Logistik Cerdas
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025
Pendahuluan
Pengiriman last-mile dalam lingkungan perkotaan menjadi tantangan utama seiring meningkatnya permintaan layanan cepat dan ramah lingkungan. Studi yang dilakukan oleh Martina Kylebäck Wennerlöf & Hannah Renhed dari Lund University berjudul "The Future of Urban Last Mile Deliveries – Not a Piece of Cake" mengkaji aspek inovasi, permintaan pelanggan, dan keberlanjutan dalam pengiriman bahan roti ke bisnis di Stockholm, Swedia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana perusahaan dapat meningkatkan sistem distribusi mereka guna memenuhi ekspektasi pelanggan sekaligus meminimalkan dampak lingkungan dan biaya operasional.
Latar Belakang dan Metodologi
Seiring meningkatnya urbanisasi dan regulasi ketat terkait emisi karbon, perusahaan menghadapi tantangan untuk mengadaptasi sistem distribusi mereka. Penelitian ini berfokus pada pengiriman B2B (Business-to-Business), berbeda dari kebanyakan studi sebelumnya yang lebih banyak menyoroti pengiriman ke konsumen langsung (B2C).
Penulis menggunakan studi kasus tunggal dengan pendekatan berbasis wawancara, survei, dan observasi terhadap pelanggan dan penyedia jasa logistik di Stockholm. Mereka juga melakukan analisis kesenjangan antara ekspektasi pelanggan dan sistem distribusi saat ini.
Temuan Utama
1. Ekspektasi Pelanggan dalam Pengiriman Last-Mile
Melalui survei terhadap 100 pelanggan dan wawancara mendalam, ditemukan bahwa pelanggan bisnis menginginkan:
Studi Kasus:
Dalam 5-10 tahun ke depan, permintaan akan pengiriman berkelanjutan di Stockholm diperkirakan meningkat signifikan, tetapi hanya 20% pelanggan bersedia membayar lebih untuk opsi ramah lingkungan.
2. Tantangan dan Peluang dalam Implementasi Pengiriman Berkelanjutan
Studi ini menyoroti beberapa tantangan utama dalam implementasi pengiriman ramah lingkungan, yaitu:
Namun, peluang besar juga terbuka dengan adanya:
Studi Kasus:
3. Outsourcing vs. Pengelolaan Internal dalam Pengiriman Last-Mile
Salah satu keputusan strategis yang diteliti dalam studi ini adalah apakah perusahaan sebaiknya mengelola pengiriman sendiri atau mengalihdayakan (outsourcing) ke penyedia logistik pihak ketiga (3PL).
Keuntungan outsourcing ke 3PL:
Kekurangan outsourcing:
Studi ini merekomendasikan outsourcing sebagai solusi terbaik, terutama bagi perusahaan menengah yang ingin meningkatkan efisiensi pengiriman tanpa mengalokasikan sumber daya besar untuk pengelolaan internal.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Studi ini memberikan wawasan bahwa pengiriman last-mile yang optimal memerlukan keseimbangan antara efisiensi, keberlanjutan, dan fleksibilitas.
Rekomendasi utama:
Dengan implementasi strategi-strategi ini, perusahaan dapat tidak hanya mengurangi biaya dan emisi karbon, tetapi juga meningkatkan kepuasan pelanggan dan daya saing di pasar urban last-mile delivery.
Sumber : Martina Kylebäck Wennerlöf & Hannah Renhed (2023). The Future of Urban Last Mile Deliveries – Not a Piece of Cake. Lund University, Department of Mechanical Engineering Sciences.
Logistik Cerdas
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025
Pendahuluan
Artikel "Smart Method for Self-Organization in Last-Mile Parcel Delivery" oleh J.H.R. van Duin dkk. yang diterbitkan di Transportation Research Record (2020) membahas metode baru untuk mengalokasikan paket ke kendaraan pengiriman dan menyusun rute kendaraan secara real-time melalui sistem lelang. Metode ini bertujuan meningkatkan efisiensi, ketahanan, dan fleksibilitas operasi pengiriman last-mile.
Latar Belakang
Pertumbuhan pesat e-commerce telah meningkatkan permintaan layanan pengiriman paket. Namun, operator pengiriman menghadapi tekanan untuk memenuhi permintaan ini sambil menjaga kelayakan huni kota dan meminimalkan dampak lingkungan. Pengiriman last-mile menjadi tantangan utama karena merupakan bagian yang paling tidak efisien, mahal, dan tidak ramah lingkungan dari proses pengiriman.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
Metodologi
Penelitian ini menggunakan:
Hasil Utama
Analisis Mendalam
Konsep Self-Organizing Logistics
Metode ini menerapkan konsep self-organizing logistics, di mana:
Sistem Lelang Real-Time
Fitur utama metode ini adalah sistem lelang real-time:
Pengiriman Kolaboratif dan Intermodal
Metode ini mendukung:
Implikasi Praktis
Keterbatasan dan Penelitian Masa Depan
Kesimpulan
Metode self-organizing untuk pengiriman paket last-mile yang diusulkan dalam penelitian ini menunjukkan potensi besar untuk meningkatkan efisiensi, ketahanan, dan fleksibilitas operasi pengiriman. Pendekatan inovatif ini dapat menjadi solusi untuk menghadapi tantangan pertumbuhan e-commerce dan tuntutan keberlanjutan dalam industri logistik.
Sumber Asli Artikel: Van Duin, J.H.R., Vlot, T.S., Tavasszy, L.A., Duinkerken, M.B., & van Dijk, B. (2020). Smart Method for Self-Organization in Last-Mile Parcel Delivery. Transportation Research Record, 1-11. DOI: 10.1177/0361198120976062
Keamanan Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 24 Juni 2025
Air adalah fondasi kehidupan, kesehatan, dan kemakmuran ekonomi. Namun, krisis air dan sanitasi kini menjadi ancaman nyata bagi pertumbuhan ekonomi global, kesehatan masyarakat, dan stabilitas sosial. Paper “Water Finance: The Imperative for Water Security and Economic Growth” (Ajami et al., 2018) menegaskan bahwa krisis air bukan hanya masalah teknis atau lingkungan, melainkan juga krisis investasi dan tata kelola. Laporan ini membedah kebutuhan investasi air, tantangan pendanaan, solusi inovatif, serta strategi lintas sektor dan negara untuk memastikan keamanan air dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Skala Tantangan: Kesenjangan Investasi dan Dampak Ekonomi
Besarnya Kebutuhan Investasi
Dampak Ekonomi dari Kegagalan Investasi
Tantangan Utama Pendanaan Air
1. Fragmentasi Tata Kelola dan Kebijakan
2. Model Bisnis dan Tarif Air yang Tidak Berkelanjutan
3. Penurunan Dana Publik dan Ketergantungan pada Sumber Alternatif
4. Hambatan Struktural dan Budaya terhadap Investasi Swasta
5. Kurangnya Data, Transparansi, dan Kapasitas
Studi Kasus dan Inovasi Pembiayaan
A. Public-Private Partnerships (PPP) dan Model Baru
B. Environmental Impact Bond dan Inovasi Keuangan
C. Blended Finance dan Mekanisme Inovatif
Pendanaan Air di Negara Berkembang: Tantangan dan Solusi
Model 3T: Taxes, Tariffs, Transfers
Kesenjangan Kredit dan Absorpsi Dana
Reformasi Tata Kelola dan Kebijakan
Peran Lembaga Internasional, Swasta, dan Filantropi
Lembaga Keuangan Internasional (IFIs)
Sektor Swasta dan Filantropi
Analisis Kritis: Mengapa Investasi Air Sulit Tercapai?
Risiko, Bankabilitas, dan Lingkungan Pendukung
Inovasi dan Kombinasi Instrumen Keuangan
Opini, Kritik, dan Perbandingan dengan Studi Lain
Nilai Tambah Laporan
Kritik dan Keterbatasan
Perbandingan dengan Penelitian Lain
Relevansi dengan Tren Industri dan Masa Depan
Tren Industri
Peluang dan Tantangan
Kesimpulan dan Rekomendasi
Krisis air adalah krisis investasi dan tata kelola. Tanpa lonjakan investasi dan reformasi kebijakan, dunia akan gagal mencapai keamanan air dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Inovasi keuangan seperti blended finance, impact bonds, dan PPP, didukung tata kelola yang kuat, adalah kunci untuk menutup gap investasi air global.
Rekomendasi utama:
Dengan strategi ini, air dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi, kesehatan, dan keberlanjutan planet di masa depan.
Sumber Artikel Asli
Newsha Ajami, Hank Habicht, Brent Fewell, Tim Lattimer, Thomas Ng. “Water Finance: The Imperative for Water Security and Economic Growth.” Water in the West, Stanford University, July 1, 2018.
Logistik Cerdas
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 24 Juni 2025
Pendahuluan
Tesis master berjudul "E-commerce Last Mile Delivery (Solutions for not at home problem)" oleh Jinto Lal Das dan Victor Dogbeda Fianu dari Linnaeus University (2018) membahas tentang solusi untuk mengatasi masalah 'tidak di rumah' dalam pengiriman last mile (last mile delivery) di Swedia. Tesis ini bertujuan untuk mengevaluasi berbagai solusi yang digunakan untuk mengatasi masalah 'tidak di rumah' dalam pengiriman last mile di era e-commerce serta mengetahui preferensi pelanggan terhadap solusi-solusi tersebut.
Latar Belakang dan Motivasi
Pertumbuhan e-commerce di Swedia telah berkontribusi pada perekonomian dan membentuk gaya hidup masyarakat, terutama dengan adanya layanan pengiriman ke rumah (home delivery). Namun, masalah 'tidak di rumah' dan pengiriman berulang telah menyebabkan masalah bagi konsumen dan penyedia layanan logistik, yang menyebabkan peningkatan biaya pengiriman. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama dan inovasi untuk menghasilkan solusi yang nyaman bagi pelanggan dan penyedia 3PL (third-party logistics).
Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari tesis ini adalah:
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui diskusi kelompok terfokus (focus group discussion) dan sembilan wawancara yang berfokus pada pelanggan profesional dan non-profesional di Swedia.
Kerangka Teoretis
Tesis ini membahas beberapa konsep kunci, termasuk:
Hasil dan Diskusi
Temuan Utama
Detail Temuan
Studi Kasus dan Angka
Kesimpulan
Tesis ini menyimpulkan bahwa masalah 'tidak di rumah' dalam pengiriman last mile dapat diatasi dengan beberapa solusi, di mana collection points, loker otomatis, dan lokasi aman di gedung tempat tinggal merupakan solusi yang menjanjikan.
Implikasi Manajerial
Artikel ini menawarkan implikasi manajerial berikut:
Penelitian Masa Depan
Penelitian masa depan dapat fokus pada:
Sumber : Das, J. L., & Fianu, V. D. (2018). E-commerce Last Mile Delivery (Solutions for not at home problem). Master Thesis, Linnaeus University.
Keamanan Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 24 Juni 2025
Air adalah fondasi tak tergantikan bagi kesehatan, ekonomi, dan keberlanjutan lingkungan. Namun, kawasan Amerika Latin dan Karibia (LAC) menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan air, mulai dari distribusi yang tidak merata, krisis sanitasi, polusi, hingga ancaman perubahan iklim. Paper “2023–2026 Water Security Strategy” yang disusun oleh CAF (Banco de Desarrollo de América Latina y el Caribe) menjadi dokumen strategis yang membedah tantangan, peluang, dan inovasi dalam pengelolaan air di kawasan ini, sekaligus menegaskan komitmen CAF sebagai “Green Bank” dan mitra utama pembangunan berkelanjutan di LAC1.
Konteks Global dan Regional: Air sebagai Penghubung Agenda Dunia
Air dan Agenda Global
Strategi CAF menempatkan air sebagai penghubung utama berbagai agenda global: Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), Perjanjian Paris tentang perubahan iklim, hingga Sendai Framework untuk pengurangan risiko bencana. Air tidak hanya terkait dengan SDG 6 (air bersih dan sanitasi), tetapi juga mendukung SDG tentang kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, pertumbuhan ekonomi, penanggulangan kemiskinan, dan aksi iklim. Dengan demikian, pengelolaan air yang efektif menjadi prasyarat mutlak untuk mencapai pembangunan inklusif dan resilien1.
Tantangan Khusus di LAC
Meski LAC memiliki hampir 30% cadangan air tawar dunia, distribusinya sangat timpang. Beberapa negara seperti Guyana dan Suriname memiliki lebih dari 100.000 m³ air per kapita per tahun, sementara lebih dari sepuluh negara lain—termasuk Haiti dan Saint Lucia—mengalami stres air kronis dengan ketersediaan kurang dari 3.000 m³ per kapita per tahun. Ketimpangan ini diperparah oleh urbanisasi pesat, pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, dan lemahnya tata kelola sektor air1.
Tantangan Utama: Data, Studi Kasus, dan Fakta Lapangan
1. Fragmentasi Tata Kelola dan Lambatnya IWRM
Integrated Water Resources Management (IWRM) adalah kunci efisiensi dan ketahanan air. Namun, kemajuan IWRM di LAC sangat lambat akibat fragmentasi kelembagaan, lemahnya koordinasi lintas sektor dan level pemerintahan, serta minimnya kapasitas teknis dan pendanaan. Hanya sedikit negara yang memiliki organisasi pengelola DAS yang efektif, sementara banyak wilayah masih mengandalkan institusi yang tumpang-tindih dan tidak terkoordinasi1.
2. Meningkatnya Permintaan dan Penurunan Ketersediaan
Permintaan air di LAC meningkat pesat, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi. Sektor pertanian menyerap 69% air, konsumsi domestik 21%, dan industri 10%. Namun, penurunan permukaan air tawar, hilangnya 183.000 km² salju dan gletser, serta polusi memperburuk krisis. Pada 2019, 150 juta orang di wilayah ini hidup di bawah tekanan air ekstrem (23% populasi LAC)1.
3. Ancaman Kekeringan dan Banjir
Frekuensi kekeringan di LAC naik 28% antara 1980–1999 dan 2000–2019, memengaruhi 1,43 miliar orang. Contoh nyata: kekeringan di São Paulo (2014) menyebabkan 71% warga mengalami pemutusan air; di La Paz (2016), 340.000 orang terdampak selama 15 hari. Sementara itu, banjir meningkat 85% dalam periode yang sama, dari rata-rata 14,9 kejadian/tahun menjadi 27,6 kejadian/tahun, menimbulkan kerugian ekonomi gabungan kekeringan dan banjir sebesar USD 63 miliar dalam 20 tahun terakhir1.
4. Ketimpangan Akses Air dan Sanitasi
LAC adalah kawasan paling urban di dunia berkembang (81% populasi tinggal di kota), namun 106 juta penduduk kota tidak memiliki akses air aman. Di pedesaan, 47% penduduk tidak memiliki akses air layak, dan hanya 10% rumah tangga memiliki sanitasi aman. Kesenjangan ini memperburuk kemiskinan, ketimpangan gender, dan peluang pendidikan, terutama bagi perempuan dan anak-anak1.
5. Krisis Polusi dan Limbah
Hanya 36% limbah domestik di LAC yang diolah, dengan cakupan 42% di perkotaan dan 10% di pedesaan. Sebagian besar limbah cair dan padat dibuang sembarangan, mencemari sungai, danau, dan laut. Industri daur ulang masih didominasi sektor informal, dengan tingkat daur ulang rata-rata hanya 4%. Sementara itu, 145.000 ton limbah padat per hari dibuang di tempat terbuka tanpa perlindungan lingkungan atau kesehatan1.
6. Potensi dan Tantangan Irigasi Pertanian
LAC memiliki potensi 96 juta hektare lahan irigasi, namun baru 28 juta hektare yang terkelola. Irigasi penting untuk ketahanan pangan, produktivitas, dan adaptasi perubahan iklim. Namun, investasi, teknologi, dan pelatihan petani kecil masih sangat terbatas. Di Bolivia, misalnya, hanya 11% dari 3,3 juta hektare lahan pertanian yang memiliki irigasi, sebagian besar dengan infrastruktur sederhana dan rentan terhadap kekeringan1.
Studi Kasus: Inovasi dan Implementasi di Lapangan
A. Kota Santo André, Brasil: Penanggulangan Banjir dan Pengelolaan Sampah
Santo André, bagian dari kawasan industri São Paulo, kerap dilanda banjir akibat urbanisasi dan permukaan kedap air. Program SANEAR Santo André yang didanai CAF sejak 2019 berhasil mengurangi risiko banjir melalui pembangunan kolam retensi (215.000 m³), kanal sepanjang 1,7 km, dan sistem pemantauan dini. Selain mengatasi banjir, proyek ini meningkatkan mobilitas, mempercepat waktu tempuh hingga 50%, dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal berkat peningkatan aktivitas komersial dan rekreasi di ruang publik yang lebih aman dan nyaman1.
B. Sobral, Brasil: Solusi Berbasis Alam untuk Drainase
Di Sobral, instalasi taman filtrasi di anak sungai Acaraú menjadi contoh solusi berbasis alam (nature-based solutions/NbS) yang berhasil menurunkan polusi air, meningkatkan kualitas ruang publik, dan memperkaya keanekaragaman hayati. Taman ini menggunakan tanaman air, batu, dan pasir untuk menyaring limbah tanpa bahan kimia. Proyek ini juga meningkatkan rekreasi dan kesehatan masyarakat, serta menjadi habitat baru bagi satwa liar1.
C. Pengelolaan Lumpur di Panama City
Program Sanitasi Panama yang didukung CAF (investasi USD 700 juta) mencakup pembangunan WWTP Juan Diaz berkapasitas 5,5 m³/detik untuk 700.000 penduduk. Teknologi thermal hydrolysis yang digunakan mampu mengurangi volume lumpur, meningkatkan produksi biogas, dan menghasilkan pupuk steril. Model ekonomi sirkular ini menghemat energi 3–5 kali lipat, mengurangi polusi, dan membuka peluang penggunaan limbah sebagai sumber energi dan pupuk1.
D. Irigasi Keluarga Berbasis Teknologi di Bolivia
Program MI RIEGO I dan II di Bolivia memperluas akses irigasi keluarga, meningkatkan pendapatan petani kecil, dan memperkuat ketahanan pangan. Dengan dukungan CAF, efisiensi irigasi meningkat, konflik air berkurang, dan kapasitas kelembagaan petani diperkuat. Program ini juga menonjolkan pelatihan gender dan perlindungan mikro-DAS, serta mendorong pertukaran pengetahuan lintas negara1.
Strategi CAF 2023–2026: Pilar, Target, dan Inovasi
Empat Pilar Strategis
Target dan Komitmen Finansial
Pendekatan Holistik dan Inklusif
CAF menekankan pendekatan DAS (watershed-based), integrasi lintas sektor (kesehatan, pendidikan, gender, ekonomi kreatif), serta pelibatan masyarakat lokal dan kelompok rentan (perempuan, masyarakat adat, Afro-descendant). Strategi ini juga mendorong tata kelola multi-level, digitalisasi, dan inovasi pendanaan (PPP, blended finance, climate funds)1.
Kritik, Opini, dan Perbandingan
Nilai Tambah dan Inovasi
Kritik dan Tantangan
Perbandingan dengan Studi Lain
Relevansi Industri dan Masa Depan
Tren dan Peluang
Kesimpulan dan Rekomendasi
Strategi Keamanan Air CAF 2023–2026 adalah peta jalan ambisius dan komprehensif untuk menjawab tantangan air di Amerika Latin dan Karibia. Dengan pilar IWRM, akses air dan sanitasi, pengurangan polusi, dan pengembangan irigasi, CAF menempatkan air sebagai penggerak utama pembangunan berkelanjutan, ketahanan pangan, dan adaptasi iklim. Implementasi strategi ini membutuhkan komitmen politik, inovasi pembiayaan, penguatan kelembagaan, dan pelibatan masyarakat secara inklusif.
Rekomendasi utama:
Dengan strategi ini, LAC berpeluang menjadi pionir pengelolaan air yang adil, inklusif, dan berkelanjutan di era perubahan iklim.
Sumber Artikel Asli
Franz Rojas Ortuste, Carlos Orellana, Agustín Alonso, dkk. “2023–2026 Water Security Strategy.” CAF – Banco de Desarrollo de América Latina y el Caribe, 2023.
Krisis Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 24 Juni 2025
Air tawar adalah sumber daya abiotik yang tak tergantikan bagi kehidupan manusia, ekosistem, dan proses produksi pangan. Namun, dengan pertumbuhan penduduk, urbanisasi, perubahan pola konsumsi, dan ekspansi pertanian irigasi, tekanan terhadap ketersediaan air tawar meningkat drastis. Paper “Water Scarcity in Agriculture: The Greatest Threat to Global Food Security” karya Tom Tabler dan Joseph Chibanga (2024) membedah secara komprehensif keterkaitan antara kelangkaan air, produksi pangan, dan ancaman terhadap ketahanan pangan dunia. Artikel ini sangat relevan di tengah krisis iklim, inflasi pangan, dan meningkatnya persaingan antar sektor ekonomi dalam memperebutkan air.
Skala Krisis Air Global: Data dan Tren Utama
Pertumbuhan Permintaan dan Penurunan Ketersediaan
Angka-angka Kunci Krisis Air
Studi Kasus: Dampak Krisis Air di Berbagai Wilayah
Amerika Serikat
Deplesi Akuifer
Sub-Sahara Afrika
Dampak Krisis Air terhadap Ketahanan Pangan
Ketergantungan Produksi Pangan pada Air
Data Ketahanan Pangan Global
Dampak pada Produksi dan Konsumsi
Jejak Air dalam Produksi Pangan: Studi Kasus Komoditas
Water Footprint Berbagai Produk
Poultry (ayam) memiliki jejak air terendah di antara daging merah, menjadikannya sumber protein hewani yang relatif efisien dalam penggunaan air.
Poultry Industry: Efisiensi dan Tantangan
Inovasi Penghematan Air di Industri Unggas
Dampak Perubahan Iklim terhadap Produksi Pangan
Simulasi Produksi Tanaman di AS (2040–2080)
Dampak pada Peternakan
Food Waste dan Jejak Air
Skala dan Penyebab Food Waste
Dampak Food Waste terhadap Krisis Air
Persaingan Antar Sektor dan Solusi Tata Kelola
Kompetisi Air: Pertanian vs. Sektor Lain
Water Markets dan Efisiensi
Pentingnya Tata Kelola dan Inovasi
Opini, Kritik, dan Perbandingan dengan Studi Lain
Nilai Tambah Artikel
Kritik dan Keterbatasan
Perbandingan dengan Penelitian Lain
Relevansi Industri dan Tren Masa Depan
Tren Industri
Peluang dan Tantangan
Kesimpulan dan Rekomendasi
Air tawar adalah fondasi ketahanan pangan global. Krisis air yang semakin parah akibat pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, dan tata kelola yang lemah mengancam produksi pangan dunia, terutama di sektor pertanian yang paling boros air. Industri unggas, dengan efisiensi penggunaan airnya, dapat menjadi bagian solusi, namun hanya jika didukung inovasi, investasi, dan tata kelola yang adil.
Rekomendasi utama:
Tanpa aksi nyata, krisis air akan menjadi penghambat utama tercapainya ketahanan pangan global di masa depan.
Sumber Artikel
Tom Tabler, Joseph Chibanga. “Water Scarcity in Agriculture: The Greatest Threat to Global Food Security.” University of Tennessee, W 1252, 2024.