Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 17 Juni 2025
Tantangan Air Komunitas di Era Urbanisasi dan Perubahan Iklim
Kebutuhan akan air bersih dan aman semakin mendesak di tengah pertumbuhan penduduk, urbanisasi pesat, dan dampak perubahan iklim. Banyak komunitas di dunia, terutama di negara berkembang, menghadapi kegagalan sistem penyediaan air akibat tekanan populasi, polusi, dan lemahnya tata kelola. Paper “Assessment and enhancement of community water supply system sustainability: A dual framework approach” karya Ranju Bhatta, Ho Huu Loc, Mukand S. Babel, dan Kaushal Chapagain menawarkan solusi inovatif melalui pengembangan dua kerangka kerja (framework) untuk menilai sekaligus meningkatkan keberlanjutan sistem air komunitas.
Artikel ini tidak hanya relevan secara akademis, tetapi juga sangat praktis untuk diterapkan oleh pemerintah daerah, pengelola air, dan komunitas yang ingin memperbaiki sistem air mereka secara berkelanjutan.
Mengapa Penilaian dan Peningkatan Keberlanjutan Air Komunitas Penting?
Permintaan air global meningkat sekitar 1% per tahun dan diperkirakan akan terus melonjak dalam dua dekade ke depan. Di sisi lain, banyak komunitas, meski tinggal di negara dengan sumber air melimpah, tetap kesulitan mengakses air berkualitas. Hal ini menunjukkan bahwa tantangan air bukan sekadar masalah ketersediaan, tetapi juga pengelolaan, distribusi, dan keterlibatan masyarakat.
Keberlanjutan air komunitas didefinisikan sebagai upaya menjaga agar layanan air tetap bernilai, memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan generasi mendatang. Untuk itu, diperlukan alat ukur dan strategi peningkatan yang terstruktur dan mudah diadaptasi ke berbagai konteks lokal.
Metodologi: Dual Framework – SAFE-Comm dan SENSE-Comm
1. SAFE-Comm (Sustainability Assessment Framework for Community Water Supply)
Framework ini dikembangkan untuk menilai keberlanjutan sistem air komunitas secara komprehensif. SAFE-Comm terdiri dari tiga dimensi utama:
Setiap dimensi diukur dengan indikator dan variabel spesifik, yang dinormalisasi dalam rentang skor 1–4. Skor di bawah 1,5 menandakan keberlanjutan buruk, 1,5–2,5 cukup, 2,5–3,5 baik, dan di atas 3,5 sangat baik.
2. SENSE-Comm (Sustainability Enhancement Framework for Community Water Supply)
Framework kedua ini berfungsi sebagai panduan strategis untuk meningkatkan keberlanjutan berdasarkan hasil penilaian SAFE-Comm. SENSE-Comm menyusun tujuan dan strategi spesifik pada tiga dimensi yang sama: efisiensi, resiliensi, dan dukungan komunitas. Kerangka ini menekankan aksi nyata dan kolaborasi, bukan sekadar penilaian.
Studi Kasus: Sistem Air Komunitas Asian Institute of Technology (AIT), Thailand
Profil Lokasi
AIT di Pathum Thani, Thailand, adalah komunitas kampus dengan 3.327 penduduk (1.230 tinggal di dalam kampus). Sumber air utama berasal dari Provincial Water Authorities (PWA), disimpan di tiga reservoir berkapasitas total 1.450 m³. Sistem pengelolaan air limbah juga sudah ada, dengan kapasitas pengolahan 45.000 m³ per bulan.
Penerapan SAFE-Comm
Penilaian dilakukan dengan mengumpulkan data objektif (dari pengelola aset kampus) dan subjektif (melalui survei pengguna). Hasil penilaian:
Kesimpulan: Skor Water Sustainability Index (WSI) AIT adalah 2,25 – masuk kategori “cukup”. Artinya, sistem sudah berjalan, tapi masih banyak ruang perbaikan, terutama pada efisiensi dan partisipasi masyarakat.
Rekomendasi Strategis: Penerapan SENSE-Comm di AIT
Berdasarkan hasil SAFE-Comm, SENSE-Comm mengarahkan pada beberapa aksi prioritas:
Efisiensi
Resiliensi
Dukungan Komunitas
Analisis Kritis: Kelebihan, Kekurangan, dan Relevansi Global
Kelebihan Framework
Tantangan dan Keterbatasan
Perbandingan dengan Penelitian Lain
Framework ini melengkapi model-model sebelumnya seperti Water Poverty Index (WPI) dan Canadian Water Sustainability Index (CWSI) yang lebih fokus pada aspek makro atau kota. SAFE-Comm dan SENSE-Comm menonjol karena mengintegrasikan dimensi dukungan komunitas dan menawarkan strategi peningkatan, bukan sekadar penilaian.
Studi Kasus Global dan Tren Industri
Implikasi Kebijakan dan Rekomendasi untuk Indonesia
Framework ini sangat relevan untuk diterapkan di Indonesia, terutama di desa, kelurahan, atau kawasan pinggiran kota yang sering mengalami krisis air. Pemerintah daerah dapat mengadopsi SAFE-Comm dan SENSE-Comm untuk:
Menuju Komunitas Mandiri dan Tangguh Air
Paper ini memberikan kontribusi nyata dalam pengelolaan air komunitas dengan menawarkan alat ukur dan strategi peningkatan yang adaptif, mudah diimplementasikan, dan berorientasi pada aksi nyata. Dengan menyeimbangkan aspek efisiensi, resiliensi, dan dukungan komunitas, framework ini dapat membantu komunitas di seluruh dunia—termasuk Indonesia—untuk membangun sistem air yang berkelanjutan, tangguh, dan inklusif.
Keberhasilan framework ini sangat bergantung pada komitmen bersama, keterbukaan data, dan keberanian untuk berubah. Jika diadopsi secara luas, SAFE-Comm dan SENSE-Comm dapat menjadi standar baru dalam pengelolaan air komunitas yang berkelanjutan.
Sumber Artikel
Bhatta, R., Loc, H.H., Babel, M.S., & Chapagain, K. (2024). Assessment and enhancement of community water supply system sustainability: A dual framework approach. Environmental and Sustainability Indicators, 24, 100486.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 17 Juni 2025
Krisis Air dan Peran Kunci Sektor Swasta
Air adalah sumber daya vital yang kini menghadapi tekanan besar akibat pertumbuhan populasi, perubahan iklim, dan infrastruktur yang menua. Paper “Mapping a Sustainable Water Future” yang dipimpin oleh Pamela A. Green dan timnya mengangkat isu penting bagaimana sektor swasta dapat menjadi solusi inovatif untuk mengatasi tantangan keamanan air global, terutama di tengah keterbatasan pendanaan publik yang signifikan. Studi ini menawarkan kerangka analisis spasial pertama yang menggabungkan kebutuhan investasi air dengan kapasitas lingkungan sosial dan tata kelola di berbagai negara, untuk mengidentifikasi wilayah dengan peluang investasi sektor swasta terbaik.
Metodologi: Indeks Kebutuhan Investasi Air dan Peluang Sektor Swasta
Penelitian ini mengembangkan dua indeks utama:
Metode ini memungkinkan pemetaan wilayah yang tidak hanya membutuhkan investasi air, tetapi juga memiliki kapasitas untuk mendukung dan mengembangkan solusi bisnis berkelanjutan.
Distribusi Kebutuhan dan Peluang Investasi Air Global
1. Kebutuhan Investasi Air Tertinggi di Negara Berkembang
2. Peluang Investasi Sektor Swasta Terbesar di Negara Berkembang dengan Lingkungan Mendukung
3. Kategori Tantangan Air dan Contoh Regional
Paper mengelompokkan tantangan air ke dalam empat tema utama yang mempengaruhi peluang investasi:
4. Studi Kasus: Negara dengan Peluang dan Kebutuhan Tertinggi
Diskusi: Keterbatasan, Tantangan, dan Peluang
Keterbatasan Lingkungan Pendukung
Tantangan Pendanaan dan Regulasi
Peluang Inovasi dan Kolaborasi
Nilai Tambah dan Hubungan dengan Tren Global
Mewujudkan Masa Depan Air yang Berkelanjutan Melalui Investasi Sektor Swasta
Paper ini menyajikan kerangka kerja inovatif untuk mengidentifikasi wilayah global dengan kebutuhan investasi air tinggi sekaligus memiliki kapasitas untuk mendukung investasi sektor swasta. Dengan hampir dua pertiga populasi dunia berpotensi mendapat manfaat, terutama di negara berpendapatan menengah, peluang bisnis di sektor air sangat besar dan mendesak.
Namun, keberhasilan investasi ini bergantung pada penguatan lingkungan pendukung, termasuk kebijakan, tata kelola, dan kapasitas inovasi. Pendekatan multisektoral dan kolaboratif antara sektor publik dan swasta menjadi kunci untuk mengatasi tantangan air global dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Referensi Asli
Green, P. A., Vörösmarty, C. J., Koehler, D. A., Brown, C., Rex, W., Rodriguez Osuna, V., Tessler, Z. (2024). Mapping a sustainable water future: Private sector opportunities for global water security and resilience. Global Environmental Change, 88, 102906. Elsevier Ltd.
Sumber Daya Alam
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 17 Juni 2025
Hak Alam dan Pergeseran Paradigma Hukum Lingkungan
Dalam beberapa dekade terakhir, krisis lingkungan global—mulai dari penurunan keanekaragaman hayati hingga degradasi ekosistem—memaksa masyarakat dunia mencari pendekatan baru dalam perlindungan alam. Salah satu inovasi paling radikal adalah pengakuan Rights of Nature (RoN), yaitu pemberian hak hukum kepada entitas alam seperti sungai, hutan, atau ekosistem. Paper karya Viktoria Kahui, Claire W. Armstrong, dan Margrethe Aanesen ini menawarkan analisis komparatif mendalam atas 14 studi kasus RoN di berbagai belahan dunia, menyoroti pola kemunculan, desain, serta tantangan implementasi yang dihadapi gerakan ini1.
Dari Antroposentris ke Ekosentris
Tradisi hukum lingkungan selama ini cenderung antroposentris—alam dilindungi demi kesejahteraan manusia. Namun, RoN menawarkan paradigma ekosentris, di mana alam diakui memiliki nilai intrinsik dan kepentingan hukum tersendiri. Gagasan ini berakar pada pemikiran Indigenous Peoples (misalnya Māori di Selandia Baru) dan diperkuat oleh pemikiran filsuf hukum seperti Christopher Stone yang pada 1972 mengusulkan agar “benda alam” dapat menjadi subjek hukum1.
Sejak Ekuador menjadi negara pertama yang memasukkan RoN dalam konstitusinya pada 2008, inisiatif serupa bermunculan di Bolivia, Amerika Serikat, Meksiko, Selandia Baru, Kolombia, Australia, Kanada, India, Bangladesh, dan Spanyol. Data terbaru menunjukkan hingga 2021 terdapat 409 inisiatif RoN di 39 negara, dengan 80% di antaranya berada di Amerika1.
Analisis Komparatif Deskriptif
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif komparatif untuk menelaah 14 kasus RoN yang dipilih berdasarkan literatur dan signifikansi global. Analisis difokuskan pada dua aspek utama:
Kasus-kasus ini kemudian dikategorikan dalam dua kelompok besar: public guardianship (hak diadvokasi semua warga) dan appointed guardianship (hak diwakili entitas atau individu tertentu, disebut juga Environmental Legal Personhood/ELP, dengan subkategori indirect, direct, dan living ELPs)12.
Temuan Utama: Pola Kemunculan dan Desain RoN
Pola Kemunculan: Perlawanan atas Kegagalan Tata Kelola Konvensional
Sebagian besar kasus RoN muncul sebagai respons terhadap kegagalan tata kelola lingkungan konvensional dalam menghadapi tekanan ekonomi—baik urbanisasi, pertanian, maupun industri. Di hampir semua kasus, peran komunitas lokal dan masyarakat adat sangat menonjol, baik sebagai penggerak utama maupun penjaga nilai-nilai ekosentris. Contoh nyata:
Ragam Desain dan Tantangan Implementasi
Public Guardianship
Appointed Guardianship/ELP
Living ELPs
Analisis Kritis: Keunggulan, Tantangan, dan Perbandingan
Keunggulan RoN
Tantangan dan Kritik
Perbandingan dengan Penelitian Lain
Penelitian ini memperkuat temuan sebelumnya bahwa RoN seringkali lahir dari kegagalan tata kelola konvensional dan didorong oleh advokasi akar rumput serta komunitas adat. Namun, paper ini menambah dimensi baru dengan menyoroti pentingnya detail desain kelembagaan—khususnya soal liability dan mekanisme perwalian—sebagai kunci keberhasilan implementasi RoN12.
Relevansi dengan Tren Global dan Industri
RoN sangat relevan dengan tren global menuju earth system law dan environmental rule of law, serta upaya pencapaian target SDGs terkait keanekaragaman hayati dan tata kelola air. Di sektor industri, RoN menuntut perusahaan untuk mempertimbangkan eksternalitas lingkungan secara lebih serius, bahkan membuka kemungkinan gugatan hukum atas nama entitas alam. Di Indonesia, wacana RoN mulai berkembang, misalnya dalam advokasi perlindungan Sungai Citarum dan Danau Toba, meski belum diakui secara hukum formal.
Studi Kasus Inspiratif: Whanganui River, Selandia Baru
Salah satu model paling sukses adalah pengakuan Whanganui River sebagai entitas hukum di Selandia Baru. Setelah lebih dari 150 tahun konflik antara Māori dan pemerintah kolonial, pada 2017 sungai ini diakui sebagai “legal person” dengan guardian gabungan (perwakilan Māori dan pemerintah). Hak dan kewajiban diatur jelas, didukung advisory group, dan pendanaan dari negara. Model ini menjadi rujukan global karena mampu mengakomodasi nilai adat, memperkuat perlindungan ekosistem, dan meminimalisir konflik liability1.
Implikasi Kebijakan: Rekomendasi untuk Masa Depan
Berdasarkan temuan paper, berikut beberapa rekomendasi untuk pengembangan RoN yang efektif:
Menuju Tata Kelola Alam yang Lebih Adil dan Berkelanjutan
Paper ini menegaskan bahwa Rights of Nature bukan sekadar inovasi hukum, tetapi juga refleksi perubahan nilai dan paradigma dalam hubungan manusia-alam. Keberhasilan RoN sangat ditentukan oleh desain kelembagaan yang jelas, keterlibatan komunitas lokal, dan keberanian politik untuk menempatkan hak alam setara dengan hak manusia dan korporasi. Di tengah ancaman krisis lingkungan global, RoN menawarkan harapan baru untuk tata kelola alam yang lebih adil, berkelanjutan, dan inklusif.
Sumber Artikel
Kahui, V., Armstrong, C.W., & Aanesen, M. (2024). Comparative analysis of Rights of Nature (RoN) case studies worldwide: Features of emergence and design. Ecological Economics, 221, 108193. Available online 6 April 2024. 0921-8009/© 2024 The Authors. Published by Elsevier B.V.
Sumber Daya Air
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 17 Juni 2025
Air sebagai Fondasi Kemajuan Eropa
Di tengah perubahan iklim, pertumbuhan penduduk, urbanisasi, dan tantangan polusi, air bersih dan aman menjadi isu strategis bagi masa depan Eropa. Paper “Quantifying the Impact of the Water Security Index on Socio-Economic Development in EU27” karya Monica Laura Zlati dkk. menghadirkan analisis komprehensif tentang bagaimana indeks keamanan air (water security index, WSI) mempengaruhi pembangunan ekonomi dan sosial di 27 negara Uni Eropa (EU27) selama dua dekade terakhir. Dengan metodologi canggih dan data lintas negara, penelitian ini menawarkan wawasan baru yang sangat relevan dengan kebutuhan kebijakan dan tren global menuju pembangunan berkelanjutan.
Kerangka Teori dan Tinjauan Literatur: Dari Teori ke Praktik
Penelitian ini menggabungkan pendekatan lintas disiplin, mulai dari teori pembangunan berkelanjutan, resource dependency, integrated water resources management, hingga keadilan lingkungan (environmental justice). Literatur sebelumnya menyoroti keunggulan negara-negara Nordik dan Eropa Barat dalam pengelolaan air, sementara kawasan Eropa Timur dan Selatan masih menghadapi tantangan besar terkait polusi, akses air, dan infrastruktur. Namun, penelitian ini melangkah lebih jauh dengan menghubungkan keamanan air, pembangunan ekonomi, dan sosial dalam satu model trilateral yang lebih representatif dan sensitif terhadap dinamika regional.
Model Persamaan Struktural dan Analisis Disparitas
Penelitian ini menggunakan data dari Eurostat dan sumber resmi lain untuk periode 2000–2022. Indikator utama meliputi efisiensi penggunaan air, akses sanitasi dan air minum, ekosistem air, belanja pemerintah untuk perlindungan lingkungan, hingga GDP per kapita. Model yang digunakan adalah structural equation modeling (SEM), yang memetakan hubungan antara tiga variabel laten: Water Security Index (WSI), Economic Development (ED), dan Social Development (SD).
Pengujian statistik dilakukan dengan berbagai indeks validitas, termasuk RMSEA yang selalu berada di bawah 0,08, menandakan model yang sangat fit. Selain itu, disparitas regional diuji dengan Kruskal-Wallis Test, yang mampu mengidentifikasi perbedaan signifikan antar kelompok negara di EU27.
Temuan Utama: Disparitas, Studi Kasus, dan Angka-angka Kunci
Disparitas Keamanan Air di Eropa
Penelitian ini menemukan disparitas tajam dalam keamanan air di seluruh EU27. Negara-negara seperti Irlandia, Denmark, Finlandia, Swedia, Austria, Luksemburg, Latvia, Lituania, dan Slovakia menempati posisi teratas dengan nilai WSI di atas 0,8. Mereka menunjukkan efisiensi pengelolaan air, akses sanitasi dan air minum yang sangat baik, serta investasi lingkungan yang signifikan.
Sebaliknya, negara-negara seperti Prancis, Kroasia, Belgia, Rumania, Italia, Belanda, Bulgaria, Spanyol, dan Yunani berada di kelompok terbawah dengan WSI negatif. Mereka menghadapi tantangan polusi tinggi, akses air bersih yang rendah, dan keterbatasan anggaran lingkungan.
Efisiensi dan Akses Sanitasi
Luxemburg, Irlandia, dan Denmark menjadi contoh sukses efisiensi penggunaan air. Negara-negara ini tidak hanya mengadopsi teknologi mutakhir, tetapi juga menerapkan kebijakan insentif dan edukasi publik yang efektif. Sebagai contoh, Irlandia berhasil meningkatkan efisiensi penggunaan air domestik hingga lebih dari 90% pada tahun 2022, jauh di atas rata-rata EU27.
Di sisi lain, Rumania, Polandia, Lithuania, dan Latvia menghadapi disparitas besar dalam akses sanitasi layak. Rumania, misalnya, pada tahun 2022 hanya mampu menyediakan sanitasi layak bagi 72% penduduknya, dibandingkan rata-rata EU27 yang mencapai 95%. Hal ini menyoroti perlunya intervensi infrastruktur dan kebijakan yang lebih agresif di kawasan Eropa Timur.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, seperti Jerman dan Belanda, harus mengalokasikan anggaran besar untuk menjaga kualitas air. Pada tahun 2022, Jerman menghabiskan lebih dari 1,2% GDP-nya untuk perlindungan lingkungan air, sementara negara-negara di cluster bawah hanya mampu mengalokasikan kurang dari 0,5% GDP. Akibatnya, beban sosial dan ekonomi akibat polusi dan akses air yang buruk menjadi lebih berat di negara-negara dengan kapasitas fiskal terbatas.
Kepadatan penduduk dan tingkat polusi juga menjadi faktor kunci. Belanda, misalnya, meski memiliki GDP per kapita tinggi, harus menghadapi tantangan besar akibat kepadatan penduduk dan polusi pertanian yang tinggi, sehingga biaya pengelolaan air terus meningkat.
Krisis dan Guncangan Eksternal
Penelitian ini juga menyoroti dampak guncangan eksternal seperti Brexit dan pandemi COVID-19. Selama periode 2020–2022, korelasi antara belanja lingkungan dan indeks keamanan air menurun tajam, menandakan kerentanan sistem pengelolaan air terhadap krisis global.
Analisis Kritis dan Perbandingan dengan Penelitian Lain
Model trilateral yang diusulkan penelitian ini menawarkan keunggulan dibandingkan model-model sebelumnya yang hanya fokus pada satu atau dua dimensi. Dengan mengintegrasikan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan secara simultan, model ini memberikan gambaran yang lebih holistik dan relevan dengan kebutuhan kebijakan masa kini.
Namun, kompleksitas model dan kebutuhan data yang sangat detail bisa menjadi tantangan bagi negara-negara dengan kapasitas statistik terbatas. Selain itu, meski model ini sangat cocok untuk konteks Eropa, penerapannya di kawasan lain mungkin memerlukan penyesuaian indikator dan metodologi.
Penelitian ini juga mengonfirmasi temuan sebelumnya bahwa negara-negara Nordik dan Eropa Barat unggul dalam keamanan air, tetapi menambahkan dimensi sosial-ekonomi yang lebih dalam dan memperkuat argumen perlunya kebijakan berbasis data.
Implikasi Kebijakan: Rekomendasi dan Strategi Masa Depan
Penelitian ini menawarkan sejumlah rekomendasi kebijakan yang sangat relevan dengan tren industri dan kebutuhan masa depan Uni Eropa:
Hubungan dengan Tren Global dan Industri
Penelitian ini sangat relevan dengan tren global menuju ekonomi sirkular, di mana pengelolaan air tidak lagi hanya soal suplai, tetapi juga efisiensi, daur ulang, dan inovasi teknologi. Urbanisasi dan migrasi yang pesat di Eropa memperlebar disparitas akses air bersih, sehingga kebijakan berbasis data menjadi semakin penting.
Krisis iklim dan energi juga menempatkan ketahanan air sebagai prioritas utama, terutama untuk mendukung pertumbuhan ekonomi hijau dan pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs).
Kesimpulan: Menuju Keamanan Air yang Berkelanjutan dan Inklusif
Penelitian ini menegaskan bahwa keamanan air adalah fondasi utama pembangunan ekonomi dan sosial di Eropa. Disparitas regional yang tajam menuntut kebijakan yang lebih terintegrasi, inovatif, dan responsif terhadap dinamika lokal maupun global. Model trilateral yang diusulkan memberikan alat analisis yang kuat bagi pembuat kebijakan untuk memetakan prioritas, merancang intervensi, dan memonitor dampak kebijakan secara real-time.
Tantangan utama ke depan adalah harmonisasi data, peningkatan kapasitas institusi, dan adaptasi terhadap guncangan eksternal seperti krisis ekonomi, pandemi, dan perubahan iklim. Nilai tambah penelitian ini terletak pada integrasi dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan secara simultan, serta penekanan pada pentingnya kebijakan berbasis data dan inovasi teknologi untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di sektor air.
Referensi
Quantyfing the impact of the water security index on socio-economic development in EU27
Monica Laura Zlati, Valentin-Marian Antohi, Romeo-Victor Ionescu, Catalina Iticescu, Lucian Puiu Georgescu
Socio-Economic Planning Sciences 93 (2024) 101912
0038-0121/© 2024 The Authors. Published by Elsevier Ltd.
Available online 6 May 2024
Perubahan Iklim
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 16 Juni 2025
Air sebagai Sumber Daya Vital yang Terancam
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan semua aktivitas ekonomi, terutama sektor pertanian yang menyerap sekitar 70% dari total penggunaan air global. Namun, meskipun bumi sebagian besar tertutup air, ketersediaan air tawar yang dapat digunakan sangat terbatas dan semakin terancam oleh perubahan iklim, pertumbuhan populasi, polusi, dan eksploitasi berlebihan. Paper berjudul Water scarcity: A global hindrance to sustainable development and agricultural production – A critical review of the impacts and adaptation strategies oleh Biswas et al. (2025) memberikan tinjauan kritis mengenai dampak kekurangan air secara global, dengan fokus khusus pada sektor pertanian dan perspektif India sebagai negara berkembang yang menghadapi krisis air parah.
Jenis dan Penyebab Kekurangan Air
Jenis Kekurangan Air
Penyebab Utama
Dampak Kekurangan Air pada Pertanian dan Ketahanan Pangan
Strategi Adaptasi dan Manajemen Air dalam Pertanian
Teknik Irigasi Efisien
Praktik Pertanian Berkelanjutan
Teknologi dan Inovasi
Kebijakan dan Manajemen Sumber Daya Air
Analisis Kritis dan Perbandingan dengan Tren Global
Paper ini memberikan gambaran komprehensif yang menggabungkan aspek fisik, sosial, dan ekonomi dari krisis air global, dengan fokus kuat pada sektor pertanian dan negara berkembang seperti India. Pendekatan multidisipliner dan penggunaan data kuantitatif serta studi kasus nyata memperkuat argumen dan relevansi kebijakan.
Namun, tantangan implementasi strategi adaptasi tetap besar, terutama terkait biaya awal teknologi irigasi modern dan kebutuhan pelatihan petani. Selain itu, aspek kelembagaan dan politik air yang kompleks perlu lebih banyak perhatian untuk memastikan keberlanjutan.
Dibandingkan dengan literatur lain, paper ini menegaskan pentingnya integrasi antara inovasi teknologi, kebijakan harga dan pasar air, serta praktik tradisional yang adaptif. Hal ini sejalan dengan tren global dalam pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan inklusif.
Menuju Pertanian Berkelanjutan di Tengah Krisis Air
Krisis air merupakan hambatan utama bagi pembangunan berkelanjutan dan ketahanan pangan global. Dengan meningkatnya tekanan akibat perubahan iklim, pertumbuhan populasi, dan pola konsumsi yang berubah, kebutuhan akan strategi adaptasi yang efektif semakin mendesak.
Paper ini menyajikan berbagai solusi praktis dan inovatif yang dapat diadopsi di berbagai wilayah, khususnya negara berkembang seperti India, untuk mengurangi dampak kekurangan air pada pertanian. Penggabungan teknologi efisien, praktik pertanian berkelanjutan, dan kebijakan yang mendukung akan menjadi kunci keberhasilan.
Upaya terkoordinasi antara pemerintah, peneliti, petani, dan sektor swasta sangat diperlukan untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan ketersediaan air yang cukup bagi generasi sekarang dan mendatang.
Sumber Artikel :
Biswas, A., Sarkar, S., Das, S., Dutta, S., Roy Choudhury, M., Giri, A., Bera, B., Bag, K., Mukherjee, B., Banerjee, K., Gupta, D., & Paul, D. (2025). Water scarcity: A global hindrance to sustainable development and agricultural production – A critical review of the impacts and adaptation strategies. Cambridge Prisms: Water, 3, e4
Perubahan Iklim
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 16 Juni 2025
Air sebagai Kunci Ketahanan Sistem Pangan Global
Perubahan iklim yang semakin nyata membawa tantangan besar terhadap ketersediaan air dan keberlanjutan sistem pangan dunia. Dalam konteks ini, tata kelola air yang efektif menjadi fondasi utama untuk membangun sistem pangan yang tangguh, adil, dan berkelanjutan. Dokumen Water Governance for Climate Resilient Food Systems (September 2021) yang disusun oleh 31 ahli global dari berbagai disiplin ilmu dan institusi internasional, mengangkat urgensi menempatkan air sebagai pusat perhatian dalam transformasi sistem pangan menghadapi masa depan iklim yang tidak pasti.
Resensi ini akan menguraikan secara komprehensif tantangan, prinsip tata kelola air yang direkomendasikan, studi kasus dan angka penting dari dokumen, serta analisis kritis dan relevansi dengan tren global dan industri.
Tantangan Tata Kelola Air dalam Sistem Pangan di Era Perubahan Iklim
Dokumen ini menegaskan bahwa meskipun produksi pangan global meningkat dan berhasil menekan harga pangan, krisis iklim dan ketidakpastian siklus air mengancam keberlanjutan sistem pangan. Beberapa tantangan utama yang dihadapi adalah:
Pandemi COVID-19 juga memperparah krisis pangan dan memperlihatkan kerentanan sistem pangan global terhadap gangguan eksternal.
Enam Prinsip Tata Kelola Air untuk Sistem Pangan Tangguh
Dokumen ini mengajukan enam atribut kunci yang harus diadopsi dalam tata kelola air untuk membangun sistem pangan yang tahan iklim:
Studi Kasus dan Data Penting
Analisis Kritis dan Perbandingan dengan Tren Global
Pendekatan tata kelola air yang diusulkan menekankan pentingnya mengatasi kompleksitas sosial-ekologis dan menghindari solusi satu dimensi seperti peningkatan efisiensi irigasi yang sering gagal ketika diterapkan secara luas. Konsep polisentris dan partisipatif sejalan dengan tren global dalam pengelolaan sumber daya bersama yang inklusif dan adaptif.
Namun, tantangan nyata tetap ada dalam hal pendanaan, kapasitas institusi, dan resistensi politik terhadap reformasi tata kelola air. Inovasi teknologi dan insentif ekonomi harus dipadukan dengan penguatan kelembagaan dan pemberdayaan komunitas lokal agar efektif.
Selain itu, integrasi solusi tradisional dan modern menjadi penting agar tata kelola air tidak hanya berfokus pada teknologi tinggi, tetapi juga menghargai kearifan lokal dan praktik berkelanjutan yang telah terbukti.
Rekomendasi Kebijakan dan Implikasi Praktis
Dokumen Water Governance for Climate Resilient Food Systems menegaskan bahwa air adalah bahasa perubahan iklim dan pusat dari ketahanan sistem pangan masa depan. Dengan mengadopsi tata kelola air yang kompleks, inklusif, inovatif, dan berorientasi jangka panjang, kita dapat membangun sistem pangan yang tidak hanya produktif dan efisien, tetapi juga adil dan berkelanjutan.
Transformasi ini membutuhkan komitmen kuat dari semua pemangku kepentingan, terutama perempuan, pemuda, dan komunitas lokal yang paling terdampak. Hanya dengan pendekatan holistik dan kolaboratif, kita dapat menghadapi tantangan air dan pangan di era perubahan iklim yang penuh ketidakpastian.
Sumber Artikel :
Water Governance for Climate Resilient Food Systems, September 2021, Statement by 31 global practitioners and researchers, United Nations Food Systems Summit 2021.