Safety
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 18 Februari 2025
Daerah Bencana
Zona bencana adalah suatu wilayah atau kawasan yang mengalami kerusakan akibat bencana alam, teknologi, atau sosial. Daerah yang terkena dampak bencana mempengaruhi penduduk yang tinggal di komunitasnya karena kenaikan biaya yang cepat, hilangnya energi, makanan dan layanan. Terakhir, risiko penyakit meningkat di kalangan penduduk. Ini adalah bidang-bidang yang membuka peluang bagi dukungan nasional atau internasional terhadap daerah-daerah yang terkena dampak bencana alam, teknologi atau sosial.
Contoh daerah bencana modern
Contoh bencana teknologi adalah bencana Fukushima yang disebabkan oleh "gempa berkekuatan 8,9 skala richter yang melanda timur laut Jepang". Gempa tersebut menyebabkan ledakan hidrogen di pembangkit listrik. Lima reaktor hancur dan pembangkit listrik ditunda. Semua ini terjadi karena kegagalan teknis pada sistem yang menyebabkan pemadaman listrik secara darurat dan darurat, karena kelima reaktor kehilangan energi pemanas, hidrogen di atapnya dan meledak.
Peristiwa nuklir besar ini berdampak kecil terhadap kesehatan masyarakat karena dampak nuklir lokal. Polusi membuat sulit untuk mengkonsumsi produk-produk seperti susu, air atau sayuran, namun peningkatan angka kanker dianggap terlalu kecil untuk dideteksi. Oleh karena itu, tidak semua bahan pangan yang tumbuh di kawasan itu akan dijual. Warga dilarikan ke rumah sakit, hanya 1 hingga 3 orang yang mengalami kerusakan akibat radiasi. “Pemerintah Jepang menangani situasi ini dengan cara terbaik dan menakjubkan yang bisa dibayangkan.”
Contoh lokasi bencana akibat bencana alam adalah Badai Sandy yang terjadi pada tanggal 27 Oktober 2012. Ini merupakan badai terkuat yang melanda Amerika Serikat dalam beberapa dekade. Sekitar 50 orang tewas dalam badai tersebut, banyak yang terluka akibat pohon tumbang. New York adalah negara bagian yang paling terkena dampaknya, menyebabkan jutaan orang kehilangan aliran listrik dan beberapa lainnya kehilangan tempat tinggal.
Peristiwa krisis sosial yang paling parah adalah serangan teroris yang terjadi di New York City pada 11 September 2001. Dua pesawat menabrak Menara Kembar dan jatuh, menewaskan banyak orang saat beraksi. Serangan mendadak tersebut menewaskan banyak orang dan menimbulkan dampak buruk di Kota New York.
Melbourne, Australia, ditetapkan sebagai daerah bencana oleh Perdana Menteri Victoria pada 2 Agustus 2020, menyusul peningkatan tajam kasus COVID-19 yang tidak diketahui penyebabnya. Pada tanggal 5 Agustus 2020, Dewan Militer Lebanon mengumumkan keadaan darurat di Beirut menyusul ledakan mematikan di pelabuhan.
Disadur dari: en.wikipedia.org
Geodesi dan Geomatika
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 18 Februari 2025
Ahli Vulkanologi Institut Teknologi Bandung Dr.Eng. Mirzam Abdurrachman, S.T., M.T., mengatakan, material aliran lahar yang terjadi di Gunung Semeru merupakan akumulasi dari letusan sebelumnya yang menutupi kawah gunung tersebut. “Terkikisnya material abu vulkanik yang berada di tudung gunung tersebut membuat beban yang menutup Semeru hilang sehingga membuat gunung mengalami erupsi,” katanya, Minggu (5/12/2021).
Sebelumnya diberitakan, Gunung Semeru erupsi pada Sabtu sore, (4/12/2021) sekitar pukul 14:50 WIB. Mengutip dari Magma Indonesia, visual letusan tidak teramati akan tetapi erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi 5160 detik. Menurut Dr. Mirzam, saat terjadi erupsi warga cenderung tidak merasakan adanya gempa, akan tetapi tetap terekam oleh seismograf. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya material yang berada di dalam dapur magma.
*Detik-detik erupsi Gunung Semeru. Sumber: Twitter BNPB
Dia menjelaskan, kenapa Gunung Semeru bisa meletus. Ada tiga hal yang menyebabkan sebuah gunung api bisa meletus. Pertama karena volume di dapur magmanya sudah penuh, kedua karena ada longsoran di dapur magma yang disebabkan terjadinya pengkristalan magma, dan yang ketiga di atas dapur magma.
“Faktor yang ketiga ini sepertinya yang terjadi di Semeru, jadi ketika curah hujannya cukup tinggi, abu vulkanik yang menahan di puncaknya baik dari akumulasi letusan sebelumnya, terkikis oleh air, sehingga gunung api kehilangan beban. Sehingga meskipun isi dapur magmanya sedikit yang bisa dilihat dari aktivitas kegempaan yang sedikit (hanya bisa diditeksi oleh alat namun tidak dirasakan oleh orang yang tinggal di sekitarnya), Semeru tetap bisa erupsi,” jelasnya.
Dosen pada Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) itu mengatakan, Gunung Semeru merupakan salah satu gunung api aktif tipe A. Berdasarkan data dan pengamatan yang dilakukan, Dr. Mirzam berkesimpulan bahwa Gunung Semeru memiliki interval letusan jangka pendeknya 1-2 tahun. Terakhir tercatat pernah juga mengalami letusan di tahun 2020 juga di bulan Desember. “Letusan kali ini, volume magmanya sebetulnya tidak banyak, tetapi abu vulkaniknya banyak sebab akumulasi dari letusan sebelumnya,” jelasnya.
Namun menurutnya Dr. Mirzam, arah letusan gunung Semeru bisa diprediksi yaitu mengarah ke tenggara. Hal ini karena mengacu pada peta Geologi Semeru, bidang tempat lahirnya gunung ini tidak horizontal tetapi miring ke arah selatan. “Kalau kita mengacu pada letusan 2020, arah abu vulkaniknya itu cenderung ke arah tenggara dan selatan karena anginnya berhembus ke arah tersebut begitu juga dengan aliran laharnya karena semua suangai yang berhulu ke puncak Semeru semua merngalir kea rah selatan dan tenggara,” ujarnya.
*Arah erupsi Gn. Semeru. Sumber: Dr. Mirzam Abdurrachman
Mirzam mengindikasikan abu vulkanik gunung semeru cenderung berat yang ditandai dengan warnanya yang abu-abu pekat. Hal tersebut terlihat dari visual di puncak Gunung Semeru. Sehingga ketika letusan-letusan sebelumnya terjadi, abu vulkaniknya jatuh menumpuk di hanya di sekitar area puncak gunung semeru, ini yang menjadi cikal bakal melimpahnya material lahar letusan 2021.
*Foto satelit puncak Gn. Semeru. Sumber: Dr. Mirzam Abdurrachman.
Bahaya Erupsi Gunung Meletus
Dr. Mirzam mengatakan, bahaya dari gunung api secara umum ada dua, yaitu primer dan sekunder. Bahaya primer berkaitan dengan saat gunung meletus dan bahaya sekunder setelah gunung api tersebut meletus. Bahaya primer dari letusan ialah aliran lava, wedus gembel, dan abu vulkanik. Sementara bahaya sekunder salah satunya terjadinya banjir bandang atau pun lahar. “Dua-duanya sama-sama berbahaya,” ujarnya.
Sumber Artikel : itb.ac.id/news
Safety
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 18 Februari 2025
Bahaya lingkungan
Bahaya lingkungan adalah bahaya yang mempengaruhi bioma atau ekosistem. Contoh-contoh yang terkenal termasuk tumpahan minyak, polusi air, penebangan dan pembakaran hutan, polusi udara, retakan tanah, dan penumpukan karbon dioksida di atmosfer. Paparan fisik terhadap bahaya lingkungan biasanya tidak disengaja.
Jenis
Bahaya kimiawi adalah zat yang dapat menyebabkan bahaya atau kerusakan pada manusia, hewan, atau lingkungan. Zat-zat tersebut dapat berupa padatan, cairan, gas, kabut, debu, asap, dan uap. Paparan dapat terjadi melalui penghirupan, penyerapan kulit, tertelan, atau kontak langsung. Bahaya kimiawi meliputi zat-zat seperti pestisida, pelarut, asam, basa, logam reaktif, dan gas beracun. Paparan zat-zat ini dapat mengakibatkan dampak kesehatan seperti iritasi kulit, masalah pernapasan, kerusakan organ, efek neurologis, dan kanker.
Bahaya fisik adalah faktor-faktor di dalam lingkungan yang dapat membahayakan tubuh tanpa harus menyentuhnya. Bahaya ini mencakup berbagai faktor lingkungan seperti kebisingan, getaran, suhu ekstrem, radiasi, dan bahaya ergonomis. Bahaya fisik dapat menyebabkan cedera seperti luka bakar, patah tulang, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, atau bahaya fisik lainnya. Bahaya ini dapat ditemukan di banyak tempat kerja seperti lokasi konstruksi, pabrik, dan bahkan ruang kantor.
Bahaya biologis, juga dikenal sebagai biohazard, adalah zat organik yang mengancam kesehatan organisme hidup, terutama manusia. Hal ini dapat mencakup limbah medis, sampel mikroorganisme, virus, atau racun (dari sumber biologis) yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Bahaya biologis juga dapat mencakup zat-zat yang berbahaya bagi hewan. Contoh bahaya biologis termasuk bakteri, virus, jamur, mikroorganisme lain, dan racun terkait. Mereka dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, mulai dari flu hingga penyakit yang lebih serius dan berpotensi fatal.
Bahaya psikologis adalah aspek-aspek dari pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat menyebabkan gangguan psikologis atau gangguan kesehatan mental. Hal ini mencakup faktor-faktor seperti stres, intimidasi di tempat kerja, kelelahan, kelelahan, dan kekerasan, antara lain. Bahaya-bahaya ini dapat menyebabkan masalah psikologis seperti kecemasan, depresi, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD). Bahaya psikologis dapat terjadi di semua jenis tempat kerja, dan pengelolaannya merupakan aspek penting dari kesehatan dan keselamatan kerja.
Identifikasi bahaya lingkungan
Identifikasi bahaya lingkungan adalah langkah pertama dalam penilaian risiko lingkungan, yang merupakan proses menilai kemungkinan, atau risiko, dampak buruk yang diakibatkan oleh pemicu stres lingkungan. Identifikasi bahaya adalah penentuan apakah, dan dalam kondisi apa, suatu pemicu stres lingkungan memiliki potensi untuk menimbulkan bahaya.
Dalam identifikasi bahaya, sumber data tentang risiko yang terkait dengan bahaya yang mungkin terjadi diidentifikasi. Misalnya, jika sebuah lokasi diketahui terkontaminasi dengan berbagai polutan industri, identifikasi bahaya akan menentukan bahan kimia mana yang dapat mengakibatkan efek kesehatan manusia yang merugikan, dan efek apa yang dapat ditimbulkannya. Penilai risiko mengandalkan data laboratorium (misalnya, toksikologi) dan epidemiologi untuk membuat penentuan ini.
Model konseptual paparan
Bahaya memiliki potensi untuk menimbulkan dampak yang merugikan hanya jika bersentuhan dengan populasi yang dapat dirugikan. Untuk alasan ini, identifikasi bahaya mencakup pengembangan model konseptual pemaparan [Model konseptual mengkomunikasikan jalur yang menghubungkan sumber-sumber bahaya tertentu dengan populasi yang berpotensi terpapar]. Badan Registrasi Zat Beracun dan Penyakit Amerika Serikat menetapkan lima elemen yang harus dimasukkan dalam model konseptual pemaparan:
Mengevaluasi data bahaya
Setelah model konseptual paparan dikembangkan untuk bahaya tertentu, pengukuran harus dilakukan untuk menentukan keberadaan dan kuantitas bahaya. Pengukuran ini harus dibandingkan dengan tingkat referensi yang sesuai untuk menentukan apakah suatu bahaya ada atau tidak. Sebagai contoh, jika arsenik terdeteksi dalam air keran dari sumur tertentu, konsentrasi yang terdeteksi harus dibandingkan dengan ambang batas peraturan untuk tingkat arsenik yang diperbolehkan dalam air minum. Jika tingkat yang terdeteksi secara konsisten lebih rendah dari batas-batas ini, arsenik mungkin bukan merupakan bahan kimia yang berpotensi menjadi perhatian untuk tujuan penilaian risiko ini. Ketika menginterpretasikan data bahaya, penilai risiko harus mempertimbangkan sensitivitas instrumen dan metode yang digunakan untuk melakukan pengukuran, termasuk batas deteksi yang relevan (yaitu, tingkat terendah dari suatu zat yang dapat dideteksi oleh instrumen atau metode).
Bahaya Kimia
Bahaya kimia didefinisikan dalam Sistem Harmonisasi Global dan peraturan kimia Uni Eropa. Bahaya ini disebabkan oleh zat kimia yang menyebabkan kerusakan signifikan terhadap lingkungan. Label ini terutama berlaku untuk zat-zat yang memiliki toksisitas air. Contohnya adalah seng oksida, pigmen cat yang umum digunakan, yang sangat beracun bagi kehidupan akuatik.
Toksisitas atau bahaya lain tidak berarti bahaya lingkungan, karena eliminasi oleh sinar matahari (fotolisis), air (hidrolisis) atau organisme (eliminasi biologis) menetralkan banyak zat reaktif atau beracun. Kegigihan terhadap mekanisme eliminasi ini dikombinasikan dengan toksisitas memberikan substansi kemampuan untuk merusak dalam jangka panjang. Selain itu, kurangnya toksisitas langsung pada manusia tidak berarti zat tersebut tidak berbahaya bagi lingkungan. Sebagai contoh, tumpahan zat seukuran truk tangki seperti susu dapat menyebabkan banyak kerusakan pada ekosistem perairan setempat: kebutuhan oksigen biologis yang ditambahkan menyebabkan eutrofikasi yang cepat, yang mengarah ke kondisi anoksik di badan air.
Semua bahaya dalam kategori ini sebagian besar bersifat antropogenik, meskipun ada sejumlah karsinogen alami dan unsur kimia seperti radon dan timbal yang dapat muncul dalam konsentrasi yang membahayakan kesehatan di lingkungan alami:
Bahaya fisik
Bahaya fisik adalah jenis bahaya pekerjaan yang melibatkan bahaya lingkungan yang dapat menyebabkan kerusakan dengan atau tanpa kontak. Di bawah ini adalah daftar contohnya:
Bahaya biologis
Bahaya biologis, juga dikenal sebagai biohazard, mengacu pada zat biologis yang mengancam kesehatan organisme hidup, terutama manusia. Hal ini dapat mencakup limbah medis atau sampel mikroorganisme, virus, atau racun (dari sumber biologis) yang dapat memengaruhi kesehatan manusia. Contohnya meliputi:
Psikologis
Bahaya psikologis termasuk namun tidak terbatas pada stres, kekerasan, dan pemicu stres di tempat kerja lainnya. Pekerjaan pada umumnya bermanfaat bagi kesehatan mental dan kesejahteraan pribadi. Pekerjaan memberikan struktur dan tujuan serta rasa identitas kepada orang-orang.
Disadur dari: en.wikipedia.org
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025
Kementerian Perindustrian mencatat, sampai 1 Juli 2022, sebesar 130 perusahaan telah mendaftar ke dalam Sistem Informasi Minyak Goreng Curah (SIMIRAH) 2.0. Dari angka tersebut, mencakup 51 produsen Crude Palm Oil (CPO), dan 79 produsen minyak goreng sawit (MGS).
“Pada program Minyak Goreng Curah Rakyat (MGCR), kini telah ada penambahan produsen, yang awalnya 75 perusahaan pada program Minyak Goreng Curah Bersubsidi, menjadi 79 perusahaan MGS,” ungkap Putu Juli Ardika selaku Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, di Jakarta, Minggu(1/7).
Dirjen Industri Agro mengatakan, dari total 130 perusahaan yang mendaftar di SIMIRAH 2, sejumlah 98 perusahaan telah memperoleh nomor registrasi. Mereka terdiri dari 24 produsen CPO dan 74 produsen MGS. “seluruhnya yang mendaftar, tak ada yang ditolak. Namun yang belum memperoleh nomor registrasi itu sebab masih proses verifikasi atau masih melengkapi data yang kurang,” ungkapnya.
Beberapa waktu lalu, Direktorat Jenderal Industri Agro mengadakan Business Matching Regional Sumatra Program MGCR di Medan. Selain menyosialisasikan program MGCR, tujuan kegiatan business matching tersebut untuk memudahkan para peserta program MGCR bermigrasi ke SIMIRAH 2. “Pada kegiatan ini kita membuka layanan konsultasi untuk perusahaan dan melibatkan satuan kerja Kemenperin di Medan untuk menjadi auditor,” ungkapnya.
Dari 74 produsen MGS yang memperoleh nomor registrasi Program MGCR, sejumlah 39 perusahaana atau 52% berlokasi di wilayah regional Sumatra. Sedangkan, dari 24 produsen CPO yang memperoleh nomor registrasi, sejumlah 17 produsen atau 70,8% berlolasi di wilayah regional Sumatra. “Maksudnya, regional Sumatra begitu sentral dan penting sebagai pusat produksi minyak goreng,” ungkapnya.
Pada periode 1 - 30 Juni 2022, pencapaian panyaluran program MGCR rata-rata mencapai 81,72% dari kebutuhan bulanan di setiap provinsi. “Berdasarkan data, pengiriman produsen MGCR ke 7 provinsi tujuan, yaitu DKI Jakarta, Bali, Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Sumatra Barat sudah melebihi proyeksi kebutuhannya,” ujar Putu.
Selanjutnya, pada Juni 2022, total MGCR yang disalurkan oleh produsen MGS sejumlah 268.000 ton, 182.000 ton di antaranya sudah tiba di distributor 1 (D1), 45.000 ton tiba di pengecer, dan 28.000 ton sudah dijual ke masyarakat. “Peningkatan volume ekspor atas CPO dan MGS bisa dijalankan melalui percepatan penyaluran DMO-DPO ke dalam negeri, termasuk dalam bentuk minyak curah berwadah,” jelasnya.
Putu menjelaskan, pemerintah bertekad untuk melaksanakan program ini dengan baik dan akuntabilitas terjaga sehingga menjamin ketersediaan dan memenuhi kebutuhan MGCR sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) sejumlah Rp. 14.000 per-liter atau Rp. 15.500 per-kilogram. Pemerintah juga memfasilitasi para pengecer yang ingin menjual MGCR.
Harapannya, dengan munculnya pengecer resmi yang sudah terdaftar di SIMIRAH 2 atau Pelaku Usaha Jasa Logistik dan Eceran PUJLE, dapat membantu pemerintah dan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan minyak goreng dalam negeri.
Semenjak pemerintah menyosialisasikan penggunaan QR Code Peduli Lindungi pada tanggal 27 Juni 2022 kepada 34.900 pengecer, sejumlah 3.345 pengecer atau 8,81 persen dari total keseluruhan telah mencetak QR Code Peduli Lindungi yang akan dipindai oleh pembeli.
"Kemenperin terus melakukan percepatan agar para pengecer terdaftar segera mencetak QR Code Peduli Lindungi. Pada SIMIRAH 2, kita juga sudah memasang filter pemantau untuk melihat pengecer mana yang belum mencetak QR Code Peduli Lindungi," ungkap Direktur Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan Emil Satria.
Disadur dari sumber kemenperin.go.id
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Pendahuluan
Artikel berjudul "The Impact of Industry 4.0 Implementation on Supply Chains" yang ditulis oleh Ghadge, Er Kara, Moradlou, dan Goswami (2020) membahas secara komprehensif tentang bagaimana implementasi Industri 4.0 memengaruhi rantai pasok (supply chain). Artikel ini bertujuan untuk menganalisis dampak tersebut dan mengembangkan kerangka kerja implementasi dengan mempertimbangkan pendorong dan hambatan yang mungkin muncul. Dengan menggunakan pendekatan critical literature review dan system dynamics model , penelitian ini memberikan wawasan yang berharga bagi para manajer rantai pasok dalam memahami tantangan dan peluang di era digital ini.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif. Pertama, dilakukan tinjauan literatur secara mendalam untuk mengidentifikasi pendorong dan hambatan utama dalam implementasi Industri 4.0. Faktor-faktor ini dikategorikan ke dalam empat dimensi bisnis: strategis, organisasi, teknologi, serta hukum dan etika. Selanjutnya, dikembangkan model system dynamics untuk memahami dampak implementasi Industri 4.0 pada parameter rantai pasok, dengan memasukkan faktor-faktor pendorong dan penghambat yang telah diidentifikasi. Model simulasi ini digunakan untuk mengembangkan model konseptual yang dapat membantu implementasi dan akselerasi Industri 4.0 dalam rantai pasok.
Temuan dan Diskusi
Dampak Industri 4.0 pada Rantai Pasok
Artikel ini menyoroti bahwa Industri 4.0 membawa tantangan dan peluang baru bagi rantai pasok masa depan. Digitalisasi menjadi suatu keharusan bagi sistem rantai pasok agar dapat bertahan dalam lingkungan bisnis yang dinamis dan kompetitif saat ini. Perusahaan perlu mengadopsi teknologi baru dalam proses bisnis mereka dan mengelola aliran data yang meningkat dalam rantai nilai mereka untuk pengelolaan rantai pasok digital generasi berikutnya yang efektif.
Pendorong dan Hambatan Implementasi Industri 4.0
Penelitian ini mengidentifikasi beberapa pendorong utama untuk adopsi Industri 4.0, termasuk peningkatan efisiensi, produktivitas, dan fleksibilitas. Selain itu, personalisasi produk dan pengambilan keputusan berbasis data real-time juga menjadi faktor pendorong yang signifikan. Namun, terdapat juga beberapa hambatan yang perlu diatasi, seperti kurangnya keterampilan dan pengetahuan, biaya investasi yang tinggi, masalah keamanan siber, dan kurangnya standar yang jelas.
Kerangka Kerja Implementasi Industri 4.0
Berdasarkan hasil analisis dan simulasi, artikel ini mengusulkan kerangka kerja konseptual untuk implementasi Industri 4.0 yang efektif dalam rantai pasok. Kerangka kerja ini mencakup beberapa tahapan, mulai dari identifikasi kebutuhan dan tujuan bisnis, evaluasi teknologi yang sesuai, pengembangan rencana implementasi, hingga pemantauan dan evaluasi kinerja.
Studi Kasus dan Angka-Angka
Meskipun artikel ini bersifat konseptual, artikel ini juga menyoroti beberapa contoh implementasi Industri 4.0 dalam rantai pasok. Misalnya, penggunaan Radio-Frequency Identification Device (RFID) dan teknologi cloud untuk meningkatkan visibilitas dan efisiensi dalam rantai pasok. Selain itu, penggunaan big data analytics untuk mengoptimalkan inventaris dan memprediksi permintaan juga dibahas sebagai studi kasus yang relevan.
Contoh lain adalah penerapan robot otonom di gudang dan pusat distribusi, yang dapat meningkatkan kecepatan dan akurasi dalam proses pemenuhan pesanan. Implementasi sistem cybersecurity yang kuat juga ditekankan sebagai langkah penting untuk melindungi data sensitif dan mencegah gangguan operasional.
Analisis Mendalam
Artikel ini memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami dampak Industri 4.0 pada rantai pasok. Dengan mengidentifikasi pendorong dan hambatan utama, serta mengusulkan kerangka kerja implementasi yang komprehensif, penelitian ini memberikan panduan yang berharga bagi para praktisi dan peneliti di bidang ini. Penggunaan model system dynamics juga memungkinkan para peneliti untuk mensimulasikan berbagai skenario dan memahami dampak jangka panjang dari implementasi Industri 4.0.
Perbandingan dengan Penelitian Lain
Penelitian ini sejalan dengan penelitian lain di bidang Industri 4.0 dan rantai pasok, yang menekankan pentingnya digitalisasi dan integrasi teknologi dalam meningkatkan kinerja rantai pasok. Namun, artikel ini juga menyoroti pentingnya mempertimbangkan faktor-faktor organisasi dan strategis dalam implementasi Industri 4.0, yang seringkali diabaikan dalam penelitian lain.
Implikasi Praktis dan Teoretis
Secara praktis, penelitian ini memberikan wawasan yang berharga bagi para manajer rantai pasok dalam memahami tantangan dan peluang di era Industri 4.0. Dengan memahami pendorong dan hambatan utama, mereka dapat mengembangkan strategi implementasi yang lebih efektif dan memaksimalkan manfaat dari teknologi baru. Secara teoretis, penelitian ini berkontribusi pada pengembangan teori rantai pasok digital dan memberikan dasar empiris untuk penelitian lebih lanjut di bidang ini.
Kesimpulan
Artikel "The Impact of Industry 4.0 Implementation on Supply Chains" adalah sumber yang berharga bagi siapa saja yang tertarik untuk memahami bagaimana Industri 4.0 mengubah rantai pasok. Dengan pendekatan yang komprehensif dan metodologi yang kuat, penelitian ini memberikan wawasan yang mendalam tentang tantangan dan peluang di era digital ini, serta kerangka kerja praktis untuk implementasi Industri 4.0 yang sukses.
Sumber : Ghadge, A., Er Kara, M., Moradlou, H. & Goswami, M. (2020), “The impact of Industry 4.0 implementation on supply chains”, Journal of Manufacturing Technology Management, (10.1108/JMTM-10-2019-0368), Accepted.
Teknik Metalurgi
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 18 Februari 2025
Metalurgi adalah salah satu bidang ilmu dan teknik bahan yang mempelajari tentang perilaku fisika dan kimia dari unsur-unsur logam, senyawa-senyawa antarlogam, dan paduan-paduan logam yang disebut aloi atau lakur. Metalurgi juga adalah teknologi logam, yakni penerapan sains dalam produksi logam dan rekayasa komponen-komponen logam untuk digunakan pada produk-produk yang ditujukan bagi konsumen dan industri-industri manukfaktur. Produksi logam meliputi kegiatan mengolah bijih untuk mengekstrasi kandungan logamnya, dan kegiatan memadu logam, kadang-kadang dengan unsur-unsur nonlogam, untuk menghasilkan aloi. Metalurgi berbeda dari kriya pengolahan logam, meskipun kemajuan teknis dalam pengolahan logam bergantung pada perkembangan ilmu metalurgi, sebagaimana kemajuan teknis dalam praktik kedokteran bergantung pada perkembangan ilmu kedokteran eek.
Metalurgi terbagi menjadi metalurgi besi-baja (ilmu logam hitam) dan metalurgi bukan besi-baja (ilmu logam aneka warna).
Metalurgi besi-baja meliputi cara-cara mengolah unsur besi dan membuat logam-logam paduan berunsur dasar besi, sementara metalurgi bukan besi-baja meliputi cara-cara mengolah dan membuat logam-logam paduan berunsur dasar logam selain besi. Produksi besi-baja menguasai 95 persen dari produksi logam dunia.
Etimologi
Istilah "metalurgi" berasal dari kata Yunani Kuno: μεταλλουργός, metallourgós, "pekerja logam", gabungan dari kata μέταλλον, métallon, "logam", dan kata ἔργον, érgon, "kerja".
Mula-mula kata "metalurgi" adalah istilah yang digunakan dalam ilmu alkimiasebagai sebutan bagi kegiatan mengekstraksi logam dari mineral, akhiran -urgi bermakna suatu proses, khususnya proses manufaktur: makna metalurgi ini dibahas dalam Encyclopædia Britannica 1797.Pada penghujung abad ke-19, lingkup makna metalurgi meluas hingga mencakup pula kajian ilmiah yang lebih umum tentang logam-logam, logam-logam paduan, dan proses-proses yang berkaitan dengannya.
Ruang lingkup
Georg Pawer (dilatinkan menjadi Georgius Agricola), penulis De re metallica (Perihal sifat logam), sebuah buku penting pada pengenalan ekstraksi logam
Metalurgi adalah ilmu, seni, dan teknologi yang mengkaji proses pengolahan dan perekayasaan mineral dan logam. Ruang lingkup metalurgi meliputi:
Sejarah
Ikat kepala emas dari Thebes 750-700 BC
Sejarah ilmu metalurgi diawali dengan teknologi pengolahan hasil pertambangan. Logam yang paling dini digunakan oleh manusia tampaknya adalah emas, yang bisa ditemukan secara bebas. Sejumlah kecil emas telah ditemukan telah digunakan di gua-gua di Spanyolpada masa Paleolitikum, sekitar 40.000 SM
Perak, tembaga, timah dan besi meteor juga dapat ditemukan bebas, dan memungkinkan pengerjaan logam dalam jumlah terbatas. Senjata Mesir yang dibuat dari besi meteor pada sekitar 3000 SM sangat dihargai sebagai "belati dari langit". Dengan pengetahuan untuk mendapatkan tembaga dan timah dengan memanaskan bebatuan, serta mengkombinasikan tembaga dan timah untuk mendapatkan logam paduan yang dinamakan sebagai perunggu, teknologi metalurgi dimulai sekitar tahun 3500 SM pada masa Zaman Perunggu.
Ekstraksi besi dari bijihnya ke dalam logam yang dapat diolah jauh lebih sulit. Proses ini tampaknya telah diciptakan oleh orang-orang Hittit pada sekitar 1200 SM, pada awal Zaman Besi. Rahasia ekstraksi dan pengolahan besi adalah faktor kunci dalam keberhasilan orang-orang Filistin.
Perkembangan historis metalurgi besi dapat ditemukan dalam berbagai budaya dan peradaban lampau. Ini mencakup kerajaan dan imperium kuno dan abad pertengahan di Timur Tengah dan Timur Dekat, Mesir kuno, dan Anatolia (Turki sekarang), Kartago, Yunani, Romawi kuno, Eropa abad pertengahan, Cina kuno dan pertengahan, India kuno dan pertengahan, Jepang kuno dan pertengahan, dan sebagainya.
Banyak penerapan, praktik dan perkakas metalurgi mungkin sudah digunakan di Cina kuno sebelum orang-orang Eropa menguasainya (seperti tanur, besi cor, baja, dan lain-lain).
Berdasar kedekatan antara metalurgi dengan pertambangan inilah maka pada awalnya pendidikan metalurgi lahir dari sekolah-sekolah pertambangan seperti pendidikan metalurgi di Colorado School of Mines.
Ekstraksi
Metalurgi ekstraksi adalah praktik mengambil logam berharga dari sebuah biji dan pemurnian logam mentah yang diekstrak ke dalam bentuk murni. Dalam rangka untuk mengubah logam oksida, atau sulfida untuk sebuah logam murni, bijih besi harus dikurangi secara fisik, kimiawi atau elektrolisasi.
Ahli metalurgi ekstraksi akan tertarik dalam tiga aliran utama yakni pemakanan, berkonsentrasi (oksida logam berharga/sulfida) dan punca (limbah). Setelah pertambangan dari potongan besar akan diperoleh bijih melalui pelumatan dengan melalui penghancuran dan penggilingan untuk mendapatkan partikel-partikel yang cukup kecil di mana masing-masing partikel terdiri dari bahan berharga atau limbah. Partikel terkonsentrasi yang berharga dalam bentuk yang mendukung memungkinkan pemisahan logam yang dikehendaki dari kandungan limbah yang tidak dikehendaki.
Pertambangan mungkin tidak diperlukan bila terdapat tubuh bijih dan lingkungan fisik yang kondusif untuk pencucian. Larut pencucian bijih mineral dalam tubuh dan menghasilkan solusi yang kaya. Solusi dikumpulkan dan diproses untuk mengekstrak logam berharga.
Badan bijih umumnya mengandung lebih dari satu logam berharga. Punca dari proses sebelumnya dapat digunakan kembali sebagai bahan dalam proses lain untuk mengambil produk sekunder dari bijih asli. Selain itu, suatu zat terkonsentrasi mungkin berisi lebih dari satu logam berharga. Yang berkonsentrasi kemudian akan diproses untuk memisahkan logam berharga dalam konstituen individu.
Pendidikan metalurgi
Pada saat ini pendidikan metalurgi sudah sedemkian luas sehingga beberapa perguruan tinggi mengkhususkan penekanan pada cabang-cabang ilmu metalurgi.
Perkembangan persoalan ilmiah dan teknis saat ini yang memerlukan pemecahan multidisiplin mengharuskan adanya pertemuan antara berbagai disiplin ilmu yang berbeda. Dalam hal ini seorang metalurgis (ilmuwan dan pekerja metalurgi) berada di tengah-tengah pertemuan ilmu-ilmu tersebut. Metalurgi beririsan dengan beberapa aspek ilmu kimia, teknik kimia, fisika, teknik fisika, teknik mesin, pertambangan, lingkungan, dll.
Pengolahan mineral
Pengolahan mineral (mineral dressing) adalah pengolahan mineral secara fisik. Tujuan dari pengolahan mineral adalah meningkatkan kadar logam berharga dengan cara membuang bagian-bagian dari bijih yang tidak diinginkan. Secara umum, setelah proses mineral dressing akan dihasilkan tiga kategori produk.
Teknik pengolahan mineral bermacam-macam. Pengaplikasiannya sangat tergantung pada jenis bijih atau mineral yang akan ditingkatkan konsentrasinya. Pemilihan teknik didasarkan pada perbedaan sifat-sifat fisik dari mineral-mineral yang ada dalam bijih tersebut. Teknik-teknik yang digunakan dalam proses pengolahan mineral di antaranya adalah:
Konsentrasi gravitasi
Teknik ini memanfaatkan perbedaan berat jenis antara mineral-mineral. Mineral-mineral dipisahkan dengan peralatan yang berprinsip pada pemisahan berat jenis seperti jigging, rake classifier, spiral classifier, vibrating table, dll.
Flotasi
Teknik ini memanfaatkan perbedaan sifat permukaan mineral-mineral. Dengan menambahkan reagen kimia yang bisa membuat permukaan salah satu mineral menjadi hidrofil sementara bagian reagen itu sendiri memiliki sifat hidrofob, maka mineral bersangkutan dapat diangkat oleh gelembung yang ditiupkan ke permukaan untuk dipisahkan. Biasnya mineral-mineral sulfida dipisahkan dengan cara ini.
Pemisahan magnetis
Cara ini memanfaatkan sifat magnet dari mineral-mineral. Mineral yang bersifat feromagnetik dipisahkan dari mineral yang bersifat diamagnetik.
Dan teknik-teknik lainnya, seperti electric separator, dll.
Metalurgi ekstraksi
Pada bagian pengolahan mineral, konsentrat yang mengandung logam berharga dipisahkan dari pengotor (gangue mineral) yang menyertainya. Sedangkan ilmu metalurgi ekstraksi adalah untuk memisahkan logam berharga dalam konsentrat dari material lain.
Metalurgi fisik
Metalurgi fisik adalah pengetahuan-pengetahuan mengenai fisika dari logam-logam dan paduan-paduan umpamanya tentang sifat-sifat mekanik, sifat-sifat teknologi serta pengubahan-pengubahan sifat-sifat tersebut yang umumnya menyangkut segi-segi pengembangan atau development, pada penggunaan dan pengolahan atau teknologi logam-logam dan paduan-paduan.
Media
Api
Metalurgi diawali dari penemuan dan pemanfaatan logam dengan menggunakan api. Peleburan, pemadatan dan pencetakan bijihlogam menghasilkan logam yang sesuai dengan bentuk alat cetaknya dan sangat kuat. Penemuan awal ini kemudian berkembang secara lebih khusus. Berbagai jenis logam berhasi dimanfaatkan, seperti emas (6000 SM), tembaga (4200 SM), perak (4000 SM), timbal (3500 SM), timah (1750 SM), besi (1500 SM) dan raksa (750 SM). Penemuan-penemuan dan pemanfaatan logam kemudian berkembang menjadi ilmu metalurgi yang banyak membahas mengenai sifat-sifat logam dan teknik-teknik percobaannya.
Fluks
Di dalam metalurgi, fluks digunakan sebagai bahan pembersih yang mencegah oksida terbentuk di permukaan logam cair. Selain itu, fluks juga digunakan sebagai pengangkat kotoran dari dalam logam cair pada terak. Kotoran ini harus dibersihkan karena dapat menggores terak. Pada proses peleburan, fluks juga dapat menambah panas yang mempercepat pengangkatan kotoran.
Penentuan sifat kimia fisika
Proses metalurgi umumnya menghasilkan rekasi kimia yang sangat sulit untuk mencapai kesetimbangan di dalam percobaan laboratorium. Kondisi ini sangat sering terjadi pada proses pembuatan logam ferro. Data-data tentang sifat-sifat khas dari reaksinya sangat sulit disediakan secara langsung. Cara menentukan sifat kimia dari bahan logam ferro adalah menentukan secara tidak langsung dengan menggunakan hukum termodinamika. Dalam hal ini, dicari kriteria dasar dari reaksi kesetimbangan dan berbagai macam proses fisika.
Sumber Artikel : Wikipedia