini menggunakan metode Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control (HIRARC), yang bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko, dan menentukan tindakan pengendalian yang tepat. Studi dilakukan pada dua area kerja utama:

  • Upper Accommodation Area, dengan 40 potensi bahaya yang terdiri dari:
    • 77% risiko rendah
    • 12% risiko sedang
    • 8% risiko tinggi
    • 3% risiko sangat tinggi
  • Cargo Oil Tank Area, dengan 37 potensi bahaya yang terdiri dari:
    • 84% risiko rendah
    • 13% risiko sedang
    • 3% risiko tinggi

Dengan mengetahui tingkat risiko ini, perusahaan dapat memprioritaskan tindakan perbaikan untuk mengurangi kecelakaan kerja.

  1. Bahaya di Upper Accommodation Area
    • Risiko tinggi (8%) dan sangat tinggi (3%): Terjadi pada proses pengelasan di ketinggian, dengan risiko jatuh akibat kurangnya penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti body harness.
    • Penyebab utama kecelakaan: Kabel listrik yang berserakan, pencahayaan buruk, dan penggunaan alat pelindung diri yang tidak optimal.
    • Solusi yang direkomendasikan: Peningkatan pengawasan terhadap pemakaian APD dan penerapan prosedur keamanan ketat.
  2. Bahaya di Cargo Oil Tank Area
    • Risiko tinggi (3%): Terdapat pada paparan gas beracun akibat ventilasi yang kurang baik.
    • Penyebab utama kecelakaan: Kurangnya pelatihan dalam penggunaan alat bantu pernapasan.
    • Solusi yang direkomendasikan: Pemasangan sistem ventilasi tambahan dan pelatihan keselamatan rutin bagi pekerja.

Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan HIRARC dapat membantu perusahaan dalam meminimalkan risiko kecelakaan kerja. Beberapa langkah strategis yang dapat diterapkan antara lain:

  1. Peningkatan Standar Keselamatan
    • Penyediaan APD yang sesuai dengan standar internasional.
    • Penerapan prosedur keselamatan ketat sebelum melakukan pekerjaan berisiko tinggi.
  2. Pelatihan dan Kesadaran Pekerja
    • Pelatihan berkala terkait penggunaan alat keselamatan.
    • Simulasi keadaan darurat untuk meningkatkan kesiapsiagaan pekerja.
  3. Peningkatan Infrastruktur dan Peralatan
    • Pemasangan ventilasi tambahan di ruang tertutup.
    • Perbaikan sistem pencahayaan untuk mengurangi risiko kecelakaan akibat visibilitas rendah.

Paper ini menggarisbawahi pentingnya penerapan metode HIRARC dalam industri galangan kapal. Dengan memahami tingkat risiko dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif.

Sumber: Giovanni, A., Fathimahhayati, L. D., & Pawitra, T. A. Risk Analysis of Occupational Health and Safety Using Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) Method (Case Study in PT Barokah Galangan Perkasa). IJIEM (Indonesian Journal of Industrial Engineering & Management), Vol. 4 No. 2, 2023, Hal. 198-211.

 

Selengkapnya
Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Metode HIRARC di PT Barokah Galangan Perkasa

Keselamatan Kerja

Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Rumah Sakit

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 06 Maret 2025


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di rumah sakit menjadi isu penting yang harus diperhatikan. Rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki risiko tinggi terhadap tenaga kesehatan, pasien, dan bahkan pengunjung. Paper berjudul Analysis of Occupational Safety and Health (OSH) Risks in Hospitals: Literature Review karya Widi Mahasih Pramusiwi, Widodo Hariyono, dan Rochana Ruliyandari dari Universitas Ahmad Dahlan mengkaji berbagai risiko K3 di rumah sakit Indonesia melalui tinjauan literatur sistematis.

Penelitian ini menggunakan metode systematic literature review dengan pendekatan PRISMA untuk menyeleksi enam artikel ilmiah terkait K3 rumah sakit di Indonesia. Sumber data diperoleh melalui Google Scholar dengan kata kunci "Hospital Occupational Health and Safety Risks" dalam rentang tahun 2018-2022.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko K3 di rumah sakit dapat dikategorikan ke dalam lima kelompok utama:

  1. Risiko Fisik: Cedera akibat jatuh, tertusuk jarum, terkena benda tajam, kecelakaan listrik, dan gangguan akibat pencahayaan buruk.
  2. Risiko Kimia: Paparan bahan kimia berbahaya seperti disinfektan, gas anestesi, limbah medis, dan obat-obatan sitotoksik.
  3. Risiko Biologis: Penyebaran virus dan bakteri penyebab infeksi nosokomial, COVID-19, hepatitis, HIV/AIDS, dan tuberkulosis.
  4. Risiko Ergonomis: Cedera otot dan tulang akibat postur kerja yang buruk, mengangkat pasien dengan teknik yang salah, serta kelelahan akibat pekerjaan berulang.
  5. Risiko Psikologis: Stres kerja, gangguan kecemasan, serangan dari pasien, serta kejenuhan akibat jam kerja panjang.

Beberapa temuan penting dari studi kasus yang dikaji dalam penelitian ini:

  • Risiko Infeksi Nosokomial di IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang: Ditemukan bahwa tenaga kesehatan di IGD menghadapi risiko tinggi terhadap infeksi dari virus dan bakteri. Studi ini menunjukkan bahwa tenaga medis di rumah sakit ini sering mengalami paparan HIV, hepatitis, dan COVID-19 akibat kurangnya standar proteksi diri.
  • Bahaya Limbah Medis di RSU Haji Surabaya: Petugas kebersihan menghadapi risiko tinggi terkena tusukan jarum bekas, yang dapat menyebabkan infeksi HIV dan hepatitis. Paparan limbah medis yang tidak terkelola dengan baik juga meningkatkan risiko penyakit akibat vektor seperti tikus dan serangga.
  • Kelelahan dan Gangguan Muskuloskeletal di RS Roemani Muhammadiyah Semarang: Petugas filing rekam medis sering mengalami sakit punggung, nyeri sendi, serta stres akibat beban kerja yang berlebihan dan ergonomi kerja yang buruk.
  • Paparan Bahan Kimia di Instalasi Farmasi Rumah Sakit: Ditemukan bahwa petugas farmasi sering terpapar zat beracun yang dapat menyebabkan iritasi mata, gangguan pernapasan, hingga penyakit akibat paparan jangka panjang.

Dari hasil penelitian ini, ada beberapa langkah strategis yang dapat diterapkan untuk mengurangi risiko K3 di rumah sakit:

  1. Peningkatan Standar Keselamatan: Menerapkan standar K3 yang lebih ketat dalam penggunaan alat pelindung diri (APD), prosedur pembuangan limbah, serta sistem ventilasi yang baik untuk mengurangi paparan bahan kimia berbahaya.
  2. Pelatihan dan Kesadaran Pegawai: Seluruh tenaga kesehatan dan staf rumah sakit harus mendapatkan pelatihan rutin mengenai manajemen risiko K3 dan cara penanganan darurat jika terjadi kecelakaan kerja.
  3. Peningkatan Infrastruktur dan Peralatan: Menyediakan alat kerja ergonomis, pencahayaan yang cukup, serta sistem keamanan untuk mencegah kecelakaan akibat jatuh atau tertusuk benda tajam.
  4. Dukungan Psikologis untuk Tenaga Kesehatan: Memberikan fasilitas konseling dan sistem kerja yang lebih fleksibel guna mengurangi tingkat stres dan kelelahan di lingkungan rumah sakit.

Penelitian ini menegaskan bahwa risiko K3 di rumah sakit sangat beragam dan berpotensi menimbulkan dampak serius bagi tenaga kesehatan serta pasien. Oleh karena itu, implementasi kebijakan keselamatan yang lebih baik sangat diperlukan guna menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman. Dengan langkah-langkah preventif yang tepat, rumah sakit dapat meningkatkan kualitas pelayanan sekaligus melindungi kesejahteraan tenaga medis dan staf pendukungnya.

Sumber: Widi Mahasih Pramusiwi, Widodo Hariyono, Rochana Ruliyandari. Analysis of Occupational Safety and Health (OSH) Risks in Hospitals: Literature Review. MPPKI (August 2024) Vol. 7 No. 8. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu.

 

Selengkapnya
Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Rumah Sakit

Keselamatan Kerja

Pemodelan dan Mitigasi Risiko Keselamatan Kerja di Lingkungan Industri Dinamis

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 06 Maret 2025


Keselamatan kerja merupakan asprek kritis di berbagai industri, terutama dalam sektor manufaktur, konstruksi, dan petrokimia yang memiliki lingkungan kerja dinamis. Untuk memberikan pendekatan analitis yang lebih akurat dalam mengukur risiko keselamatan kerja serta membantu pengambilan keputusan berbasis data dalam alokasi sumber daya mitigasi risiko di lingkungan industri yang kompleks.

Penelitian ini mengembangkan model probabilistik yang mampu:

  • Menganalisis data keselamatan kerja secara kuantitatif dari sistem manajemen keselamatan (SMS).
  • Menggabungkan data proaktif (pengamatan keselamatan) dan reaktif (laporan kecelakaan dan insiden).
  • Menggunakan algoritma Bayesian untuk terus memperbarui penilaian risiko seiring dengan berkembangnya lingkungan kerja.
  • Mengoptimalkan alokasi sumber daya untuk mitigasi risiko secara efektif.

Metode ini diuji melalui simulasi serta penerapan di proyek pemeliharaan di sebuah pabrik petrokimia besar, membuktikan efektivitasnya dalam mengurangi risiko kecelakaan kerja.

  1. Studi Simulasi
    • Model diuji dalam lingkungan kerja simulatif yang memiliki 7 kategori risiko keselamatan utama.
    • Dibandingkan dengan metode alokasi sumber daya berbasis heuristik dan metode acak, pendekatan berbasis model probabilistik mampu mengurangi ekspektasi kerugian akibat kecelakaan sebesar 15–20%.
    • Dengan menggunakan data observasi keselamatan, model ini dapat mengalokasikan sumber daya mitigasi risiko secara lebih tepat dibandingkan pendekatan konvensional.
  2. Penerapan di Industri Petrokimia
    • Model ini diterapkan dalam proyek pemeliharaan besar dengan 60 kategori risiko keselamatan yang dianalisis.
    • Penggunaan model memungkinkan identifikasi risiko dengan tingkat keakuratan lebih tinggi, terutama pada kategori seperti "Bekerja di Ketinggian" yang secara konsisten menunjukkan risiko tertinggi.
    • Dibandingkan dengan pendekatan konvensional, model ini menunjukkan konsistensi dalam penilaian risiko meskipun jumlah observasi berbeda antar kategori risiko.

Analisis dan Implikasi bagi Industri

  1. Peningkatan Efektivitas Sistem Manajemen Keselamatan (SMS)
    • SMS modern mengumpulkan data keselamatan dalam jumlah besar, tetapi sering kali kurang mampu menganalisis data tersebut secara efektif.
    • Model probabilistik yang diusulkan memungkinkan pemanfaatan data observasi dan insiden secara bersamaan untuk memberikan gambaran risiko yang lebih akurat.
  2. Optimalisasi Alokasi Sumber Daya
    • Dengan menggunakan metode berbasis Bayesian, perusahaan dapat mengalokasikan sumber daya keselamatan ke area yang paling membutuhkan intervensi.
    • Misalnya, dalam studi industri petrokimia, area “Barricades” dan “Safety Procedures” mendapatkan prioritas lebih tinggi berdasarkan tingkat risikonya.
  3. Peran Teknologi dalam Keselamatan Kerja
    • Integrasi model ini dengan sensor IoT dan teknologi pemantauan otomatis dapat meningkatkan deteksi dini terhadap risiko keselamatan.
    • Teknologi pemodelan risiko ini dapat digunakan dalam sistem otomatisasi industri untuk memberikan peringatan dini terhadap potensi bahaya.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Paper ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis data dapat meningkatkan efektivitas sistem manajemen keselamatan kerja dalam lingkungan industri yang dinamis. Dengan menggunakan model probabilistik hierarkis dan algoritma Bayesian, perusahaan dapat mengoptimalkan mitigasi risiko secara lebih akurat dan efisien.

Untuk penelitian selanjutnya, direkomendasikan eksplorasi lebih lanjut terhadap integrasi model ini dengan kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin untuk meningkatkan deteksi risiko dan prediksi kecelakaan kerja.

Sumber Artikel:
Tewari, A., & Paiva, A. R. (2022). Modeling and Mitigation of Occupational Safety Risks in Dynamic Industrial Environments. Safety Science.

 

Selengkapnya
Pemodelan dan Mitigasi Risiko Keselamatan Kerja di Lingkungan Industri Dinamis
« First Previous page 9 of 11 Next Last »