Mengupas Pengaruh Kemiskinan, Pendidikan, dan Kesehatan terhadap Ekonomi Jawa Timur

Dipublikasikan oleh

20 Mei 2025, 16.27

Sumber: Pixabay

Pendahuluan

Dalam konteks pembangunan daerah, pertumbuhan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari fondasi sosial seperti kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan. Paper karya Arya Darmawan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Malang berjudul "Pengaruh Kemiskinan, Pendidikan, dan Kesehatan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur" menyajikan analisis kuantitatif mendalam terhadap 38 kabupaten/kota di Jawa Timur dengan menggunakan data panel tahun 2017–2021.

Penelitian ini tidak hanya penting untuk menilai efektivitas kebijakan pembangunan, tetapi juga untuk memahami bagaimana sinergi antara ketiga aspek sosial dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Latar Belakang

Meskipun Jawa Timur dikenal sebagai salah satu provinsi dengan kontribusi PDRB tertinggi di Indonesia, ketimpangan sosial masih menjadi tantangan nyata. Tingginya tingkat kemiskinan di beberapa daerah, rendahnya akses pendidikan, serta kualitas layanan kesehatan yang belum merata memunculkan pertanyaan besar: apakah ketiganya berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi?

Arya Darmawan mencoba menjawab pertanyaan ini dengan merinci data 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, menyusun model ekonometrika panel, dan menguji hubungan antara variabel-variabel sosial tersebut dengan laju pertumbuhan ekonomi daerah.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data panel (cross-section dan time series) selama 5 tahun (2017–2021). Variabel yang digunakan adalah:

  • Variabel dependen: Pertumbuhan ekonomi (dilihat dari laju pertumbuhan PDRB ADHK)

  • Variabel independen:

    • Tingkat kemiskinan (% penduduk miskin)

    • Tingkat pendidikan (Rata-rata lama sekolah)

    • Kesehatan (Angka harapan hidup)

Model yang digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM) setelah melalui pengujian Chow dan Hausman. Pengolahan data dilakukan menggunakan Eviews.

Hasil Penelitian

Temuan Utama:

  • Kemiskinan: Berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin tinggi tingkat kemiskinan, semakin lambat pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

  • Pendidikan: Tidak berpengaruh secara signifikan. Ini menunjukkan bahwa peningkatan rata-rata lama sekolah belum tentu langsung berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

  • Kesehatan: Berpengaruh positif dan signifikan. Angka harapan hidup yang tinggi di suatu daerah cenderung berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.

Studi Kasus:

  • Surabaya dan Sidoarjo yang memiliki angka harapan hidup tinggi dan kemiskinan rendah menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi yang konsisten.

  • Sebaliknya, Bondowoso dan Bangkalan yang masih memiliki kemiskinan tinggi dan layanan kesehatan terbatas mencatat pertumbuhan ekonomi yang relatif stagnan.

Analisis Tambahan dan Opini

Penafsiran Temuan:

Fakta bahwa pendidikan tidak signifikan secara statistik membuka diskusi baru: apakah sistem pendidikan saat ini sudah relevan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja lokal? Atau mungkinkah ada lag time antara investasi pendidikan dan dampaknya terhadap ekonomi?

Sementara itu, korelasi positif antara kesehatan dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh kualitas kesehatan. Kesehatan yang baik berarti lebih sedikit hari sakit, tenaga kerja lebih produktif, dan pengeluaran negara untuk sektor kuratif bisa dialihkan ke produktif.

Implikasi Kebijakan:

  • Pemerintah daerah perlu memprioritaskan program pengentasan kemiskinan berbasis kewilayahan.

  • Investasi kesehatan primer seperti puskesmas dan promotif-preventif harus diperluas.

  • Reformasi pendidikan diperlukan agar lulusannya relevan secara ekonomi, tidak hanya kuantitatif secara tahun belajar.

Kritik terhadap Penelitian

  • Variabel pendidikan mungkin terlalu sempit jika hanya menggunakan indikator "lama sekolah." Bisa dipertimbangkan variabel lain seperti partisipasi sekolah lanjutan, angka buta huruf, atau kualitas guru.

  • Faktor lain seperti infrastruktur, iklim investasi, dan pengeluaran pemerintah daerah belum dimasukkan dalam model, padahal bisa memberi pengaruh signifikan.

Perbandingan dengan Penelitian Lain

Penelitian ini sejalan dengan Todaro (2011) dan temuan Bappenas yang menyebut bahwa kemiskinan berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi. Namun, tidak semua hasilnya sesuai: studi oleh Hariyadi (2019) justru menemukan bahwa pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di tingkat nasional, meskipun dalam konteks Jawa Timur hal itu tidak terjadi.

Kesimpulan

Penelitian Arya Darmawan memberikan kontribusi penting dalam literatur ekonomi pembangunan daerah. Temuannya menunjukkan bahwa pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesehatan adalah dua kunci penting untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Namun, pendidikan masih membutuhkan reformasi struktural agar dampaknya lebih terasa.

Saran

  • Penelitian lanjutan perlu memasukkan variabel tambahan seperti pengangguran terbuka dan investasi daerah.

  • Pemerintah daerah harus membuat perencanaan pembangunan sosial yang lebih holistik dan terukur.

Sumber

Darmawan, A. (2023). Pengaruh Kemiskinan, Pendidikan, dan Kesehatan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2017–2021. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Malang.