Teknik Lingkungan
Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 31 Juli 2025
Anda bilang:
biomedicines-11-02752 (NXPowerLite Copy).pdf
Google Drive
Judul:
Tulis resensi sepanjang 1.500–2.000 kata berdasarkan paper berikut dengan pendekatan konseptual dan reflektif, menyoroti kontribusi ilmiah, kerangka teori, dan narasi argumentatif dari penulis, tanpa menyertakan referensi luar.
Instruksi:
1. Parafrase seluruh bagian isi paper dan tambahkan interpretasi mendalam tentang konsep dan teori yang digunakan.
2. Soroti angka atau hasil studi dari paper lalu refleksikan maknanya secara teoritis.
3. Gunakan struktur SEO-friendly: judul kuat, subjudul H2/H3, dan daftar poin untuk menjelaskan argumen utama.
4. Tambahkan opini atau kritik terhadap pendekatan metodologi dan logika berpikir penulis.
5. Jangan memasukkan sumber tambahan. Semua informasi harus berasal dari paper.
6. Akhiri dengan pernyataan mengenai potensi atau implikasi temuan secara ilmiah.
7. Sertakan link resmi paper (DOI/jurnal).
ChatGPT bilang:
Terima kasih! Berikut adalah resensi konseptual dan reflektif sepanjang 1.500–2.000 kata berdasarkan paper:
“Quality by Design (QbD) and Design of Experiments (DOE) as a Strategy for Tuning Lipid Nanoparticle Formulations for RNA Delivery”
Gurba-Bryśkiewicz et al., Biomedicines, 2023, 11, 2752
👉 DOI Link
Optimalisasi Formulasi Lipid Nanopartikel untuk Penghantaran RNA: Tinjauan Konseptual dan Reflektif atas Pendekatan QbD dan DOE
Pendahuluan: Menuju Formulasi RNA yang Lebih Efisien
Perkembangan teknologi nano telah merevolusi dunia farmasi, khususnya dalam pengembangan sistem penghantaran RNA. Lipid nanopartikel (LNP) menjadi medium utama dalam memfasilitasi masuknya molekul RNA ke dalam sel target. Paper ini mengusung satu benang merah yang kuat—bahwa keberhasilan sistem penghantaran RNA sangat tergantung pada ketepatan desain formulasi dan kontrol terhadap parameter kritikal selama proses produksi.
Penulis mengusulkan bahwa Quality by Design (QbD) dan Design of Experiments (DOE) bukan sekadar alat bantu statistik, melainkan pendekatan sistematik dan filosofis yang dapat mengarahkan formulasi LNP ke titik optimal dalam kualitas, efisiensi, dan reprodusibilitas.
Kerangka Teoretis: Mengartikulasikan QbD sebagai Paradigma Baru
QbD: Lebih dari Sekadar Kepatuhan Regulasi
Penulis mengacu pada panduan ICH Q8 hingga Q11 untuk mendefinisikan QbD sebagai pendekatan pengembangan produk yang berbasis pada pemahaman proses, tujuan kualitas yang telah ditentukan, serta penerapan prinsip ilmiah dan manajemen risiko. Konsep kunci dari QbD mencakup:
Quality Target Product Profile (QTPP): Menentukan karakteristik produk akhir seperti bentuk sediaan, dosis, stabilitas, dan efektivitas klinis.
Critical Quality Attributes (CQAs): Parameter output seperti ukuran partikel, efisiensi enkapsulasi, dan potensi zeta.
Critical Process Parameters (CPPs): Faktor proses seperti suhu, waktu sonikasi, rasio bahan, yang dapat mempengaruhi CQAs.
Critical Material Attributes (CMAs): Ciri-ciri dari bahan awal yang berpengaruh pada proses dan produk akhir.
Melalui risk assessment dan desain ruang proses (design space), pengembang dapat mengidentifikasi interaksi antara parameter, memprediksi potensi deviasi, dan merancang strategi kontrol yang berkelanjutan.
DOE: Dari Eksperimen Acak ke Optimasi Berbasis Data
DOE digunakan untuk mengevaluasi efek simultan dari berbagai faktor terhadap output formulasi. Penulis menunjukkan bahwa pendekatan statistik konvensional seperti ANOVA dan regresi kini mulai digantikan oleh metode canggih seperti machine learning, tanpa mengesampingkan pentingnya validasi eksperimental.
Kualitas Produksi
Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 31 Juli 2025
Pendahuluan: Meningkatkan Akurasi Analitik dalam Dunia Farmasi Modern
Dalam dunia farmasi yang kian kompleks dan teregulasi, kebutuhan akan metode analitik yang sensitif, akurat, dan dapat direproduksi sangat mendesak. Paper ini menyajikan pengembangan dan validasi metode Reverse Phase-High Performance Liquid Chromatography (RP-HPLC) untuk analisis Tenofovir Disoproxil Fumarate (TDF), sebuah antiretroviral penting dalam terapi HIV, menggunakan pendekatan Quality by Design (QbD).
Alih-alih mengandalkan metode konvensional yang bergantung pada trial-and-error, pendekatan ini menggunakan desain eksperimental sistematis yang memungkinkan pemahaman mendalam terhadap interaksi antara variabel-variabel kritis metode.
Kerangka Teori: QbD dalam Konteks Metode Analitik
QbD, yang diperkenalkan oleh Joseph M. Juran dan kemudian diadopsi oleh FDA melalui ICH Q8–Q10, merupakan strategi sistematik dalam pengembangan farmasi berbasis:
Tujuan yang telah ditentukan (QTPP)
Identifikasi atribut kritis (CQA)
Evaluasi risiko berbasis sains
Pemahaman menyeluruh terhadap proses
Dalam konteks metode analitik, QbD menekankan pengendalian parameter metode seperti pH, komposisi fase gerak, dan laju alir, untuk menjamin kualitas data secara konsisten seiring waktu.
Tujuan Penelitian
Mengembangkan metode RP-HPLC yang cepat dan sensitif untuk TDF berbasis QbD.
Memvalidasi metode sesuai pedoman ICH dengan menyoroti linearitas, presisi, akurasi, LOD, LOQ, robusta, dan ruggedness.
Metodologi: Strategi QbD dan Implementasinya
Pemilihan Variabel Kritis
Dua parameter utama dianalisis:
Laju Alir (A): 0.5–1.0 ml/menit
Komposisi Fase Gerak (B): Acetonitrile:Air 60:80 (%v/v)
Dengan Central Composite Design (CCD) berbasis regresi kuadratik:
𝑌
=
𝛽
0
+
𝛽
1
𝐴
+
𝛽
2
𝐵
+
𝛽
12
𝐴
𝐵
+
𝛽
11
𝐴
2
+
𝛽
22
𝐵
2
Y=β
0
+β
1
A+β
2
B+β
12
AB+β
11
A
2
+β
22
B
2
Y = respon (waktu retensi, luas puncak, asimetri puncak)
Kondisi Optimal yang Diperoleh
Kolom: C-18
Laju Alir: 0.66 ml/menit
Fase Gerak: Acetonitrile:Air (67.1:32.1)
Waktu Retensi: 4.34 menit
Panjang Gelombang: 260 nm
Volume Injeksi: 20 µl
Analisis Data dan Hasil
1. Linieritas
Kisaran konsentrasi: 5–35 µg/ml
Koefisien korelasi: R² = 0.9917
Model ini menunjukkan hubungan linier kuat antara konsentrasi TDF dan luas puncak kromatogram.
📌 Refleksi: Nilai R² yang tinggi memperkuat bahwa metode ini dapat digunakan untuk kuantifikasi TDF pada berbagai kadar secara presisi, suatu keunggulan penting dalam uji stabilitas maupun kadar.
2. Presisi
Intra-day RSD: 0.28%
Inter-day RSD: 0.43%
Repeatability RSD: 0.21%
📌 Refleksi: Nilai RSD < 2% menunjukkan presisi sangat tinggi, memberikan keyakinan pada konsistensi hasil di laboratorium dengan berbagai kondisi operator atau waktu.
3. Akurasi (Recovery)
80% level: 100.49%
100% level: 100.26%
120% level: 100.01%
📌 Refleksi: Tingkat pemulihan mendekati 100% pada seluruh level pengujian menegaskan bahwa metode ini tidak bias dan dapat digunakan untuk formulasi kompleks.
4. Batas Deteksi (LOD) dan Kuantifikasi (LOQ)
LOD: 0.93 µg/ml
LOQ: 2.83 µg/ml
📌 Refleksi: LOD dan LOQ rendah menjadikan metode ini sensitif, memungkinkan deteksi TDF bahkan dalam sampel dengan kadar sangat rendah.
5. Robustness dan Ruggedness
Robustness diuji dengan variasi:
Laju alir: 0.65–0.67 ml/menit
Komposisi fase gerak: 62.1%–72.1% ACN
Ruggedness diuji lintas:
Analis: Dua orang
Hari: Dua hari berturut
Semua nilai %RSD < 1%
📌 Refleksi: Stabilitas metode terhadap gangguan minor ini penting dalam lingkungan industri yang melibatkan banyak teknisi dan shift kerja.
6. Uji Kelayakan Sistem
Tailing factor < 2
Jumlah plate teoretik > 2000
%RSD injeksi berulang < 2
📌 Refleksi: Sistem HPLC yang memenuhi kriteria ini menjamin performa metode tetap optimal secara berkelanjutan.
7. Assay
Label Claim: 300 mg
Assay hasil: 90%
📌 Refleksi: Hasil sedikit lebih rendah dari label menunjukkan pentingnya validasi batch dan koreksi formulasi jika terjadi deviasi kadar.
Opini dan Kritik Terhadap Metodologi Penulis
Kekuatan Pendekatan
Sistematis dan hemat waktu: Pendekatan desain eksperimental QbD terbukti lebih efisien dibanding trial konvensional.
Akurasi tinggi: Semua parameter validasi terpenuhi atau melebihi batas regulator.
QbD sebagai kerangka ilmiah memungkinkan replikasi dan perbaikan metode bila terjadi gangguan di masa depan.
Catatan Kritis
Sampel hanya dari satu sumber (Lupin Pharma) — Variasi interproduk belum diuji.
Tidak disertakan evaluasi statistik terhadap interferensi eksipien atau potensi matriks kompleks.
Tidak ada simulasi kondisi stres (forced degradation), yang biasanya menjadi bagian dari validasi analitik menyeluruh.
Implikasi Ilmiah dan Arah Pengembangan
Paper ini tidak hanya memvalidasi metode RP-HPLC untuk TDF, tetapi juga membuktikan superioritas pendekatan QbD dalam mengembangkan metode analitik farmasi yang efisien, andal, dan berorientasi masa depan.
Dalam jangka panjang, pendekatan ini berpotensi:
Mengurangi biaya pengembangan metode,
Mempercepat waktu menuju pasar bagi obat generik,
Meningkatkan akurasi kontrol mutu di lingkungan regulasi yang semakin ketat.
Komunikasi dan Informatika
Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 31 Juli 2025
Resensi Konseptual dan Reflektif: Optimalisasi Formulasi Suspensi Azitromisin dengan Pendekatan Quality by Design (QbD)
Meta Deskripsi:
Formulasi suspensi azitromisin dengan QbD meningkatkan kestabilan dan efektivitasnya dibanding produk pasaran, ideal untuk produksi skala besar.
Keyword:
Quality by Design, Azithromycin Suspension, CCD, QbD Formulation, Pharmaceutical Optimization, Drug Development, Viscosity Control, Pediatric Antibiotic
Pendahuluan: Tantangan Formulasi Azitromisin dan Pentingnya QbD
Azithromycin, antibiotik makrolida yang digunakan secara luas untuk mengatasi infeksi saluran pernapasan dan infeksi lainnya, menghadapi tantangan besar dalam hal kelarutan dan penerimaan pasien, terutama anak-anak. Bentuk sediaan oral seperti tablet sering kali menimbulkan ketidaknyamanan akibat rasa pahit. Oleh karena itu, pengembangan suspensi oral rekonstitusi menjadi solusi ideal, terutama jika didukung oleh pendekatan Quality by Design (QbD).
QbD memungkinkan pengembangan sistematis, dengan mendefinisikan atribut mutu kritis (CQA), parameter proses kritis (CPP), dan profil mutu produk target (QTPP). Dalam studi ini, formulasi suspensi azitromisin dikembangkan menggunakan pendekatan QbD berbasis Central Composite Design (CCD), mengoptimalkan peran Xanthan Gum (XG) dan Hydroxypropyl Cellulose (HPC).
Kerangka Teoretis: Quality by Design dan Central Composite Design
QbD sebagai Paradigma Mutakhir dalam Pengembangan Obat
QbD bukan sekadar strategi formulasi, melainkan kerangka berpikir holistik yang memulai dari tujuan akhir—produk berkualitas tinggi—dengan pemahaman mendalam terhadap hubungan antara variabel proses dan mutu produk. Mengikuti panduan ICH Q8–Q10, pendekatan ini mencakup elemen-elemen utama:
QTPP (Quality Target Product Profile)
CQA (Critical Quality Attributes)
CPP (Critical Process Parameters)
CMA (Critical Material Attributes)
Strategi Pengendalian Proses
Central Composite Design: Eksplorasi Multivariat
CCD digunakan sebagai pendekatan desain eksperimen yang menilai efek interaksi XG dan HPC terhadap viskositas dan volume pemisahan fase. Formulasi diuji pada tiga tingkat konsentrasi bahan, dan hasilnya dianalisis dengan model kuadratik.
Metodologi: Dari Eksipien hingga Evaluasi Stabilitas
Formulasi dan Komposisi
Formulasi terdiri dari bahan aktif azitromisin dihidrat dan berbagai eksipien seperti laktosa, sukrosa, XG, HPC, serta bahan tambahan seperti sucralose dan menthol untuk peningkatan palatabilitas.
Desain Eksperimen dan Variabel
Variabel bebas (X1, X2): Konsentrasi XG dan HPC
Respon (Y1, Y2): Viskositas dan volume pemisahan fase
Rentang pengujian: XG (0.1–0.5%), HPC (2–6%)
Jumlah batch uji: 13 variasi
Evaluasi Parameter Fisik dan Kimia
Spektroskopi FTIR: Menunjukkan tidak ada interaksi kimia antara obat dan eksipien
pH Suspensi: Stabil pada kisaran 8.51–8.67
Assay: 99–105%, dalam batas spesifikasi ±10%
Dissolusi: 87–97% dalam 45 menit
Analisis Statistik dan Hasil Eksperimen
Model Kuadratik dan Signifikansi Statistik
Model regresi untuk viskositas:
Viskositas = 1.24 + 0.33A + 0.95B + 0.20AB - 0.064A² + 0.46*B²
R² = 0.9886, F-value = 121.55, Adeq Precision = 34.123
Model regresi untuk pemisahan fase:
Pemisahan = 2.40 – 1.35A – 3.71B – 2.50AB + 5.43A² + 4.42*B²
R² = 0.8985, F-value = 12.39, Adeq Precision = 8.010
Interpretasi:
Efek XG terhadap viskositas jauh lebih dominan daripada HPC.
Untuk pemisahan fase, interaksi HPC dan XG mempengaruhi kestabilan sedimen secara kompleks.
Model kuadratik mampu memprediksi perilaku sistem dengan akurasi tinggi.
Respon Permukaan: Visualisasi Interaksi Variabel
Plot 3D viskositas menunjukkan kenaikan konsentrasi XG secara linier meningkatkan viskositas.
Plot pemisahan fase menunjukkan bahwa terlalu tinggi atau rendahnya HPC dapat memperburuk kestabilan suspensi.
Kritik dan Refleksi: Kekuatan dan Kelemahan Pendekatan
Kekuatan
Pendekatan QbD terbukti menghasilkan produk yang setara atau lebih baik dibanding produk komersial (Zithromax).
Penggunaan DoE menghemat sumber daya dengan mengidentifikasi variabel signifikan secara efisien.
Validasi model melalui ANOVA meningkatkan kepercayaan dalam prediksi formulasi optimal.
Kelemahan dan Saran
Perbedaan yang cukup besar antara Predicted R² (0.2911) dan Adjusted R² (0.8259) untuk model pemisahan fase menunjukkan kemungkinan adanya blok efek atau noise tidak terkendali.
Tidak dilakukan uji organoleptik secara kuantitatif terhadap anak-anak sebagai target pasien.
Pendekatan sensorik rasa masih kualitatif, padahal peran taste masking sangat penting untuk pediatric compliance.
Perbandingan dengan Produk Komersial
Parameter Zithromax (Pfizer) Formulasi Optimal
Assay (%) 103.5 101
Dissolution (%) 103 94
Viscosity (cP) 2.45 1.25
Phase Separation Tidak ada 2 ml
pH 7.89 8.51
Interpretasi: Produk baru ini menunjukkan performa analitik yang mendekati, meskipun stabilitas fisiknya sedikit di bawah produk Pfizer dalam parameter pemisahan fase.
Implikasi Ilmiah dan Potensi Ke Depan
Penggunaan QbD dalam formulasi azitromisin menandai langkah maju dalam sistem pengembangan farmasi yang terkontrol dan terukur. Pendekatan ini dapat direplikasi untuk antibiotik lain yang menghadapi tantangan serupa, termasuk klindamisin atau klaritromisin.
Optimisasi yang diperoleh juga membuka jalan bagi produksi massal yang lebih ekonomis dan berkualitas, terutama dalam menghadapi kebutuhan pediatrik yang sensitif terhadap rasa dan bentuk sediaan.
remaining useful life prediction
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 30 Juli 2025
Menjawab Tantangan Pemeliharaan di Era Industri 4.0
Di tengah pesatnya perkembangan digitalisasi dan otomatisasi industri, perusahaan manufaktur menghadapi tekanan yang semakin tinggi untuk meningkatkan efisiensi operasional tanpa mengorbankan kualitas atau keamanan. Salah satu tantangan utama dalam konteks ini adalah manajemen pemeliharaan peralatan. Pendekatan tradisional seperti preventive maintenance (pemeliharaan berkala) telah banyak digunakan, namun memiliki kelemahan mendasar: tidak fleksibel terhadap perubahan kondisi aktual mesin.
Sebagai solusi, pendekatan Predictive Maintenance (PdM) hadir sebagai paradigma baru. PdM memungkinkan pemeliharaan dilakukan hanya ketika dibutuhkan, berdasarkan prediksi dari kondisi nyata mesin. Dalam paper berjudul “A Study of Machine Learning for Predictive Maintenance”, Kåre H. Lærum menyajikan eksplorasi mendalam mengenai bagaimana Machine Learning (ML) dapat menjadi tulang punggung dari strategi PdM yang modern, khususnya melalui pendekatan supervised learning dan implementasi Neural Networks (NN). Paper ini tidak hanya menjelaskan teori, tetapi juga membimbing pembaca secara teknis hingga ke level pemrograman.
🧠 Apa Itu Predictive Maintenance dan Mengapa Penting?
Predictive Maintenance adalah pendekatan pemeliharaan berbasis data. Daripada melakukan perawatan secara rutin (yang kadang tidak perlu) atau menunggu hingga mesin benar-benar rusak, PdM memanfaatkan sensor dan data analitik untuk memperkirakan kapan kegagalan akan terjadi. Dengan begitu, kerusakan bisa dicegah dengan lebih akurat dan efisien.
Dalam paper ini, Lærum merangkum sejumlah manfaat PdM:
Namun, seperti yang dijelaskan penulis, implementasi PdM bukan perkara mudah. Banyak perusahaan masih kesulitan dalam menangani volume dan kompleksitas data sensor. Di sinilah Machine Learning masuk.
📊 Machine Learning: Otak Cerdas di Balik PdM Modern
Apa itu Machine Learning?
Machine Learning adalah metode pemrograman di mana komputer belajar dari data. Bukan hanya menjalankan instruksi, ML memungkinkan mesin mengenali pola dan membuat prediksi sendiri. Dalam konteks PdM, ML digunakan untuk mengenali tanda-tanda kerusakan mesin sejak dini berdasarkan data sensor historis.
Kåre H. Lærum membagi ML ke dalam tiga jenis utama:
Namun, fokus utama paper ini adalah pada supervised learning, terutama untuk masalah regresi, yaitu memprediksi nilai numerik berupa Remaining Useful Life (RUL) dari mesin.
🔍 Dataset NASA dan Tantangan RUL: Studi Kasus Realistis
Untuk membuktikan penerapan nyata ML dalam PdM, Lærum menggunakan dataset dari NASA Turbofan Engine Degradation Simulation. Dataset ini berisi data sensor dari banyak mesin jet yang beroperasi hingga gagal. Dengan data ini, targetnya adalah memprediksi berapa siklus lagi mesin akan bertahan sebelum rusak—itulah yang disebut dengan Remaining Useful Life (RUL).
Tahapan penting dalam pengolahan data meliputi:
Pemrosesan ini menjadi landasan penting sebelum model Machine Learning dibangun.
⚙️ Membangun Model ML: Dari Nol hingga Framework Modern
Lærum menyajikan dua pendekatan berbeda untuk membangun model prediktif:
Model 1 – Manual Neural Network
Model ini dibangun dari nol menggunakan Python, NumPy, dan Pandas. Tujuannya bukan untuk efisiensi, tapi untuk memahami secara mendalam bagaimana Neural Network bekerja.
Langkah-langkahnya meliputi:
Model ini bekerja cukup baik untuk prediksi RUL, namun memerlukan usaha besar dalam debugging dan tuning hyperparameter.
Model 2 – Keras Framework
Pendekatan kedua menggunakan Keras, sebuah high-level API untuk Neural Network. Dengan Keras, model serupa bisa dibangun hanya dalam beberapa baris kode.
Keuntungan menggunakan Keras:
🔄 Transfer Learning: Efisiensi Lebih Tinggi dalam Dunia Nyata
Paper ini juga menyoroti potensi Transfer Learning (TL). TL memungkinkan model yang sudah dilatih di satu domain (misalnya motor A) digunakan untuk domain lain (motor B) yang serupa, tanpa harus melatih dari nol.
Manfaat TL dalam industri:
Namun, tantangan utama dari TL adalah risiko negative transfer, di mana pengetahuan dari domain A justru memperburuk performa di domain B. Untuk menghindarinya, perlu ada metrik yang bisa mengukur kesamaan antar domain sebelum proses transfer dilakukan.
💬 Interpretasi Hasil dan Dampaknya di Dunia Nyata
Model yang dibangun berhasil menghasilkan prediksi RUL dengan cukup akurat, khususnya dalam pendekatan Keras. Penurunan nilai mean squared error (MSE) menunjukkan bahwa model belajar dengan baik dari data training.
Dalam konteks industri, hal ini berarti:
Namun, ada pula keterbatasan:
🧭 Opini dan Kritik Konstruktif
Secara keseluruhan, paper ini sangat solid dari sisi struktur, cakupan, dan tujuan. Namun ada beberapa hal yang layak dikembangkan lebih lanjut:
Yang Sudah Baik:
Yang Bisa Ditingkatkan:
🏁 Kesimpulan: Panduan Komprehensif untuk Praktisi dan Mahasiswa
Kåre H. Lærum melalui paper ini berhasil menyajikan sebuah “starter kit” bagi siapa pun yang ingin memahami dan mengimplementasikan Machine Learning untuk Predictive Maintenance. Dengan contoh nyata, kode aktual, dan pembahasan teori yang memadai, pembaca tidak hanya belajar “apa itu ML”, tetapi juga “bagaimana cara membuatnya bekerja dalam konteks nyata”.
Dari sisi aplikasi industri, paper ini membuka peluang besar bagi perusahaan manufaktur, energi, pertambangan, dan transportasi untuk mengadopsi PdM berbasis ML, terutama di era di mana data sensor semakin melimpah.
Bagi mahasiswa, paper ini adalah jembatan sempurna dari teori ke praktik. Dan bagi insinyur, ini bisa menjadi cetak biru untuk membangun sistem PdM generasi berikutnya.
📌 Referensi Resmi Paper
Transformasi Digital
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 30 Juli 2025
Prediktif Maintenance dan Industri 4.0
Dalam era Industri 4.0, efisiensi operasional menjadi titik tekan utama dalam dunia manufaktur dan otomotif. Industri modern tidak hanya dituntut untuk meningkatkan produktivitas, tetapi juga untuk memastikan keberlanjutan dan reliabilitas sistem secara keseluruhan. Dalam konteks ini, Predictive Maintenance (PdM) memainkan peran sentral sebagai strategi pemeliharaan yang berbasis data dan proaktif. Disertasi Chong Chen dari Cardiff University tahun 2020, berjudul "Deep Learning for Automobile Predictive Maintenance under Industry 4.0", menyajikan pendekatan sistematis berbasis deep learning untuk menyelesaikan tantangan nyata dalam PdM otomotif. Fokus utamanya adalah integrasi multi-sumber data dan pembelajaran mesin mendalam untuk membangun model prediksi Time-Between-Failure (TBF) kendaraan, dengan tujuan meningkatkan uptime aset dan efisiensi operasional secara keseluruhan.
Rangka Kerja 5-Layer untuk PdM Otomotif: Sebuah Fondasi Modern
Chen menyusun sebuah framework lima lapisan untuk implementasi PdM dalam konteks otomotif yang mencerminkan pendekatan menyeluruh mulai dari pengumpulan data hingga keputusan akhir pemeliharaan:
Rangka kerja ini menekankan pentingnya kolaborasi antar sistem digital dalam menciptakan proses yang otomatis, transparan, dan responsif. Hal ini menunjukkan kesiapan pendekatan ini untuk diterapkan dalam sistem fleet management skala besar.
Cox Proportional Hazard Deep Learning (CoxPHDL): Model Inovatif untuk TBF
Salah satu kontribusi utama dalam disertasi ini adalah pengembangan model prediktif yang disebut CoxPHDL. Model ini menggabungkan tiga teknik inti:
Hasil eksperimen yang dilakukan menunjukkan bahwa CoxPHDL berhasil meningkatkan performa prediksi dibandingkan algoritma tradisional. Misalnya, model dengan autoencoder mencatat peningkatan nilai MCC (Matthews Correlation Coefficient) dibandingkan model dengan one-hot encoding, menunjukkan keunggulan representasi fitur yang lebih informatif. Dalam pengujian terhadap dataset realistik, model ini mencatat akurasi prediksi tinggi dengan nilai RMSE (Root Mean Square Error) yang lebih rendah secara signifikan.
Model ini secara praktis bisa digunakan oleh perusahaan fleet management yang tidak memiliki sistem sensor canggih, tetapi memiliki catatan perawatan historis. Dengan kemampuan menangani data tidak lengkap, model ini sangat ideal untuk aplikasi dunia nyata di mana data jarang sekali sempurna.
DLeSSL: Mengatasi Tantangan Data Label Terbatas
Deep learning dikenal sebagai algoritma yang haus akan data berlabel. Namun dalam kenyataannya, pengumpulan data berlabel sangat mahal dan memakan waktu. Untuk mengatasi hal ini, Chen mengembangkan metode Deep Learning embedded Semi-Supervised Learning (DLeSSL). Pendekatan ini bertujuan untuk memaksimalkan manfaat data tak berlabel (unlabeled data) yang tersedia dalam jumlah besar.
DLeSSL bekerja dengan mengadopsi prinsip label propagation, namun mengintegrasikan jaringan deep learning untuk memperkuat akurasi estimasi label. Proses ini memungkinkan data tak berlabel digunakan secara efektif dalam pelatihan model prediktif. Dalam eksperimen, model berbasis DLeSSL menunjukkan performa yang konsisten lebih tinggi dibanding pendekatan semi-supervised tradisional maupun model supervised yang hanya dilatih pada subset kecil data berlabel.
Penelitian ini menyertakan analisis dampak jumlah data berlabel terhadap performa model, yang menunjukkan bahwa DLeSSL sangat cocok digunakan ketika jumlah label sangat terbatas. Untuk industri seperti layanan kendaraan daring, startup transportasi, dan bengkel digital, pendekatan ini bisa mengurangi beban biaya labeling secara drastis.
Merged-LSTM (M-LSTM) dan GIS: Memasukkan Konteks Lingkungan ke Dalam Prediksi
Kebaruan lain dalam disertasi ini adalah pemanfaatan data Geographical Information System (GIS) seperti cuaca, lalu lintas, dan medan jalan dalam prediksi TBF kendaraan. Hal ini masuk akal karena kondisi lingkungan secara langsung memengaruhi beban kerja kendaraan.
Untuk menyatukan data heterogen ini, Chen merancang arsitektur deep learning baru yang disebut Merged-LSTM (M-LSTM). Arsitektur ini dirancang untuk mengolah dan mengintegrasikan berbagai jenis data sekuensial dan spasial secara simultan. Dengan memanfaatkan GIS dan data historis bengkel, model ini mampu memahami dampak faktor eksternal terhadap kerusakan kendaraan.
Eksperimen membuktikan bahwa penggabungan GIS meningkatkan akurasi prediksi. Misalnya, kendaraan yang sering beroperasi di area berbukit atau cuaca ekstrem memiliki pola TBF yang berbeda, dan hal ini bisa dikenali oleh M-LSTM. Model ini terbukti mampu menghasilkan nilai MCC lebih tinggi dan RMSE lebih rendah dibanding pendekatan tanpa GIS.
Kritik dan Refleksi: Potensi, Keterbatasan, dan Relevansi Industri
Disertasi ini membawa kontribusi penting dalam menjembatani kesenjangan antara teori deep learning dan penerapannya dalam dunia nyata otomotif. Namun, beberapa catatan penting perlu disorot:
Kelebihan:
Keterbatasan:
Meski demikian, pendekatan ini membuka potensi besar untuk adopsi PdM yang lebih luas, khususnya pada organisasi kecil hingga menengah.
Implikasi Praktis dan Aplikasi Dunia Nyata
Beberapa skenario aplikasi nyata dari hasil penelitian ini antara lain:
Dalam konteks sustainability, PdM yang akurat juga membantu mengurangi limbah suku cadang dan konsumsi energi akibat over-maintenance. Hal ini selaras dengan prinsip ekonomi sirkular yang semakin relevan di masa depan.
Kesimpulan: Masa Depan Prediktif Maintenance di Tangan AI
Disertasi Chong Chen menjadi bukti nyata bahwa pendekatan data-driven yang kuat dan cerdas dapat menjawab tantangan klasik dalam pengelolaan armada kendaraan. Dengan menggabungkan teknik deep learning, semi-supervised learning, dan integrasi data spasial, ia membangun solusi PdM yang tidak hanya canggih secara teknologi, tetapi juga aplikatif secara industri.
Penelitian ini memberi arah jelas bagi masa depan industri otomotif: pemeliharaan prediktif bukan lagi impian, melainkan kebutuhan operasional yang dapat dicapai dengan cerdas dan efisien.
Referensi Paper:
Chen, C., Liu, Y., Wang, S., Sun, X., Di Cairano-Gilfedder, C., Titmus, S. & Syntetos, A.A. (2020). Predictive maintenance using Cox proportional hazard deep learning. Advanced Engineering Informatics, 44, 101054. https://doi.org/10.1016/j.aei.2020.101054
Teknik Kimia
Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 30 Juli 2025
## Optimalisasi Formulasi Nimesulid dengan Pendekatan Quality by Design (QbD): Resensi Konseptual dan Reflektif
### Pendahuluan
Dalam era farmasi modern, tantangan terhadap kelarutan zat aktif menjadi hambatan utama dalam efektivitas terapeutik obat. Salah satu pendekatan yang menjanjikan untuk mengatasi masalah ini adalah Quality by Design (QbD), sebuah filosofi sistematik yang menekankan pentingnya desain berbasis pengetahuan dan kontrol proses dalam pengembangan produk farmasi. Tesis yang ditulis oleh Hala Khamis dari Near East University ini mengusung tema "QbD Approach Formulation Design for Poorly Soluble Drug Nimesulid and Evaluations" yang menawarkan eksplorasi mendalam terhadap strategi formulasi menggunakan model obat dengan kelarutan rendah, yakni Nimesulid.
### H2: Latar Belakang Teoritis dan Konteks Formulasi Nimesulid
#### H3: Karakteristik Nimesulid dan Tantangannya
Nimesulid adalah obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) yang digunakan secara luas, namun dibatasi oleh bioavailabilitas rendah karena kelarutannya yang buruk dalam air (0.01 mg/ml). Obat ini termasuk dalam kelas II BCS: kelarutan rendah, permeabilitas tinggi. Bentuk kristalnya terdiri dari dua polimorf: bentuk I yang stabil namun kurang larut, dan bentuk II yang metastabil namun lebih larut. Perbedaan solubilitas yang signifikan antara keduanya (4.3 kali lebih larut bentuk II) menjadi kunci dalam strategi formulasi.
#### H3: Kerangka Quality by Design (QbD)
QbD menurut panduan ICH Q8 mengedepankan identifikasi atribut kritis, desain ruang operasi optimal, serta pemantauan dan kontrol terhadap parameter proses penting. Dalam studi ini, QbD digunakan tidak sekadar sebagai kerangka formal, tetapi sebagai metodologi eksploratif untuk:
* Mengidentifikasi Critical Quality Attributes (CQA) dan Critical Process Parameters (CPP).
* Menetapkan Target Product Profile (TPP) dan Quality Target Product Profile (QTPP).
* Menggunakan perangkat lunak Modde untuk eksplorasi ruang desain (design space).
### H2: Rancangan Metodologi: Kombinasi Eksipien dan Simulasi Kompaksi
Penelitian ini menggunakan metode Direct Compression (DC), didukung oleh simulasi kompaksi pada dua gaya tekan: 5 dan 10 kN. Eksipien utama meliputi:
* **Filler:** Flowlac®100 dan Avicel®102
* **Binder:** Kollidon®30
* **Superdisintegrant:** Kollidon®CL dan Primojel®
* **Lubrikan:** Magnesium stearat
Pendekatan ini memungkinkan pengujian berbagai komposisi dengan efisiensi tinggi, serta menghasilkan pemahaman lebih dalam terhadap pengaruh eksipien terhadap disintegrasi dan pelepasan obat.
### H2: Temuan Eksperimental dan Refleksi Teoretis
#### H3: Analisis Kelarutan dan Karakterisasi Fisik
* Solubilitas maksimum Nimesulid di buffer pH 7.4 (dengan 0.5% Tween-80): **0.0776 mg/ml**.
* NS (produk pasar) digunakan sebagai kontrol referensi.
* Formulasi KOK5b (100 mg Nimesulid) menunjukkan kesamaan (f2 = 61.4) dengan NS, memenuhi standar penerimaan kesetaraan disolusi.
Interpretasi teoretis dari hasil ini mempertegas peran surfaktan non-ionik (Tween-80) dalam meningkatkan solubilitas obat yang bersifat lipofilik. Angka f2 menunjukkan efikasi pendekatan QbD dalam menghasilkan profil disolusi sebanding dengan produk komersial.
#### H3: Pengaruh Superdisintegrant dan Binder
* Kollidon®CL menunjukkan pelepasan obat lebih tinggi dibanding Primojel® dalam formulasi tanpa binder.
* Formulasi tanpa binder menghasilkan hasil disolusi lebih baik dan kinerja fisik memadai.
* Hasil uji pada gaya tekan 10 kN menunjukkan bahwa peningkatan kadar binder justru memperlambat disintegrasi.
Hasil ini menunjukkan adanya ambiguitas dalam fungsi eksipien: binder yang diharapkan memperkuat tablet justru dapat memperlambat disolusi jika melebihi ambang optimal. Di sisi lain, superdisintegrant memiliki sensitivitas tinggi terhadap kadar dan tekanan kompaksi.
### H2: Analisis Naratif Argumentatif dan Struktur Ilmiah
Studi ini dibangun dengan struktur logis dan argumentasi berjenjang:
* **Masalah dasar**: Nimesulid memiliki kelarutan rendah.
* **Solusi konseptual**: Penerapan QbD sebagai pendekatan sistemik.
* **Pendekatan praktis**: Formulasi DC dan analisis CQA.
* **Validasi empiris**: Data disolusi dan hasil kesetaraan bio.
Penulis secara konsisten menyelaraskan kerangka teori QbD dengan eksperimen laboratorium, menegaskan bahwa kualitas dapat dirancang sejak awal melalui pemahaman interaksi material-proses.
### H2: Kritik terhadap Pendekatan Metodologis
Meskipun studi ini menyajikan eksplorasi komprehensif, terdapat beberapa kritik metodologis:
* **Keterbatasan desain eksperimental:** Hanya dua level tekanan (5, 10 kN) diuji, padahal respon eksipien bisa non-linear pada tekanan di atas atau di bawahnya.
* **Fokus utama pada fisika, bukan biofarmasetika:** Tidak ada simulasi pelepasan in-vivo atau korelasi IVIVC.
* **Minimnya evaluasi jangka panjang:** Stabilitas polimorf II tidak diuji dalam penyimpanan jangka panjang, padahal bentuk metastabil rentan bertransformasi.
Kritik ini bukan untuk menegasikan kontribusi, melainkan untuk memperkaya diskusi keilmuan dan membuka ruang eksplorasi lanjutan.
### H2: Kontribusi Ilmiah dan Implikasi
Tesis ini memberikan kontribusi nyata dalam tiga ranah:
1. **Konseptual:** Memperluas penerapan QbD dari sekadar regulatory compliance menjadi pendekatan eksploratif dalam desain formulasi.
2. **Empiris:** Menyediakan data konkret tentang efek binder dan disintegran dalam sistem Nimesulid.
3. **Praktis:** Menawarkan komposisi formulasi alternatif tanpa binder yang lebih efisien.
Implikasi ilmiahnya mencakup potensi penggunaan pendekatan serupa untuk obat BCS kelas II lainnya, serta dorongan terhadap pemanfaatan Modde atau perangkat DoE lainnya dalam desain obat generik.
### Penutup
Dengan mengadopsi pendekatan Quality by Design secara konseptual dan praktis, studi ini berhasil menunjukkan bagaimana desain formulasi dapat dikendalikan dan dioptimalkan melalui pemahaman mendalam atas interaksi antar-eksipien dan parameter proses. Temuan bahwa formulasi tanpa binder dapat memberikan performa disolusi superior membuka kemungkinan baru dalam desain tablet untuk zat aktif yang sulit larut. Ini bukan hanya menjadi solusi teknis, tapi juga langkah epistemologis menuju farmasetika yang lebih prediktif, efisien, dan berbasis il