Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Strategi Pengukuran Kinerja Rantai Pasok dalam Industri Manufaktur: Framework, Tantangan, dan Solusi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025


Supply Chain Performance Measurement (SCPM) adalah pendekatan sistematis untuk mengukur efektivitas dan efisiensi rantai pasok dalam industri manufaktur. Mengingat pentingnya manajemen rantai pasok dalam meningkatkan daya saing perusahaan, pengukuran kinerja yang akurat menjadi elemen kunci dalam mengidentifikasi area perbaikan dan mengoptimalkan proses bisnis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kerangka kerja pengukuran kinerja rantai pasok (SCPM Framework) yang dapat diterapkan dalam industri manufaktur. Studi ini berbasis pada studi kasus tunggal di industri baja, dengan pendekatan kualitatif dan metode hermeneutis untuk menganalisis data operasional perusahaan.

Pentingnya Pengukuran Kinerja dalam Rantai Pasok

1. Mengapa SCPM Dibutuhkan?

  • Mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dalam rantai pasok.
  • Memastikan keandalan pasokan dan efektivitas operasional.
  • Mengoptimalkan penggunaan sumber daya untuk meningkatkan profitabilitas.

2. Elemen Kunci dalam SCPM

Penelitian ini mengusulkan empat elemen utama dalam framework pengukuran kinerja rantai pasok:

  1. Time Metrics – Mengukur kecepatan alur kerja dan lead time produksi.
  2. Profitability Metrics – Mengevaluasi profitabilitas berdasarkan biaya pengadaan dan produksi.
  3. Order Book Analysis – Menganalisis jumlah dan pola pemesanan pelanggan.
  4. Managerial Analysis – Menggunakan data operasional untuk mendukung pengambilan keputusan strategis.

Tantangan dalam Pengukuran Kinerja Rantai Pasok

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa tantangan utama dalam implementasi SCPM:

  1. Kurangnya Transparansi Data
    • Banyak perusahaan masih menggunakan sistem manual atau berbasis dokumen yang sulit diakses secara real-time.
  2. Integrasi Sistem yang Lemah
    • Ketidakselarasan antara sistem informasi pemasok, manufaktur, dan distribusi menyebabkan keterlambatan dalam analisis data.
  3. Ketergantungan pada Pengukuran Finansial
    • Banyak perusahaan hanya berfokus pada biaya operasional tanpa mempertimbangkan efisiensi proses produksi.
  4. Kurangnya Pemanfaatan Teknologi Digital
    • Penggunaan AI, IoT, dan Big Data dalam pengukuran kinerja rantai pasok masih terbatas, sehingga pengambilan keputusan sering kali tidak berbasis data.

Studi Kasus Implementasi SCPM

  1. Industri Baja – Efisiensi Produksi di Rautaruukki Oyj
    • Studi kasus dilakukan pada Rautaruukki Oyj, sebuah perusahaan baja yang memproduksi produk prefabrikasi untuk pelanggan industri.
    • Hasil: Implementasi framework SCPM meningkatkan keandalan pasokan hingga 20%, serta mengurangi lead time produksi sebesar 15%.
  2. Analisis Order Book dan Profitabilitas
    • Produk A: Analisis menunjukkan bahwa penundaan produksi menyebabkan penurunan profitabilitas sebesar 10%.
    • Produk B: Efisiensi dalam rantai pasok meningkatkan kecepatan pemrosesan pesanan hingga 18%, menghasilkan pertumbuhan profitabilitas sebesar 12%.
  3. Optimasi Lead Time dan Manajemen Produksi
    • Lead time rata-rata untuk produk baja berkurang dari 10 hari menjadi 8 hari, meningkatkan efisiensi produksi dan kepuasan pelanggan.
    • Penerapan sistem ERP memungkinkan integrasi data yang lebih baik antara pemasok dan produsen, meningkatkan ketepatan pengiriman hingga 25%.

Strategi untuk Meningkatkan SCPM

Berdasarkan temuan studi ini, beberapa strategi direkomendasikan untuk meningkatkan efektivitas pengukuran kinerja rantai pasok:

Menerapkan sistem digital berbasis AI dan IoT untuk meningkatkan transparansi data dan pengambilan keputusan real-time.
Mengadopsi pendekatan hybrid, seperti kombinasi SCOR Model dan Balanced Scorecard, untuk menyelaraskan metrik operasional dan strategi bisnis.
Memperkuat kolaborasi dengan pemasok strategis guna meningkatkan stabilitas pasokan dan efisiensi rantai pasok.
Mengoptimalkan proses produksi dengan analisis data berbasis waktu dan profitabilitas, sehingga keputusan manajerial lebih akurat.

Kesimpulan

Pengukuran kinerja rantai pasok adalah elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing industri manufaktur. Studi ini menunjukkan bahwa penggunaan framework SCPM yang berbasis data dapat mengurangi lead time, meningkatkan profitabilitas, dan memastikan stabilitas rantai pasok.

Dengan mengintegrasikan teknologi digital, membangun hubungan pemasok yang lebih kuat, serta menggunakan metrik berbasis waktu dan profitabilitas, perusahaan dapat mengoptimalkan rantai pasok mereka untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi dan keunggulan kompetitif.

Sumber Artikel : Sillanpää, Ilkka. (2010). Supply Chain Performance Measurement in the Manufacturing Industry – A Single Case Study Research to Develop a Supply Chain Performance Measurement Framework. University of Oulu.

 

Selengkapnya
Strategi Pengukuran Kinerja Rantai Pasok dalam Industri Manufaktur: Framework, Tantangan, dan Solusi

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Penerapan IMP Theory dalam Manajemen Pengadaan: Strategi Sourcing, Negosiasi, dan Hubungan Pembeli-Pemasok yang Efektif

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025


Pendahuluan

Dalam dunia bisnis modern, hubungan antara pembeli dan pemasok bukan sekadar transaksi, tetapi merupakan aset strategis yang mempengaruhi efisiensi operasional dan daya saing perusahaan. Teori Industrial Marketing and Purchasing (IMP) menjadi pendekatan yang digunakan untuk memahami bagaimana interaksi dalam rantai pasok mempengaruhi keputusan pembelian strategis.

Paper ini membahas bagaimana IMP Theory dapat diterapkan dalam empat keputusan utama dalam pengadaan:

  1. Make-or-buy decisions – Memutuskan apakah suatu produk harus dibuat sendiri atau dibeli dari pemasok.
  2. Sourcing strategies – Menentukan strategi sourcing terbaik berdasarkan nilai strategis komoditas dan kompleksitas pasar.
  3. Supplier selection strategies – Menentukan pemasok terbaik berdasarkan karakteristik bisnis dan teknologi mereka.
  4. Negotiation and contract awarding – Strategi negosiasi dan pemilihan kontrak yang efektif dalam manajemen rantai pasok.

Pentingnya IMP Theory dalam Pengadaan dan Rantai Pasok

1. Peran Hubungan Pembeli-Pemasok dalam Efisiensi Bisnis

  • Hubungan yang kuat antara pembeli dan pemasok meningkatkan transparansi dan efisiensi pengadaan.
  • Interaksi bisnis yang intensif mempercepat inovasi dan transfer teknologi antar mitra bisnis.
  • Pengelolaan hubungan yang tepat dapat mengurangi ketidakpastian dan risiko dalam rantai pasok.

2. Model IMP dalam Manajemen Pengadaan

Penelitian ini mengacu pada dua model utama dalam IMP Theory yang mendukung pengambilan keputusan dalam pengadaan:

  1. Interaction Model
    • Fokus pada proses interaksi antara pembeli dan pemasok.
    • Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi hubungan bisnis, seperti kepercayaan, transparansi, dan tingkat ketergantungan.
  2. ARA Model (Actor-Resource-Activity Model)
    • Actor bonds: Mengelola hubungan antara perusahaan dengan pemasok dan pelanggan.
    • Resource ties: Optimalisasi sumber daya dalam rantai pasok.
    • Activity links: Sinkronisasi aktivitas antar pemangku kepentingan untuk meningkatkan efisiensi.

Tantangan dalam Menerapkan IMP Theory dalam Pengadaan

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa tantangan dalam penerapan IMP Theory dalam pengadaan, yaitu:

  1. Kurangnya Kepercayaan dalam Hubungan Bisnis
    • Banyak perusahaan masih menerapkan hubungan transaksional jangka pendek, yang menghambat pengembangan hubungan jangka panjang yang lebih menguntungkan.
  2. Ketidakpastian dalam Pengadaan
    • Perubahan harga bahan baku dan fluktuasi permintaan membuat perusahaan kesulitan menerapkan strategi sourcing yang optimal.
  3. Dominasi Pemasok yang Kuat
    • Dalam beberapa industri, pemasok dengan teknologi canggih memiliki kekuatan lebih besar, sehingga pembeli harus menyesuaikan strategi negosiasi mereka.
  4. Kurangnya Standarisasi dalam Evaluasi Pemasok
    • Banyak perusahaan masih menggunakan metode tradisional dalam mengevaluasi pemasok, sehingga sulit mengukur kinerja pemasok secara objektif.

Studi Kasus Implementasi IMP Theory dalam Pengadaan

  1. Industri Otomotif – Volkswagen Group
    • Menggunakan strategi sourcing berbasis IMP Theory untuk memilih pemasok komponen utama dengan mempertimbangkan ketergantungan dan transfer teknologi.
    • Hasil: Efisiensi produksi meningkat 15%, serta pengurangan biaya pengadaan sebesar 10%.
  2. Industri Elektronik – Apple Inc.
    • Menerapkan hubungan jangka panjang dengan pemasok strategis untuk memastikan inovasi berkelanjutan dalam rantai pasok.
    • Hasil: Lead time produksi berkurang 20%, serta peningkatan keandalan pasokan hingga 25%.
  3. Industri Konstruksi – Proyek Infrastruktur Eropa
    • Menerapkan model ARA untuk optimalisasi pengadaan bahan bangunan dan koordinasi antara kontraktor serta pemasok.
    • Hasil: Ketepatan waktu penyelesaian proyek meningkat 18%, serta pengurangan keterlambatan pengiriman material hingga 12%.

Strategi Pengadaan Berbasis IMP Theory

Untuk meningkatkan efektivitas pengadaan, penelitian ini merekomendasikan beberapa strategi:

Membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok strategis untuk meningkatkan keandalan pasokan.
Menggunakan pendekatan berbasis data dan AI dalam mengevaluasi pemasok untuk meningkatkan transparansi dan objektivitas.
Menerapkan model IMP untuk menentukan strategi sourcing yang tepat, berdasarkan kompleksitas pasar dan nilai strategis komoditas.
Menggunakan pendekatan negosiasi yang sesuai dengan struktur kekuatan dalam hubungan pembeli-pemasok, baik melalui tawar-menawar agresif atau negosiasi berbasis kolaborasi.

Kesimpulan

IMP Theory memberikan wawasan yang sangat relevan dalam pengelolaan pengadaan dan rantai pasok. Dengan memahami bagaimana interaksi bisnis mempengaruhi keputusan pengadaan strategis, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi risiko rantai pasok, dan membangun hubungan pemasok yang lebih kuat.

Penelitian ini menekankan bahwa penerapan IMP Theory dapat membantu perusahaan dalam memilih pemasok terbaik, menentukan strategi sourcing yang efektif, serta mengoptimalkan negosiasi dan kontrak pengadaan, sehingga menciptakan keunggulan kompetitif dalam industri global.

Sumber Artikel : Balasingham, K. (2013). Supply Management: The Theoretical Foundation of the IMP Approach and its Contribution to Critical Purchasing Decisions. University of Twente.

 

Selengkapnya
Penerapan IMP Theory dalam Manajemen Pengadaan: Strategi Sourcing, Negosiasi, dan Hubungan Pembeli-Pemasok yang Efektif

Teknik Elektro dan Informatika

Mengenal Sistem Informasi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025


Sistem informasi (IS) adalah sistem organisasi formal, sosioteknis, yang dirancang untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi. Dari perspektif sosioteknis, sistem informasi terdiri dari empat komponen: tugas, orang, struktur (atau peran), dan teknologi. Sistem informasi dapat didefinisikan sebagai integrasi dari komponen-komponen untuk mengumpulkan, menyimpan dan memproses data yang mana data tersebut digunakan untuk memberikan informasi, memberikan kontribusi terhadap pengetahuan serta produk digital yang memfasilitasi pengambilan keputusan.

Sistem informasi komputer adalah sebuah sistem yang terdiri dari orang dan komputer yang memproses atau menginterpretasikan informasi, istilah ini juga terkadang digunakan untuk merujuk pada sistem komputer dengan perangkat lunak yang terpasang.

“Sistem informasi” juga merupakan studi bidang akademis tentang sistem dengan referensi khusus untuk informasi dan jaringan pelengkap perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang digunakan orang dan organisasi untuk mengumpulkan, menyaring, memproses, membuat, dan juga mendistribusikan data. Penekanan diberikan pada sistem informasi yang memiliki batasan definitif, pengguna, prosesor, penyimpanan, input, output, dan jaringan komunikasi yang disebutkan di atas.

Di banyak organisasi, departemen atau unit yang bertanggung jawab atas sistem informasi dan pemrosesan data dikenal sebagai “layanan informasi”. Setiap sistem informasi tertentu bertujuan untuk mendukung operasi, manajemen dan pengambilan keputusan. Sistem informasi adalah teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang digunakan oleh organisasi, dan juga cara orang berinteraksi dengan teknologi ini untuk mendukung proses bisnis.

Beberapa penulis membuat perbedaan yang jelas antara sistem informasi, sistem komputer, dan proses bisnis. Sistem informasi biasanya mencakup komponen TIK namun tidak hanya berfokus pada TIK, melainkan berfokus pada penggunaan akhir teknologi informasi. Sistem informasi juga berbeda dengan proses bisnis. Sistem informasi membantu mengendalikan kinerja proses bisnis.

Alter mengemukakan keuntungan dari memandang sistem informasi sebagai tipe khusus dari sistem kerja. Sistem kerja adalah suatu sistem di mana manusia atau mesin melakukan proses dan kegiatan dengan menggunakan sumber daya untuk menghasilkan produk atau jasa tertentu bagi pelanggan. Sistem informasi adalah sistem kerja yang aktivitasnya dikhususkan untuk menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil, memanipulasi, dan menampilkan informasi.

Dengan demikian, sistem informasi saling berhubungan dengan sistem data di satu sisi dan sistem aktivitas di sisi lain. Sistem informasi adalah suatu bentuk sistem komunikasi di mana data mewakili dan diproses sebagai suatu bentuk memori sosial. Sistem informasi juga dapat dianggap sebagai bahasa semi-formal yang mendukung pengambilan keputusan dan tindakan manusia.

Sistem informasi adalah fokus utama studi untuk informatika organisasi.

Gambaran umum

Association for Computing Machinery mendefinisikan “Spesialis sistem informasi fokus mengintegrasikan solusi teknologi informasi dan proses bisnis untuk memenuhi kebutuhan informasi bisnis dan perusahaan lain.”

Ada berbagai jenis sistem informasi, misalnya: sistem pemrosesan transaksi, sistem pendukung keputusan, sistem manajemen pengetahuan, sistem manajemen pembelajaran, sistem manajemen basis data, dan sistem informasi kantor. Hal yang sangat penting bagi sebagian besar sistem informasi adalah teknologi informasi, yang biasanya dirancang untuk memungkinkan manusia melakukan tugas-tugas yang tidak dapat dilakukan oleh otak manusia, seperti: menangani informasi dalam jumlah besar, melakukan perhitungan yang rumit, dan mengendalikan banyak proses secara bersamaan.

Teknologi informasi adalah sumber daya yang sangat penting dan mudah dibentuk yang tersedia bagi para eksekutif. Banyak perusahaan telah menciptakan posisi chief information officer (CIO) yang duduk di dewan eksekutif bersama chief executive officer (CEO), chief financial officer (CFO), chief operating officer (COO), dan chief technical officer (CTO). CTO juga dapat menjabat sebagai CIO, dan sebaliknya. Chief Information Security Officer (CISO) berfokus pada manajemen keamanan informasi.

Enam komponen

Enam komponen yang harus bersatu untuk menghasilkan sebuah sistem informasi adalah:

  1. Perangkat keras: Istilah perangkat keras mengacu pada mesin dan peralatan. Dalam sistem informasi modern, kategori ini mencakup komputer itu sendiri dan semua peralatan pendukungnya. Peralatan pendukungnya meliputi perangkat input dan output, perangkat penyimpanan, dan perangkat komunikasi. Dalam sistem informasi pra-komputer, perangkat keras mungkin termasuk buku besar dan tinta.
  2. Perangkat lunak: Istilah perangkat lunak mengacu pada program komputer dan manual (jika ada) yang mendukungnya. Program komputer adalah instruksi yang dapat dibaca oleh mesin yang mengarahkan sirkuit di dalam bagian perangkat keras sistem untuk berfungsi dengan cara yang menghasilkan informasi yang berguna dari data. Program umumnya disimpan pada suatu media input/output, biasanya berupa disk atau tape. “Perangkat lunak” untuk sistem informasi pra-komputer termasuk bagaimana perangkat keras disiapkan untuk digunakan (misalnya, judul kolom dalam buku buku besar) dan instruksi untuk menggunakannya (buku panduan untuk katalog kartu).
  3. Data: Data adalah fakta yang digunakan oleh sistem untuk menghasilkan informasi yang berguna. Dalam sistem informasi modern, data umumnya disimpan dalam bentuk yang dapat dibaca oleh mesin pada disk atau tape sampai komputer membutuhkannya. Dalam sistem informasi pra-komputer, data umumnya disimpan dalam bentuk yang dapat dibaca manusia.
  4. Prosedur: Prosedur adalah kebijakan yang mengatur pengoperasian sistem informasi. “Prosedur bagi manusia adalah perangkat lunak bagi perangkat keras” adalah analogi umum yang digunakan untuk menggambarkan peran prosedur dalam suatu sistem.
  5. Orang: Setiap sistem membutuhkan orang jika ingin berguna. Seringkali elemen yang paling sering diabaikan dari sistem adalah orang, mungkin komponen yang paling mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan sistem informasi. Hal ini termasuk “tidak hanya pengguna, tetapi juga mereka yang mengoperasikan dan melayani komputer, mereka yang memelihara data, dan mereka yang mendukung jaringan komputer”.
  6. Internet: Internet adalah kombinasi dari data dan manusia. (Meskipun komponen ini tidak diperlukan untuk berfungsi).

Data adalah jembatan antara perangkat keras dan manusia. Artinya, data yang kita kumpulkan hanyalah data sampai kita melibatkan orang. Pada saat itu, data sekarang menjadi informasi.

Jenis-jenis

Pandangan “klasik” tentang sistem informasi yang ditemukan dalam buku-buku teks pada tahun 1980-an adalah sebuah piramida sistem yang mencerminkan hirarki organisasi, biasanya sistem pemrosesan transaksi di bagian bawah piramida, diikuti oleh sistem informasi manajemen, sistem pendukung keputusan, dan diakhiri dengan sistem informasi eksekutif di bagian atas. Meskipun model piramida tetap berguna sejak pertama kali dirumuskan, sejumlah teknologi baru telah dikembangkan dan kategori sistem informasi baru telah muncul, beberapa di antaranya tidak lagi cocok dengan model piramida asli.

Beberapa contoh dari sistem tersebut adalah:

  • sistem cerdas
  • platform komputasi
  • gudang data
  • sistem pendukung keputusan
  • sistem perusahaan
  • perencanaan sumber daya perusahaan
  • sistem pakar
  • sistem informasi geografis
  • sistem informasi global
  • sistem informasi manajemen
  • sistem informasi multimedia
  • sistem kontrol proses
  • sistem informasi sosial
  • mesin pencari
  • otomatisasi kantor.

Sistem informasi berbasis komputer pada dasarnya adalah sistem informasi yang menggunakan teknologi komputer untuk melaksanakan sebagian atau seluruh tugas-tugas yang telah direncanakan. Komponen dasar dari sistem informasi berbasis komputer adalah:

  • Perangkat keras adalah perangkat seperti monitor, prosesor, printer, dan keyboard, yang semuanya bekerja sama untuk menerima, memproses, menampilkan data, dan informasi.
  • Perangkat lunak adalah program-program yang memungkinkan perangkat keras memproses data.
  • Basis data adalah kumpulan file atau tabel terkait yang berisi data terkait.
  • Jaringan adalah sistem penghubung yang memungkinkan beragam komputer untuk mendistribusikan sumber daya.
  • Prosedur adalah perintah-perintah untuk menggabungkan komponen-komponen di atas untuk memproses informasi dan menghasilkan keluaran yang diinginkan.

Empat komponen pertama (perangkat keras, perangkat lunak, basis data, dan jaringan) membentuk apa yang dikenal sebagai platform teknologi informasi. Para pekerja teknologi informasi kemudian dapat menggunakan komponen-komponen ini untuk membuat sistem informasi yang mengawasi langkah-langkah keamanan, risiko, dan pengelolaan data. Tindakan ini dikenal sebagai layanan teknologi informasi.

Sistem informasi tertentu mendukung sebagian organisasi, sistem informasi lainnya mendukung seluruh organisasi, dan sistem informasi lainnya lagi mendukung kelompok organisasi. Setiap departemen atau area fungsional dalam suatu organisasi memiliki koleksi program aplikasi atau sistem informasi sendiri. Sistem informasi area fungsional (FAIS) ini adalah pilar pendukung untuk IS yang lebih umum yaitu, sistem intelijen bisnis dan dasbor. Seperti namanya, setiap FAIS mendukung fungsi tertentu dalam organisasi, misalnya: IS akuntansi, IS keuangan, IS manajemen operasi produksi (POM), IS pemasaran, dan IS sumber daya manusia. Di bidang keuangan dan akuntansi, manajer menggunakan sistem TI untuk meramalkan pendapatan dan aktivitas bisnis, untuk menentukan sumber dan penggunaan dana terbaik, dan untuk melakukan audit guna memastikan bahwa organisasi secara fundamental sehat dan semua laporan dan dokumen keuangan akurat.

Jenis lain dari sistem informasi organisasi adalah FAIS, sistem pemrosesan transaksi, perencanaan sumber daya perusahaan, sistem otomasi kantor, sistem informasi manajemen, sistem pendukung keputusan, sistem pakar, dasbor eksekutif, sistem manajemen rantai pasokan, dan sistem perdagangan elektronik. Dasbor adalah bentuk khusus dari IS yang mendukung semua manajer organisasi. Mereka menyediakan akses cepat ke informasi yang tepat waktu dan akses langsung ke informasi terstruktur dalam bentuk laporan. Sistem pakar berusaha menduplikasi pekerjaan para ahli manusia dengan menerapkan kemampuan penalaran, pengetahuan, dan keahlian dalam domain tertentu.

Pengembangan

Departemen teknologi informasi dalam organisasi yang lebih besar cenderung sangat mempengaruhi pengembangan, penggunaan, dan penerapan teknologi informasi dalam bisnis. Serangkaian metodologi dan proses dapat digunakan untuk mengembangkan dan menggunakan sistem informasi. Banyak pengembang menggunakan pendekatan rekayasa sistem seperti siklus hidup pengembangan sistem (SDLC), untuk mengembangkan sistem informasi secara sistematis secara bertahap. Tahapan siklus hidup pengembangan sistem adalah perencanaan, analisis sistem, dan persyaratan, desain sistem, pengembangan, integrasi dan pengujian, implementasi dan operasi, dan pemeliharaan. Penelitian terbaru bertujuan untuk memungkinkan dan mengukur pengembangan sistem yang sedang berlangsung dan kolektif dalam suatu organisasi oleh keseluruhan aktor manusia itu sendiri. Sistem informasi dapat dikembangkan secara internal (di dalam organisasi) atau dialihdayakan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengalihdayakan komponen tertentu atau keseluruhan sistem. Kasus yang spesifik adalah distribusi geografis dari tim pengembangan (offshoring, sistem informasi global).

Sistem informasi berbasis komputer, mengikuti definisi dari Langefors, adalah media yang diimplementasikan secara teknologi untuk merekam, menyimpan, dan menyebarluaskan ekspresi linguistik, serta untuk menarik kesimpulan dari ekspresi tersebut.

Sistem informasi geografis, sistem informasi pertanahan, dan sistem informasi kebencanaan merupakan contoh sistem informasi yang sedang berkembang, namun secara luas dapat dianggap sebagai sistem informasi spasial. Pengembangan sistem dilakukan secara bertahap yang meliputi:

  • Pengenalan dan spesifikasi masalah
  • Pengumpulan informasi
  • Spesifikasi kebutuhan untuk sistem baru
  • Desain sistem
  • Pembangunan sistem
  • Implementasi sistem
  • Peninjauan dan pemeliharaan
  • Sebagai sebuah disiplin akademis

Bidang studi yang disebut sistem informasi mencakup berbagai topik termasuk analisis dan desain sistem, jaringan komputer, keamanan informasi, manajemen basis data, dan sistem pendukung keputusan. Manajemen informasi berhubungan dengan masalah praktis dan teoritis dalam mengumpulkan dan menganalisis informasi dalam area fungsi bisnis termasuk alat produktivitas bisnis, pemrograman dan implementasi aplikasi, perdagangan elektronik, produksi media digital, penggalian data, dan dukungan keputusan. Komunikasi dan jaringan berhubungan dengan teknologi telekomunikasi. Sistem informasi menjembatani bisnis dan ilmu komputer dengan menggunakan dasar-dasar teori informasi dan komputasi untuk mempelajari berbagai model bisnis dan proses algoritmik terkait dalam membangun sistem TI dalam disiplin ilmu komputer. Sistem informasi komputer (CIS) adalah bidang yang mempelajari komputer dan proses algoritmik, termasuk prinsip-prinsipnya, desain perangkat lunak dan perangkat kerasnya, aplikasinya, dan dampaknya terhadap masyarakat, sedangkan IS lebih menekankan pada fungsionalitas daripada desain.

Beberapa ahli IS telah memperdebatkan sifat dan dasar-dasar sistem informasi yang berakar pada disiplin ilmu lain seperti ilmu komputer, teknik, matematika, ilmu manajemen, sibernetika, dan lain-lain. Sistem informasi juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan perangkat keras, perangkat lunak, data, orang, dan prosedur yang bekerja sama untuk menghasilkan informasi yang berkualitas.

Istilah-istilah terkait

Serupa dengan ilmu komputer, disiplin ilmu lain dapat dilihat sebagai disiplin ilmu yang terkait dan menjadi fondasi IS. Domain studi IS melibatkan studi tentang teori dan praktik yang terkait dengan fenomena sosial dan teknologi, yang menentukan pengembangan, penggunaan, dan efek sistem informasi dalam organisasi dan masyarakat. Namun, meskipun mungkin ada tumpang tindih yang cukup besar dari disiplin ilmu pada batas-batasnya, disiplin ilmu masih dibedakan oleh fokus, tujuan, dan orientasi kegiatan mereka.

Dalam cakupan yang luas, sistem informasi adalah bidang studi ilmiah yang membahas berbagai kegiatan strategis, manajerial, dan operasional yang terlibat dalam pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, pendistribusian, dan penggunaan informasi dan teknologi terkait dalam masyarakat dan organisasi. Istilah sistem informasi juga digunakan untuk menggambarkan fungsi organisasi yang menerapkan pengetahuan IS di industri, lembaga pemerintah, dan organisasi nirlaba.

Sistem informasi sering kali mengacu pada interaksi antara proses algoritmik dan teknologi. Interaksi ini dapat terjadi di dalam atau melintasi batas-batas organisasi. Sistem informasi adalah teknologi yang digunakan organisasi dan juga cara organisasi berinteraksi dengan teknologi dan cara teknologi bekerja dengan proses bisnis organisasi. Sistem informasi berbeda dengan teknologi informasi (TI) karena sistem informasi memiliki komponen teknologi informasi yang berinteraksi dengan komponen proses.

Salah satu masalah dengan pendekatan tersebut adalah bahwa hal itu mencegah bidang IS untuk tertarik pada penggunaan TIK non-organisasi, seperti di jejaring sosial, permainan komputer, penggunaan pribadi mobile, dll. Cara yang berbeda untuk membedakan bidang IS dari bidang-bidang lainnya adalah dengan bertanya, “Aspek realitas mana yang paling berarti dalam bidang IS dan bidang lainnya?” Pendekatan ini, yang didasarkan pada filosofi, membantu mendefinisikan tidak hanya fokus, tujuan, dan orientasi, tetapi juga martabat, takdir, dan tanggung jawab bidang ini di antara bidang-bidang lainnya.

Informatika bisnis adalah disiplin ilmu terkait yang sudah mapan di beberapa negara, terutama di Eropa. Sementara sistem informasi dikatakan memiliki fokus “berorientasi pada penjelasan”, informatika bisnis memiliki fokus yang lebih “berorientasi pada solusi” dan mencakup elemen teknologi informasi serta elemen yang berorientasi pada konstruksi dan implementasi.

Jalur karier

Pekerja sistem informasi memasuki sejumlah karier yang berbeda:

  • Strategi sistem informasi
  • Sistem informasi manajemen - Sistem informasi manajemen (MIS) adalah sistem informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan, dan untuk koordinasi, kontrol, analisis, dan visualisasi informasi dalam suatu organisasi.
  • Manajemen proyek - Manajemen proyek adalah praktik menginisiasi, merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan menutup pekerjaan sebuah tim untuk mencapai tujuan tertentu dan memenuhi kriteria keberhasilan tertentu pada waktu yang ditentukan.
  • Arsitektur perusahaan - Praktik yang terdefinisi dengan baik untuk melakukan analisis, desain, perencanaan, dan implementasi perusahaan, dengan menggunakan pendekatan yang komprehensif setiap saat, untuk pengembangan dan pelaksanaan strategi yang sukses.
  • Pengembangan IS
  • Organisasi IS
  • Konsultasi IS
  • Keamanan IS
  • Audit IS

Terdapat berbagai macam jalur karier dalam disiplin sistem informasi. “Pekerja dengan pengetahuan teknis khusus dan keterampilan komunikasi yang kuat akan memiliki prospek terbaik. Pekerja dengan keterampilan manajemen dan pemahaman tentang praktik dan prinsip bisnis akan memiliki peluang yang sangat baik, karena perusahaan semakin mengandalkan teknologi untuk meningkatkan pendapatan mereka.”

Teknologi informasi penting bagi operasi bisnis kontemporer, teknologi ini menawarkan banyak peluang kerja. Bidang sistem informasi mencakup orang-orang dalam organisasi yang merancang dan membangun sistem informasi, orang-orang yang menggunakan sistem tersebut, dan orang-orang yang bertanggung jawab untuk mengelola sistem tersebut. Permintaan untuk staf TI tradisional seperti programmer, analis bisnis, analis sistem, dan perancang sangat signifikan. Banyak pekerjaan bergaji tinggi yang tersedia di bidang teknologi informasi. Di bagian atas daftar adalah chief information officer (CIO).

CIO adalah eksekutif yang bertanggung jawab atas fungsi IS. Di sebagian besar organisasi, CIO bekerja dengan chief executive officer (CEO), chief financial officer (CFO), dan eksekutif senior lainnya. Oleh karena itu, ia secara aktif berpartisipasi dalam proses perencanaan strategis organisasi.

Sarjana sistem informasi bisnis

Bagian ini merupakan kutipan dari program Sarjana Sistem Informasi Bisnis.

Bachelor of Business Information Systems (BBIS), juga Business Information Systems (BIS), adalah program sarjana yang berfokus pada teknologi informasi (TI) dan manajemen yang dirancang untuk lebih memahami kebutuhan teknologi yang berkembang pesat di sektor bisnis dan TI. Program ini merupakan program sarjana yang menggabungkan elemen-elemen administrasi bisnis dan ilmu komputer dengan jurusan sistem dan teknologi informasi, yang bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengelola dan memanfaatkan teknologi informasi secara efektif dalam industri bisnis dan TI.

Penelitian

Penelitian sistem informasi umumnya bersifat interdisipliner yang berkaitan dengan studi tentang efek sistem informasi pada perilaku individu, kelompok, dan organisasi.

Hevner dkk. (2004) mengkategorikan penelitian di bidang IS ke dalam dua paradigma keilmuan yaitu ilmu perilaku (behavioural science) yang mengembangkan dan memverifikasi teori-teori yang menjelaskan atau memprediksi perilaku manusia atau organisasi dan ilmu desain (design science) yang memperluas batas-batas kapabilitas manusia dan organisasi dengan menciptakan artefak-artefak yang baru dan inovatif.

Salvatore March dan Gerald Smith mengusulkan sebuah kerangka kerja untuk meneliti berbagai aspek teknologi informasi termasuk keluaran penelitian (keluaran penelitian) dan kegiatan untuk melaksanakan penelitian ini (kegiatan penelitian). Mereka mengidentifikasikan keluaran penelitian sebagai berikut:

  • Konstruk, yaitu konsep-konsep yang membentuk kosakata suatu domain. Konstruk merupakan konseptualisasi yang digunakan untuk mendeskripsikan masalah dalam domain dan menentukan solusinya.
  • Model yang merupakan seperangkat proposisi atau pernyataan yang mengekspresikan hubungan di antara konstruk.
  • Metode yang merupakan seperangkat langkah (algoritma atau pedoman) yang digunakan untuk melakukan suatu tugas. Metode didasarkan pada seperangkat konstruksi yang mendasari dan representasi (model) dari ruang solusi.
  • Instansiasi adalah realisasi dari sebuah artefak dalam lingkungannya.

Juga kegiatan penelitian termasuk:

  • Membangun sebuah artefak untuk melakukan tugas tertentu.
  • Mengevaluasi artefak untuk menentukan apakah ada kemajuan yang telah dicapai.
  • Dengan adanya artefak yang kinerjanya telah dievaluasi, penting untuk menentukan mengapa dan bagaimana artefak tersebut bekerja atau tidak bekerja di lingkungannya. Oleh karena itu, berteori dan menjustifikasi teori-teori tentang artefak TI.

Meskipun Sistem Informasi sebagai sebuah disiplin ilmu telah berkembang selama lebih dari 30 tahun, fokus utama atau identitas penelitian IS masih menjadi perdebatan di antara para ahli. Ada dua pandangan utama seputar perdebatan ini: pandangan sempit yang berfokus pada artefak TI sebagai pokok bahasan utama penelitian IS, dan pandangan luas yang berfokus pada interaksi antara aspek sosial dan teknis TI yang tertanam ke dalam konteks yang terus berkembang secara dinamis. Pandangan ketiga menghimbau para akademisi IS untuk memberikan perhatian yang seimbang terhadap artefak TI dan konteksnya.

Karena studi sistem informasi adalah bidang terapan, praktisi industri mengharapkan penelitian sistem informasi untuk menghasilkan temuan yang dapat langsung diterapkan dalam praktik. Namun, hal ini tidak selalu terjadi, karena para peneliti sistem informasi sering kali mengeksplorasi isu-isu perilaku secara lebih mendalam daripada yang diharapkan oleh para praktisi. Hal ini dapat membuat hasil penelitian sistem informasi menjadi sulit untuk dipahami, dan menimbulkan kritik.

Dalam sepuluh tahun terakhir, tren bisnis diwakili oleh peningkatan yang cukup besar dalam peran Fungsi Sistem Informasi (ISF), terutama yang berkaitan dengan strategi perusahaan dan pendukung operasi. Hal ini menjadi faktor kunci untuk meningkatkan produktivitas dan mendukung penciptaan nilai. Untuk mempelajari sistem informasi itu sendiri, dan bukan efeknya, digunakan model sistem informasi, seperti EATPUT.

Badan internasional peneliti Sistem Informasi, Association for Information Systems (AIS), dan Sub-komite Forum Cendekiawan Senior untuk Jurnal (202), mengajukan daftar 11 jurnal yang dianggap AIS sebagai 'sangat baik'. Menurut AIS, daftar jurnal ini mengakui keragaman topik, metodologi, dan geografis. Proses penelaahannya sangat ketat, anggota dewan editorialnya dihormati dan diakui secara luas, serta memiliki pembaca dan kontribusi internasional. Daftar ini (atau seharusnya) digunakan, bersama dengan yang lain, sebagai titik acuan untuk promosi dan masa jabatan dan, secara lebih umum, untuk mengevaluasi keunggulan keilmuan.

Sejumlah konferensi sistem informasi tahunan diselenggarakan di berbagai belahan dunia, yang sebagian besar ditinjau oleh rekan sejawat. AIS secara langsung menyelenggarakan Konferensi Internasional tentang Sistem Informasi (ICIS) dan Konferensi Amerika tentang Sistem Informasi (AMCIS), sedangkan konferensi yang berafiliasi dengan AIS meliputi Konferensi Asia Pasifik tentang Sistem Informasi (PACIS), Konferensi Eropa tentang Sistem Informasi (ECIS), Konferensi Mediterania tentang Sistem Informasi (MCIS), Konferensi Internasional tentang Manajemen Sumber Daya Informasi (Conf-IRM), dan Konferensi Internasional tentang E-Bisnis (WHICEB) di Wuhan. Konferensi-konferensi cabang AIS meliputi Konferensi Sistem Informasi Australasia (ACIS), Konferensi Sistem Informasi Skandinavia (SCIS), Konferensi Internasional Sistem Informasi (ISICO), Konferensi AIS Cabang Italia (itAIS), Konferensi Tahunan AIS Barat Tengah (MWAIS), dan Konferensi Tahunan AIS Selatan (SAIS). EDSIG, yang merupakan kelompok minat khusus pada pendidikan AITP, menyelenggarakan Konferensi Sistem Informasi dan Pendidikan Komputasi dan Konferensi Penelitian Terapan Sistem Informasi yang keduanya diselenggarakan setiap tahun pada bulan November.

Disadur dari: https://en.wikipedia.org/

Selengkapnya
Mengenal Sistem Informasi

Teknik Elektro dan Informatika

Teknologi Informasi dan Komunikasi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 05 Maret 2025


Teknologi informasi dan komunikasi (bahasa Inggris: Information and communication technology, disingkat ICT) adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media. Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang pesat melampaui bidang teknologi lainnya. Hingga awal abad ke-21, TIK masih terus mengalami berbagai perubahan dan belum terlihat titik jenuhnya.

Sejarah

Ada beberapa tonggak perkembangan teknologi yang secara nyata memberi sumbangan terhadap perkembangan TIK hingga saat ini. Pertama yaitu temuan telepon oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1875. Temuan ini kemudian berkembang menjadi pengadaan jaringan komunikasi dengan kabel yang meliputi seluruh daratan Amerika, bahkan kemudian diikuti pemasangan kabel komunikasi trans-atlantik. Jaringan telepon ini merupakan infrastruktur masif pertama yang dibangun manusia untuk komunikasi global.

Memasuki abad ke-20, tepatnya antara tahun 1910-1920, terwujud sebuah transmisi suara tanpa kabel melalui siaran radio AM yang pertama. Komunikasi suara tanpa kabel ini pun segera berkembang pesat. Kemudian diikuti pula oleh transmisi audio-visual tanpa kabel, yang berwujud siaran televisi pada tahun 1940-an.

Komputer elektronik pertama beroperasi pada tahun 1943. Lalu diikuti oleh tahapan miniaturisasi komponen elektronik melalui penemuan transistor pada tahun 1947 dan rangkaian terpadu (Integrated Circuit) pada tahun 1957.

Perkembangan teknologi elektronika, yang merupakan cikal bakal TIK saat ini, mendapatkan momen emasnya pada era Perang Dingin. Persaingan IPTEK antara blok Barat (Amerika Serikat) dan blok Timur (dulu Uni Soviet) justru memacu perkembangan teknologi elektronika lewat upaya miniaturisasi rangkaian elektronik untuk pengendali pesawat ruang angkasa maupun mesin-mesin perang. Miniaturisasi komponen elektronik, melalui penciptaan rangkaian terpadu, pada puncaknya melahirkan mikroprosesor. Mikroprosesor inilah yang menjadi 'otak' perangkat keras komputer dan terus berevolusi sampai saat ini. Perangkat telekomunikasi berkembang pesat saat teknologi digital mulai digunakan menggantikan teknologi analog. Teknologi analog mulai terasa menampakkan batas-batas maksimal pengeksplorasiannya. Digitalisasi perangkat telekomunikasi kemudian berkonvergensi dengan perangkat komputer yang sejak awal merupakan perangkat yang mengadopsi teknologi digital. Produk hasil konvergensi inilah yang saat ini muncul dalam bentuk telepon seluler. Di atas infrastruktur telekomunikasi dan komputasi ini kandungan isi (content) berupa multimedia mendapatkan tempat yang tepat untuk berkembang. Konvergensi telekomunikasi - komputasi multimedia inilah yang menjadi ciri abad ke-21, sebagaimana abad ke-18 dicirikan oleh revolusi industri. Bila revolusi industri menjadikan mesin-mesin sebagai pengganti 'otot' manusia, maka revolusi digital (karena konvergensi telekomunikasi - komputasi multimedia terjadi melalui implementasi teknologi digital) menciptakan mesin-mesin yang mengganti (atau setidaknya meningkatkan kemampuan) 'otak' manusia.

Penerapan TIK dalam pendidikan di Indonesia

Indonesia pernah menggunakan istilah telematika (telematics) untuk arti yang kurang lebih sama dengan TIK yang kita kenal saat ini. Encarta Dictionary mendeskripsikan telematics sebagai telecommunication + informatics (telekomunikasi + informatika) meskipun sebelumnya kata itu bermakna science of data transmission. Pengolahan informasi dan pendistribusiannya melalui jaringan telekomunikasi membuka banyak peluang untuk dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk salah satunya bidang pendidikan. Ide untuk menggunakan mesin-belajar, membuat simulasi proses-proses yang rumit, animasi proses-proses yang sulit dideskripsikan sangat menarik minat praktisi pembelajaran.

Tambahan lagi, kemungkinan untuk melayani pembelajaran yang tak terkendala waktu dan tempat juga dapat difasilitasi oleh TIK. Sejalan dengan itu mulailah bermunculan berbagai jargon berawalan e, mulai dari e-book, e-learning, e-laboratory, e-education, e-library, dan sebagainya. Awalan e bermakna electronics yang secara implisit dimaknai berdasar teknologi elektronika digital.

Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di Indonesia telah memiliki sejarah yang cukup panjang. Inisiatif menyelenggarakan siaran radio pendidikan dan televisi pendidikan merupakan upaya melakukan penyebaran informasi ke satuan-satuan pendidikan yang tersebar di seluruh nusantara. Hal ini adalah wujud dari kesadaran untuk mengoptimalkan pendayagunaan teknologi dalam membantu proses pembelajaran masyarakat. Kelemahan utama siaran radio maupun televisi pendidikan adalah tidak adanya feedback yang seketika. Siaran bersifat searah yaitu dari narasumber atau fasilitator kepada pembelajar.

Introduksi komputer dengan kemampuannya mengolah dan menyajikan tayangan multimedia (teks, grafis, gambar, suara, dan gambar bergerak) memberikan peluang baru untuk mengatasi kelemahan yang tidak dimiliki siaran radio dan televisi. Bila televisi hanya mampu memberikan informasi searah (terlebih jika materi tayangannya adalah materi hasil rekaman), pembelajaran berbasis teknologi internet memberikan peluang berinteraksi baik secara sinkron (real time) maupun asinkron (delayed). Pembelajaran berbasis Internet memungkinkan terjadinya pembelajaran secara sinkron dengan keunggulan utama bahwa pembelajar maupun fasilitator tidak harus berada di satu tempat yang sama. Pemanfaatan teknologi video conference yang dijalankan dengan menggunakan teknologi Internet memungkinkan pembelajar berada di mana saja sepanjang terhubung ke jaringan komputer.

Selain aplikasi unggulan seperti itu, beberapa peluang lain yang lebih sederhana dan lebih murah juga dapat dikembangkan sejalan dengan kemajuan TIK saat ini.

Buku elektronik

Buku elektronik atau e-book adalah salah satu teknologi yang memanfaatkan komputer untuk menayangkan informasi multimedia dalam bentuk yang ringkas dan dinamis. Dalam sebuah e-book dapat diintegrasikan tayangan suara, grafik, gambar, animasi, maupun movie sehingga informasi yang disajikan lebih kaya dibandingkan dengan buku konvensional.

Jenis e-book paling sederhana adalah yang sekadar memindahkan buku konvensional menjadi bentuk elektronik yang ditayangkan oleh komputer. Dengan teknologi ini, ratusan buku dapat disimpan dalam satu keping CD (compact disk) (kapasitas sekitar 700MB), DVD (digital versatile disk) (kapasitas 4,7 sampai 8,5 GB) maupun diska lepas (flash disk), diska keras (hard disk), dan penyimpanan awan (cloud storage). Bentuk yang lebih kompleks dan memerlukan rancangan yang lebih cermat misalnya pada Microsoft Encarta dan Encyclopedia Britannica yang merupakan ensiklopedi dalam format multimedia. Format multimedia memungkinkan e-book menyediakan tidak saja informasi tertulis tetapi juga suara, gambar, movie dan unsur multimedia lainnya. Penjelasan tentang satu jenis musik misalnya, dapat disertai dengan cuplikan suara jenis musik tersebut sehingga pengguna dapat dengan jelas memahami apa yang dimaksud oleh penyaji.

E-learning

Beragam definisi dapat ditemukan untuk e-learning. Victoria L. Tinio, misalnya, menyatakan bahwa e-learning meliputi pembelajaran pada semua tingkatan, formal maupun nonformal, yang menggunakan jaringan komputer (intranet maupun ekstranet) untuk pengantaran bahan ajar, interaksi, dan/atau fasilitasi. Untuk pembelajaran yang sebagian prosesnya berlangsung dengan bantuan jaringan internet sering disebut sebagai online learning.

Definisi yang lebih luas dikemukakan pada working paper SEAMOLEC, yakni e-learning adalah pembelajaran melalui jasa elektronik. Meski beragam definisi namun pada dasarnya disetujui bahwa e-learning adalah pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi elektronik sebagai sarana penyajian dan distribusi informasi. Dalam definisi tersebut tercakup siaran radio maupun televisi pendidikan sebagai salah satu bentuk e-learning. Meskipun radio dan televisi pendidikan adalah salah satu bentuk e-learning, pada umumnya disepakati bahwa e-learning mencapai bentuk puncaknya setelah bersinergi dengan teknologi internet.

Internet-based learning atau web-based learning dalam bentuk paling sederhana adalah website yang dimanfaatkan untuk menyajikan materi-materi pembelajaran. Cara ini memungkinkan pembelajar mengakses sumber belajar yang disediakan oleh narasumber atau fasilitator kapanpun dikehendaki. Bila diperlukan dapat pula disediakan mailing list khusus untuk situs pembelajaran tersebut yang berfungsi sebagai forum diskusi.

Fasilitas e-learning yang lengkap disediakan oleh perangkat lunak khusus yang disebut perangkat lunak pengelola pembelajaran atau LMS (learning management system). LMS mutakhir berjalan berbasis teknologi internet sehingga dapat diakses dari manapun selama tersedia akses ke internet. Fasilitas yang disediakan meliputi pengelolaan siswa atau peserta didik, pengelolaan materi pembelajaran, pengelolaan proses pembelajaran termasuk pengelolaan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan komunikasi antara pembelajar dengan fasilitator-fasilitatornya. Fasilitas ini memungkinkan kegiatan belajar dikelola tanpa adanya tatap muka langsung di antara pihak-pihak yang terlibat (administrator, fasilitator, peserta didik atau pembelajar). ‘Kehadiran’ pihak-pihak yang terlibat diwakili oleh e-mail, kanal chatting, atau melalui video conference.

Disadur dari: https://en.wikipedia.org/

Selengkapnya
Teknologi Informasi dan Komunikasi

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Strategi Pengukuran Kinerja Rantai Pasok: Tantangan, Model, dan Solusi untuk Efisiensi Bisnis

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 04 Maret 2025


Pendahuluan

Pengukuran kinerja rantai pasok (Supply Chain Performance Measurement – SCPM) adalah alat strategis yang memungkinkan perusahaan menilai efisiensi dan efektivitas operasi mereka dalam rantai pasok. Filosofi dasar "Apa yang tidak bisa diukur, tidak bisa dikelola" menunjukkan betapa pentingnya SCPM dalam mempertahankan daya saing bisnis.

Namun, dalam praktiknya, hanya sedikit sistem pengukuran kinerja rantai pasok yang benar-benar mampu memberikan gambaran menyeluruh. Studi ini menganalisis tantangan yang muncul dalam SCPM dan bagaimana perusahaan dapat mengatasi hambatan tersebut untuk meningkatkan efisiensi operasional.

Pentingnya Pengukuran Kinerja dalam Rantai Pasok

1. Mengapa SCPM Diperlukan?

  • Meningkatkan transparansi dan koordinasi antar pemangku kepentingan.
  • Mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dalam rantai pasok.
  • Mengurangi biaya operasional melalui efisiensi proses dan pengelolaan sumber daya yang lebih baik.

2. Model Pengukuran Kinerja dalam Rantai Pasok

Penelitian ini membandingkan dua model utama dalam SCPM yang digunakan dalam industri:

  1. SCOR Model (Supply Chain Operations Reference Model)
    • Membantu mengukur kinerja rantai pasok berdasarkan lima proses utama: Plan, Source, Make, Deliver, dan Return.
    • Keuntungan: Standarisasi proses dan benchmarking dengan lebih dari 1.000 perusahaan global.
    • Tantangan: Model ini kurang fleksibel dan memerlukan banyak sumber daya untuk diterapkan.
  2. Balanced Scorecard Modifikasi (Brewer & Speh, 2000)
    • Menghubungkan pengukuran kinerja rantai pasok dengan strategi bisnis menggunakan empat perspektif utama: Proses Bisnis, Pelanggan, Keuangan, dan Inovasi.
    • Keuntungan: Lebih fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
    • Tantangan: Tidak ada koordinasi standar antar perusahaan, sehingga sulit untuk menyelaraskan metrik.

Tantangan dalam Pengukuran Kinerja Rantai Pasok

Penelitian ini mengidentifikasi sembilan tantangan utama dalam SCPM yang menghambat efektivitas sistem pengukuran:

  1. Komunikasi yang Tidak Efektif
    • Keterbatasan komunikasi antar perusahaan menyebabkan ketidakseimbangan informasi dalam rantai pasok.
  2. Kurangnya Kepercayaan antar Pemangku Kepentingan
    • Tanpa kepercayaan, perusahaan enggan berbagi data penting yang dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok.
  3. Fokus Berlebihan pada Biaya
    • Banyak perusahaan hanya berfokus pada efisiensi biaya tanpa mempertimbangkan faktor kualitas dan fleksibilitas.
  4. Kurangnya Transparansi dalam Proses
    • Rantai pasok yang kompleks sering kali menyebabkan kurangnya visibilitas terhadap metrik kinerja utama.
  5. Kesulitan Berbagi Informasi
    • Perusahaan sering kali menggunakan sistem TI yang berbeda, sehingga sulit untuk berbagi informasi secara real-time.
  6. Kompleksitas dalam Manajemen Rantai Pasok
    • Banyaknya tingkat dan variabel dalam rantai pasok membuat pengukuran kinerja menjadi lebih sulit.
  7. Kurangnya Kolaborasi dan Pembelajaran Bersama
    • Perusahaan sering kali gagal berkolaborasi dengan pemasok dan distributor dalam pengembangan metrik kinerja.
  8. Teknologi yang Tidak Terintegrasi dengan Baik
    • Tanpa sistem TI yang baik, pengukuran kinerja rantai pasok menjadi tidak akurat dan tidak dapat diandalkan.
  9. Hambatan dalam Adaptasi terhadap Pendekatan Manajemen Baru
    • Beberapa perusahaan masih menggunakan metode tradisional yang kurang efektif dalam mengukur kinerja rantai pasok secara holistik.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap perusahaan yang terlibat dalam rantai pasok. Studi ini mengeksplorasi bagaimana sistem pengukuran kinerja diterapkan dalam praktik dan hambatan yang sering dihadapi.

Studi Kasus Implementasi SCPM

  1. Industri Manufaktur – Efisiensi Produksi dan Biaya
    • Sebuah perusahaan manufaktur menerapkan SCOR Model untuk mengukur kecepatan produksi dan efisiensi biaya.
    • Hasil: Lead time berkurang hingga 20%, dan biaya produksi turun 15% melalui optimasi proses pengadaan.
  2. Industri Ritel – Pengurangan Waktu Pengiriman
    • Perusahaan ritel global menggunakan Balanced Scorecard untuk meningkatkan akurasi pengiriman dan kepuasan pelanggan.
    • Hasil: Ketepatan waktu pengiriman meningkat 18%, dan keluhan pelanggan turun 12%.
  3. Industri Logistik – Transparansi dalam Distribusi
    • Perusahaan logistik besar menerapkan sistem evaluasi berbasis data untuk memantau kinerja pengiriman secara real-time.
    • Hasil: Waktu transit berkurang 10%, dan akurasi pesanan meningkat 20%.

Strategi dan Rekomendasi untuk Meningkatkan SCPM

Penelitian ini menawarkan beberapa strategi utama untuk mengatasi tantangan dalam pengukuran kinerja rantai pasok:

Meningkatkan transparansi dengan berbagi data real-time menggunakan teknologi digital (AI & IoT).
Mengembangkan hubungan jangka panjang dengan pemasok untuk meningkatkan kepercayaan dan kolaborasi.
Menggunakan pendekatan hybrid seperti SCOR dan Balanced Scorecard untuk menciptakan sistem pengukuran yang lebih holistik.
Mengadopsi otomatisasi dalam proses pengukuran untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi operasional.

Kesimpulan

Supply Chain Performance Measurement (SCPM) adalah alat penting dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok. Namun, tantangan dalam komunikasi, transparansi, dan kolaborasi masih menjadi hambatan utama dalam penerapan sistem pengukuran kinerja yang efektif.

Dengan mengadopsi teknologi digital, membangun hubungan yang lebih kuat dengan mitra rantai pasok, dan menggunakan pendekatan pengukuran berbasis data, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing di pasar global.

Sumber Artikel : Lindner, C. (2009). Supply Chain Performance Measurement – A Research of Occurring Problems and Challenges. Jönköping International Business School, Jönköping University.

 

Selengkapnya
Strategi Pengukuran Kinerja Rantai Pasok: Tantangan, Model, dan Solusi untuk Efisiensi Bisnis

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Sistem Pengadaan dalam Manajemen Proyek: Strategi, Efisiensi, dan Inovasi dalam Bisnis Modern

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 04 Maret 2025


Pendahuluan

Sistem pengadaan (Procurement Systems) merupakan elemen penting dalam manajemen proyek modern, yang mencakup pengadaan sumber daya, koordinasi antar pemangku kepentingan, serta integrasi strategi bisnis dalam rantai pasok. Buku ini membahas bagaimana pengadaan dapat digunakan sebagai alat strategis untuk menciptakan nilai, meningkatkan efisiensi, dan membangun hubungan bisnis yang berkelanjutan.

Studi ini mencakup berbagai sektor industri, dari konstruksi, teknologi informasi, hingga manufaktur. Dengan pendekatan lintas industri, penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana strategi pengadaan dapat diterapkan untuk mengoptimalkan kinerja proyek dan keberlanjutan bisnis.

Peran Sistem Pengadaan dalam Manajemen Proyek

1. Pengadaan sebagai Faktor Kunci dalam Proyek

  • Menghubungkan strategi bisnis dengan kebutuhan proyek untuk memastikan efisiensi dan penciptaan nilai.
  • Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam proses pengadaan.
  • Mengurangi risiko operasional dengan menerapkan sistem evaluasi pemasok berbasis data.

2. Tantangan dalam Pengadaan Proyek

  • Fragmentasi proses pengadaan, terutama dalam industri konstruksi, menyebabkan ketidakefisienan.
  • Kurangnya koordinasi antara pemangku kepentingan menghambat keberhasilan implementasi proyek.
  • Kurangnya integrasi digital dalam pengadaan, yang masih mengandalkan metode tradisional.

3. Strategi Pengadaan yang Efektif

  • Pendekatan berbasis manajemen proyek untuk mengoptimalkan aliran kerja dan koordinasi tim.
  • Menggunakan teknologi digital (e-business, AI, dan blockchain) untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi.
  • Mengintegrasikan aspek keberlanjutan dan etika bisnis dalam proses pengadaan.

Metodologi Penelitian

Studi ini menggunakan analisis literatur dan studi kasus dari berbagai industri, dengan pendekatan berbasis manajemen proyek dan teori rantai pasok. Fokus penelitian meliputi:
✅ Evaluasi sistem pengadaan di berbagai industri untuk memahami tantangan dan peluang.
✅ Analisis kasus pada perusahaan besar untuk melihat dampak strategi pengadaan terhadap efisiensi proyek.
✅ Penggunaan data kuantitatif dan wawancara dengan praktisi industri untuk mendapatkan wawasan mendalam.

Studi Kasus Implementasi Sistem Pengadaan

  1. Industri Konstruksi – Efisiensi Pengadaan Proyek Infrastruktur
    • Menggunakan kontrak berbasis kinerja untuk meningkatkan transparansi pengadaan.
    • Hasil: Peningkatan efisiensi proyek hingga 15%, serta pengurangan biaya hingga 10%.
  2. Industri Teknologi – E-Business dalam Pengadaan IT
    • Menerapkan sistem e-procurement untuk mengotomatisasi proses pengadaan teknologi.
    • Hasil: Pengurangan waktu proses pengadaan hingga 30%, serta peningkatan akurasi data pemasok 20%.
  3. Industri Manufaktur – Manajemen Rantai Pasok Berbasis Data
    • Menggunakan AI dan analisis big data untuk meningkatkan efektivitas pengadaan bahan baku.
    • Hasil: Peningkatan keandalan pasokan hingga 25%, serta pengurangan pemborosan material sebesar 12%.

Dampak dan Rekomendasi Strategis

Penelitian ini menyoroti bahwa sistem pengadaan yang efektif dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan meningkatkan daya saing perusahaan. Beberapa rekomendasi utama meliputi:
✅ Meningkatkan integrasi digital dalam pengadaan untuk mempercepat proses dan meningkatkan transparansi.
✅ Mengembangkan hubungan jangka panjang dengan pemasok strategis untuk mengurangi risiko rantai pasok.
✅ Mengadopsi strategi pengadaan berbasis data dan teknologi AI untuk optimalisasi keputusan bisnis.

Dengan menerapkan strategi ini, perusahaan dapat mengelola pengadaan dengan lebih efektif, mengurangi risiko operasional, dan menciptakan keunggulan kompetitif dalam pasar global.

Kesimpulan

Sistem pengadaan merupakan faktor kunci dalam manajemen proyek lintas industri, dengan peran utama dalam mengoptimalkan efisiensi operasional, meningkatkan transparansi, dan mendukung keberlanjutan bisnis.

Penelitian ini menegaskan bahwa integrasi teknologi digital dan strategi berbasis proyek dapat meningkatkan efektivitas pengadaan, memastikan stabilitas rantai pasok, dan meningkatkan nilai bisnis dalam jangka panjang.

Sumber Artikel

Walker, D. H. T., & Rowlinson, S. (2008). Procurement Systems: A Cross-Industry Project Management Perspective. Taylor & Francis.

 

Selengkapnya
Sistem Pengadaan dalam Manajemen Proyek: Strategi, Efisiensi, dan Inovasi dalam Bisnis Modern
« First Previous page 334 of 996 Next Last »