Pembiayaan Air: Keharusan bagi Keamanan Air dan Pertumbuhan Ekonomi

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah

24 Juni 2025, 14.21

pixabay.com

Air adalah fondasi kehidupan, kesehatan, dan kemakmuran ekonomi. Namun, krisis air dan sanitasi kini menjadi ancaman nyata bagi pertumbuhan ekonomi global, kesehatan masyarakat, dan stabilitas sosial. Paper “Water Finance: The Imperative for Water Security and Economic Growth” (Ajami et al., 2018) menegaskan bahwa krisis air bukan hanya masalah teknis atau lingkungan, melainkan juga krisis investasi dan tata kelola. Laporan ini membedah kebutuhan investasi air, tantangan pendanaan, solusi inovatif, serta strategi lintas sektor dan negara untuk memastikan keamanan air dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Skala Tantangan: Kesenjangan Investasi dan Dampak Ekonomi

Besarnya Kebutuhan Investasi

  • Untuk memenuhi target SDGs air dan sanitasi, dunia membutuhkan investasi sekitar $1,7 triliun hingga 2030—tiga kali lipat dari level investasi saat ini.
  • Secara keseluruhan, kebutuhan investasi infrastruktur air global diperkirakan mencapai $6,7 triliun pada 2030 dan $22,6 triliun pada 2050.
  • Di Amerika Serikat, kebutuhan investasi air dan sanitasi mencapai $123 miliar per tahun, sementara investasi saat ini hanya sekitar $41 miliar, menciptakan gap $82 miliar per tahun.

Dampak Ekonomi dari Kegagalan Investasi

  • Jika gap investasi tidak ditutup, AS berisiko kehilangan hampir 500.000 pekerjaan pada 2025, dan hingga 956.000 pekerjaan pada 2040.
  • Kerugian PDB AS akibat defisit infrastruktur air diperkirakan mencapai $508 miliar pada 2025 dan $3,2 triliun secara kumulatif hingga 2040.
  • Setiap $1 miliar investasi air di AS menciptakan 28.500 pekerjaan dan menambah $6,35 pada ekonomi nasional untuk setiap dolar yang diinvestasikan.

Tantangan Utama Pendanaan Air

1. Fragmentasi Tata Kelola dan Kebijakan

  • Di AS, lebih dari 40 komite kongres dan 30 lembaga federal menangani kebijakan air, menciptakan tumpang tindih, inefisiensi, dan kebingungan prioritas.
  • Di banyak negara berkembang, lemahnya tata kelola dan kapasitas institusi menyebabkan rendahnya penyerapan dana, inefisiensi, dan kegagalan proyek.

2. Model Bisnis dan Tarif Air yang Tidak Berkelanjutan

  • 98% proyek air di AS dibiayai dari tarif lokal, namun hanya sepertiga utilitas yang memiliki struktur tarif memadai untuk menutup biaya penuh.
  • Sensitivitas politik terhadap harga air membuat banyak pemerintah melarang penyesuaian tarif berbasis kemampuan bayar, sehingga utilitas kesulitan menutup biaya operasional dan investasi.

3. Penurunan Dana Publik dan Ketergantungan pada Sumber Alternatif

  • Sejak 1977, porsi dana federal untuk infrastruktur air di AS turun dari 63% menjadi hanya 9%.
  • Banyak negara berkembang sangat bergantung pada dana eksternal (ODA, pinjaman multilateral), yang seringkali tidak stabil dan sulit diprediksi.

4. Hambatan Struktural dan Budaya terhadap Investasi Swasta

  • Infrastruktur air memerlukan investasi awal besar dan periode pengembalian lama, membuat investor swasta enggan masuk.
  • Hanya 12% pembiayaan air di AS berasal dari sektor swasta, dan secara global air hanya menarik 4% dari total komitmen infrastruktur swasta.
  • Sikap publik yang memandang air sebagai hak publik sering menimbulkan resistensi terhadap privatisasi atau kemitraan swasta.

5. Kurangnya Data, Transparansi, dan Kapasitas

  • Minimnya data keuangan dan operasional membuat investor sulit menilai risiko dan peluang proyek air.
  • Banyak utilitas kecil (setengah dari 53.000 sistem air di AS melayani <500 orang) kekurangan kapasitas teknis dan manajerial, sehingga sering gagal memenuhi standar kesehatan dan efisiensi.

Studi Kasus dan Inovasi Pembiayaan

A. Public-Private Partnerships (PPP) dan Model Baru

  • PPP masih terbatas di sektor air AS, namun mulai berkembang melalui model seperti Community-Based Public-Private Partnerships (CBP3) yang menekankan kontrak jangka panjang berbasis kepercayaan dan manfaat komunitas.
  • Contoh nyata: Kota Bayonne, New Jersey, menandatangani kontrak 40 tahun dengan Suez/United Water dan KKR, menerima upfront fee $150 juta dan komitmen investasi tahunan untuk operasional dan modal.
  • Clean Water Partnership di Prince George’s County, Maryland, melibatkan mitra swasta sebagai manajer program $100 juta untuk retrofit stormwater, menciptakan lapangan kerja, inovasi teknologi hijau, dan model pembayaran berbasis kinerja.

B. Environmental Impact Bond dan Inovasi Keuangan

  • DC Water menggandeng Goldman Sachs dan Calvert Foundation untuk menerbitkan Environmental Impact Bond guna membiayai infrastruktur hijau di Washington DC. Investor dibayar berdasarkan kinerja infrastruktur dalam mengendalikan limpasan air hujan.
  • Forest Resilience Bond oleh Blue Forest Conservation mengumpulkan dana swasta untuk restorasi hutan, dengan pembayaran kembali berdasarkan kontrak pay-for-performance dari penerima manfaat proyek.

C. Blended Finance dan Mekanisme Inovatif

  • Blended finance menggabungkan dana publik, swasta, dan filantropi untuk menurunkan risiko proyek dan menarik lebih banyak investasi.
  • Contoh internasional: Kenya Water Financing Facility, SDG Indonesia One, dan water funds di Amerika Latin yang menggabungkan dana kota, bisnis, dan donor untuk perlindungan hulu sungai.

Pendanaan Air di Negara Berkembang: Tantangan dan Solusi

Model 3T: Taxes, Tariffs, Transfers

  • Negara berkembang mengandalkan kombinasi pajak (taxes), tarif pengguna (tariffs), dan transfer (dana donor/grant) untuk membiayai air dan sanitasi.
  • Banyak negara masih kekurangan dana domestik dan bergantung pada ODA, yang seringkali tidak cukup dan tidak stabil.

Kesenjangan Kredit dan Absorpsi Dana

  • Hanya 54–60% dana domestik dan 38–48% dana asing yang benar-benar terserap dalam proyek air, akibat lemahnya kapasitas, kredit, dan tata kelola.
  • Kurangnya data keuangan dan rencana investasi jangka panjang menghambat masuknya investor institusional seperti dana pensiun dan asuransi.

Reformasi Tata Kelola dan Kebijakan

  • Negara berkembang perlu menciptakan kerangka kebijakan yang stabil dan prediktabel, memperkuat rule of law, dan memperjelas peran serta insentif bagi sektor swasta.
  • Penetapan tarif air yang adil dan transparan, dengan subsidi tepat sasaran untuk kelompok miskin, sangat penting untuk keberlanjutan finansial.

Peran Lembaga Internasional, Swasta, dan Filantropi

Lembaga Keuangan Internasional (IFIs)

  • Bank Dunia, ADB, IADB, dan lembaga multilateral lain menyumbang miliaran dolar setiap tahun untuk sektor air, baik melalui pinjaman, hibah, maupun jaminan kredit.
  • IFIs juga memainkan peran kunci dalam mendorong inovasi, harmonisasi donor, dan mobilisasi investasi swasta melalui blended finance.

Sektor Swasta dan Filantropi

  • Enam utilitas swasta terbesar di AS menginvestasikan $2,7 miliar per tahun, setara dengan dana publik dari EPA.
  • Filantropi seperti Bill & Melinda Gates Foundation, Conrad N. Hilton Foundation, dan Coca-Cola Foundation menyumbang ratusan juta dolar untuk proyek air dan sanitasi global.
  • Meski kontribusi filantropi relatif kecil secara global, peran mereka penting dalam mendukung inovasi dan proyek percontohan.

Analisis Kritis: Mengapa Investasi Air Sulit Tercapai?

Risiko, Bankabilitas, dan Lingkungan Pendukung

  • Proyek air memiliki risiko tinggi di fase pengembangan (feasibility, studi kelayakan), sehingga butuh de-risking agar menarik bagi investor1.
  • Hanya setelah risiko berkurang (misal, melalui jaminan pemerintah, blended finance, atau viability gap funding), proyek menjadi “bankable” dan menarik bagi investor institusional.
  • Faktor lingkungan pendukung seperti stabilitas ekonomi, kapasitas fiskal, iklim politik, dan kapasitas institusi sangat menentukan keberhasilan investasi1.

Inovasi dan Kombinasi Instrumen Keuangan

  • Berbagai instrumen keuangan—hibah, pinjaman, obligasi hijau, impact bonds, kredit perdagangan, reverse auction, dan on-bill financing—dapat dikombinasikan untuk memenuhi kebutuhan dan profil risiko proyek air di berbagai fase siklus hidup proyek21.
  • Blended finance dan impact investing menjadi tren utama untuk mengatasi gap investasi, terutama di negara berkembang dan sektor dengan risiko tinggi32.

Opini, Kritik, dan Perbandingan dengan Studi Lain

Nilai Tambah Laporan

  • Laporan ini unggul dalam menggabungkan data, analisis kebijakan, dan contoh inovasi pembiayaan air di berbagai negara.
  • Penekanan pada tata kelola dan inovasi keuangan sangat relevan dengan tren global, seperti green bonds, blended finance, dan impact investing32.
  • Studi kasus PPP dan CBP3 di AS serta blended finance di negara berkembang memperkaya wawasan praktis.

Kritik dan Keterbatasan

  • Laporan ini masih berfokus pada konteks AS dan negara maju, dengan pembahasan negara berkembang cenderung normatif.
  • Isu sosial-politik seperti resistensi publik terhadap privatisasi air dan keadilan akses belum dibahas mendalam.
  • Peran teknologi digital (IoT, big data) dalam efisiensi dan transparansi pembiayaan air masih minim diulas, padahal potensial untuk revolusi sektor ini.

Perbandingan dengan Penelitian Lain

  • Sejalan dengan riset IWMI, WaterAid, dan OECD, laporan ini menegaskan bahwa inovasi keuangan, tata kelola adaptif, dan kolaborasi lintas sektor sangat krusial untuk menutup gap investasi air321.
  • Namun, laporan ini lebih menekankan peran tata kelola dan desain kebijakan sebagai kunci utama, bukan hanya inovasi keuangan.

Relevansi dengan Tren Industri dan Masa Depan

Tren Industri

  • Green Bonds dan Impact Investing: Obligasi hijau dan investasi berdampak sosial-lingkungan semakin populer untuk membiayai proyek air berkelanjutan.
  • Blended Finance: Kombinasi dana publik-swasta-filantropi menjadi model utama untuk menurunkan risiko dan menarik investor.
  • Digitalisasi dan Data: Teknologi digital akan mempercepat transparansi, efisiensi, dan monitoring proyek air.

Peluang dan Tantangan

  • Peluang: Inovasi keuangan dan tata kelola membuka peluang investasi besar di sektor air, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi hijau.
  • Tantangan: Kesenjangan kapasitas, resistensi politik, dan fragmentasi kebijakan masih menjadi hambatan utama, terutama di negara berkembang.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Krisis air adalah krisis investasi dan tata kelola. Tanpa lonjakan investasi dan reformasi kebijakan, dunia akan gagal mencapai keamanan air dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Inovasi keuangan seperti blended finance, impact bonds, dan PPP, didukung tata kelola yang kuat, adalah kunci untuk menutup gap investasi air global.

Rekomendasi utama:

  • Pemerintah harus meningkatkan prioritas dan koordinasi kebijakan air lintas sektor.
  • Negara berkembang perlu memperkuat tata kelola, transparansi, dan kerangka insentif untuk menarik investasi.
  • Sektor swasta dan filantropi harus didorong masuk melalui inovasi keuangan dan model PPP yang inklusif.
  • Investasi pada data, teknologi, dan kapasitas SDM sangat krusial untuk meningkatkan efisiensi dan akuntabilitas.
  • Kolaborasi global dan harmonisasi donor harus diperkuat untuk mengoptimalkan dampak investasi air.

Dengan strategi ini, air dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi, kesehatan, dan keberlanjutan planet di masa depan.

Sumber Artikel Asli

Newsha Ajami, Hank Habicht, Brent Fewell, Tim Lattimer, Thomas Ng. “Water Finance: The Imperative for Water Security and Economic Growth.” Water in the West, Stanford University, July 1, 2018.